Hujan peluru merusak dinding gedung. Orang-orang di dalam gedung tidak tahu apa yang sedang terjadi. Mereka menunduk serta ada yang melarikan diri. Semuanya terlihat kacau. Bagaikan sebuah film aksi, perang antar geng terlihat nyata.
"Rom, ayo naik. Gue harus sebarin berita."
Suara di sana teramat bising. Dari arah tangga muncul sosok pria dengan pakaian tempur lengkap. Dia memberikan aba-aba untuk mengikutinya. Bram dan Romawi yang sempat kaget mengira bahwa orang itu salah satu dari mereka.
"Dia Majordomo juga?" Tanya Bram.
Romawi melihat lebih detail. Dia akhirnya tahu siapa itu. "Bram, ayo ikut dia. Siap siap lari ke tangga. Dia baik," Romawi tidak tahan untuk menjerit karna suara yang berisik.
Mereka melakukan persiapan. Lalu kaki itu bergerak dengan otot yang keras untuk menjauhi zona berbahaya itu. Bram merasakan beberapa kali hembusan angin melesat melewati pakaiannya. Dia menyadari baru saja nyari tertembak.
Mereka tersandung dan berhasil sampai ke tangga. Pria yang menunggu itu menyeret mereka agar aman.
"Kalian aman? Ada yang luka?" Kata orang itu.
"Aman, Pak! Makasih banyak, Pak!" Ujar Romawi.
Bram bingung. Kenapa Romawi memanggil orang itu dengan sebutan "Pak".
Mereka berdiri dan berlari ke lantai berikutnya dipimpin orang tadi. Romawi membuka jaketnya dan membuangnya. Dia menekan beberapa kali bajunya dan terlihat sebuah perubahan.
Baju itu berubah menjadi rompi khusus seperti ketika Tony Stark menghadapi anak buah Thanos dalam film Avengers: Infinity War.
Bram takjub sekaligus bingung. Romawi melihat jendela dan menyaksikan baku tembak. Sesekali dia menghindar agar tak terkena tembakan. Di hadapan mereka bebaris para prajurit berbari di sepanjang jendela menyodorkan senjatanya. Rupanya mereka yang memberi bantuan.
Bram memberanikan diri, "Rom, mereka siapa?"
Romawi menjawabnya dengan tangan ditekuk, "Mereka pasukan khusus kepolisian. Tenang mereka ada di pihak kita."
Beberapa anggota ada yang tertembak. Situasi benar-benar seperti perang. Bram diberikan rompi untuk keselamatannya. Dia melihat banyak yang terluka. Kakinya bergetar karna tidak menyangka.
"Gimana mereka bisa bantuin kita? Ada apa ini sebenernya?" Bram bingung
"Gue juga ngga tahu, Bram." Romawi memandangi semuanya.
Seorang pria berlari ke arah mereka dan menarik mereka dengan kuat.
"Ayo! Cepat! Kami nunggu kalian ini!"
Akhirnya mereka melanjutkan larinya dengan diiringi suara senjata api bernyanyi di telinga mereka.
Mereka memasuki sebuah pintu dan mendobraknya. Lalu menaiki tangga karna lift tidak aman.
"Mereka udah masuk ke gedung ini. Kalian harus waspada. Tetap bersama saya!" Perintah pria bertopeng itu.
Saat mereka keluar di lantai berikutnya, seorang lewat dan melihat, Romawi menembaki dia sebelum orang itu menenbaki mereka.
Jeritan terdengar, mereka menoleh kanan kiri melihat lorong. Rupanya ada seorang wanita terduduk dengan raut ketakutan Bram mendekati dan menenangkannya.