KEAPARAT

Ibal Pradana
Chapter #15

Terkuak (2)

Bram terbelalak. Ketika senter itu disorot ke wajah Majordomo. Dia tidak menyangka orang yang ia kenal adalah salah satu pelakunya.

"Fazi—"

Fazi menatap mata Bram dengan penuh sakit. Luka di bahunya terus mengeluarkan darah. Tak ayal dia terus menekan lukanya.

"Rhmhmm ... Bram," ucap Fazi dengan suara mendesis.

"Kenapa lu? Gue ngga ngerti," Bram memerah.

Sambung Romawi, "Dia temen lu, Bram? Lu temen dia, hah?"

Bram masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Romawi akhirnya sadar, "Pantes aja dia tahu nama lu."

Bram menunduk dan mencengkram kerah baju Fazi. Dia seperti habis kehilangan orang terkasihnya. Fazi menatap Bram dengan luka di pipi kirinya, bekas tendangan Romawi tadi.

"Arghh ... Sakit. Sakit. Tolong, jangan," Fazi memohon.

"Ngomong ke gue berdebah!" Bram membentak dengan sangat kuat. "Apa maksud lu? Kenapa lu bisa jadi bagian dari mereka, hah?!" Lanjut Bram.

Romawi terus mengawasi mereka. Bram tak bisa berhenti berteriak dan menghentak-hentakan baju Fazi.

Fazi menjawab dengan nada lemas dan kalimat berjeda panjang.

"Bram, lu—lu yang buat kita begini. Arrghh—lu yang bikin kita sengsara," kata Fazi.

"Maksud lu apa?!"

"Rrrgghh ... Gegara lu, kita semua hidup dalam tekanan Pemerintah. Lu terlalu kritis. Media kita sulit dipercaya. Gue cuma mau hidup tenang!"

Romawi langsung menoleh Fazi dan ikut berlutut. Kini posisi mereka sejajar. Romawi menatap Fazi dan memegang rambutnya. Bahasa tubuhnya seperti dia akan mengintimidasi lawan. Sungguh mengerikan!

"Hei, denger ya, idiot. Pemerintah mana yang nyuruh lu? Hmm? Kenapa tuh anak–menunjuk Majordomo yang satunya–satu bisa gabung sama lu?" Menjambak rambut Fazi.

"Aaaarrh—, dia lebih lama dari gue. Pemerintah daerah dan pusat sama aja! Argh ... Mereka ngga suka kalo kita mengkritik mereka. Terlalu banyak orang jahat di sana," jelas Fazi.

"Orang jahat?"

"Koruptor ... Presiden cuma kambing hitam. Yang licik itu jajarannya." Fazi mulai meraung-raung.

Lihat selengkapnya