KEAPARAT

Ibal Pradana
Chapter #22

Pahlawan dan Jajaran Para Iblis

Genangan air bergelombang. Pijakan kaki Bram terlalu keras hingga meninggalkan jejak pada tanah.

Salah satu anggota melihat mereka. Keberadaan mereka diketahui. Romawi tidak bisa berpikir lagi. Dia terus saja mengandalkan kakinya. Sampai terdengar suara tembakan yang menghujam langit.

Ya, mereka telah memberikan tembakan peringatan. Tapi Bram dan Romawi tidak peduli. Akhirnya pengejaran terjadi. Para aparat ini mengejar mereka berdua. Tembakan demi tembakan mereka lesatkan dan merusak setiap dinding.

Jeritan histeris terdengar di sepanjang jalan. Tatkala perumahan warga menjadi medan perang dari pelarian orang tak bersalah ini.

Tembakan itu membangunkan dan membuat warga panik. Semua orang berlarian masuk ke dalam rumah demi menghindari tembakan. Bram terus berlari tanpa melihat kebelakang.

Romawi memberikan sedikit perlawanan. Tapi sepertinya itu tidak cukup.

"Berhenti!" Teriak orang itu sembari menarik pelatuknya.

Romawi memaksa, "Lari terus, Bram!"

Layaknya film aksi, keduanya menghindari kematian dengan cara belari. Sesekali mereka melompat untuk menghindari selokan dan benda yang menghalangi jalan.

Disaat seperti itu dari depan muncul pria berseragam hitam putih dengan senapan laras panjang di hadapan mereka. Bram dan Romawi berhenti mendadak.

Bram menyadari hidupnya telah selesai. Romawi menarik pelatuknya namun pelurunya habis. Romawi kehilangan kata-kata.

Keduanya memejamkan mata dengan air hujan membasahi seluruh badan. Seperti upacara penyucian diri, Bram menyerah. Begitupula Romawi. Dia mengangkat tangannya.

Menunggu yang di belakang menghempas mereka ke tanah untuk dihabisi.

Ketika mata itu menutup, Pria di depan mereka berkata, "Menunduk!"

Tembakan terjadi ... Namun tidak mengenai keduanya. Peluru itu melewati mereka dan mengenai orang di belakang mereka.

Ternyata orang itu malah menolong mereka. "Cepat ke belakang saya!" Perintah orang itu.

Keduanya tidak pikir panjang dan melanjutkan larinya. Orang ini memulai sesi baku tembak.

"Siapa tuh, Rom?" Tanya Bram sambil berlari.

"Ngga tahu! Kita lari terus!" Teriak Romawi.

Suara tembakan demi tembakan menjadi pelengkap di kuping mereka. Sedikit lagi mereka keluar dari perumahan itu. Lagi-lagi seorang Pria muncul dari depan lorong. Ada tiga orang bersenjata lengkap namun sepertinya bukan Polisi.

Romawi dan Bram stop sebentar memandangi mereka.

"Ngga papa, Bang. Lanjut terus, kami bantu. Kami tahan mereka. Jalan menuju ke sana udah kami amankan. Cepat bang lari!" Ujar salah satunya.

Dengan suara berat Bram mengucapkan terima kasih. Begitu pula Romawi, dia menempuk pundak anak muda ini.

Mereka lanjut lari. Sedikit lagi mereka sampai di Gedung Netral. Tempat ini akan menjadi pusat penyebaran berita yang akan mereka lakukan.

"Cepat, Bram ke sana!" Romawi menunjuk.

Mereka berhasil keluar dari lorong. Sampailah mereka di jalan raya besar. Mereka berlari menyebrangi jalan tanpa melihat kanan kiri. Akibatnya banyak mobil berhenti mendadak dan bertabrakan satu sama lain.

"Orang bego!" Hina salah satu pengemudi.

Mereka sampai di depan gerbang. Seperti biasanya seorang Security menahan mereka karna melihat mereka berlari serta mendengar suara tembakan. Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Romawi mengeluarkan pistol kosongnya dan menodongkan ke pihak keamanan.

"Maaf, Pak tapi kami ngga ada waktu!" Bentak Romawi.

Pihak keamanan itu mengangkat kedua tangan dan membiarkan mereka berdua masuk.

Lihat selengkapnya