Matahari semakin beranjak dari terbitnya. Kedua manusia kesepian ini mengejar waktu menyusuri lorong. Selepas keluar dari gerbong kereta, mereka tak melihat satupun manusia yang menunggu kereta. Stasiun ini sepi. Padahal ini adalah wilayah Barat yang sangat dinamis.
Bram dan Romawi menoleh kanan kiri sembari berjalan terus menghindari petaka. Romawi mencari toilet untuk membersihkan muka dan begitupun Bram yang tak tahan dengan bau darah.
Toiletpun sepi. Tanpa manusia, tikus, apalagi jamur. "Bram, jangan panik," ucap Romawi.
"Mereka temen kantor lu? Mereka Intel?" sembari membilas wajahnya dengan air dingin.
"Bukan, mereka polisi biasa. Cuma pangkatnya aja tinggi dari gue. Intel ngga akan bisa dikenalin. Mereka ada di sekitar kita. Identitas seorang Intel itu dianggap ngga pernah ada." Romawi kembali mengoceh.
"Terus kenapa dia bisa tahu kita ada di mana?"
"Koneksi antar Polisi itu kuat. Preman yang dianggap musuh aja bisa jadi Informan bagi aparat."
"Rom, lu sadar ngga stasiun ini sepi. Apa yang lu pikirin?"
"Iya, mereka udah keburu yakin usahanya berhasil. Ketika kita udah bonyok, mereka bawa kita ke sini. Stasiun udah dibuat sepi dengan banyak cara."
"Bentar—berarti ada orang lain yang nunggu mereka di sini."
Romawi melotot menatap cermin. Dia seperti mendapat pencerahan. "Kita harus lari, Bram."
Tanpa pikir panjang mereka berdua lari meninggalkan toilet. Mereka berlomba melarikan diri dari kejaran aparat yang mungkin saja telah menunggu mereka di pintu masuk stasiun.
Dugaan Bram ternyata salah. Pintu stasiun sepi. Hanya ada portal penghalang agar orang tidak bisa masuk. Gerak langkah semakin dekat dengan pintu masuk sekaligus pintu keluar. Perlahan-lahan mengawasi keadaan. Dua orang ini telah mirip seperti narapidana yang kabur dari penjara.
"Aman?" tanya Bram.
"Aman, yok keluar. Bersikap seperti biasa, Bram."
Portal itu dilalui dengan tenang. Menahan gerak-gerik mencurigakan agar tak diperhatikan. Situasi jalanan ramai, namun tak sepadat hari sebelumnya.
"Ngga biasanya wilayah Barat renggang begini."
"Ya karna pintu keluar Kota ditutup. Sebagian besar orang harus keluar dari kota ini. Udah gue bilang kalo pintu ditutup artinya ada yang ngga beres. Sebagian menyelamatkan diri, mereka takut Kota ini jadi medan perang." Romawi bercerita seperti seorang pendongeng.
"Gila demi Informasi kekuasaan cara main mereka begini."
"Iya emang gitu. Sejak 2024 Pemerintah kita udah mulai baik. Tapi lagi-lagi militer dan politik bermain. Lu harus tahu bahwa keduanya punya kuasa yang sulit untuk diganggu. 5 tahun gue jadi Polisi, udah puas lihat segala macem penyelewengan."
"Terus lu ngga lapor? Kenapa lu ngga kirim aja cerita lu ini ke kantor gue. Pasti bagus," Bram tersenyum jail.
"Ngga seperti yang lu kira, Bram. Gue dari dulu ngga mau jadi manusia berseragam. Tapi stereotipe Orangtua menganggap menjadi Aparat itu hidupnya terjamin."