Sebuah jiwa terbangun dari mimpi indahnya. Tak sadar harinya telah tiba. Bram mencari-cari handuknya namun dia sangat lemah untuk menemukannya. Sebuah siaran acara berita harian pagi masih terus mengoceh menyampaikan peristiwa paling aktual.
"Pagi ini cuaca JNR cukup cerah. Secerah perasaan kita pada pagi hari ini mengingat hari ini adalah saat dimana Indones—"
Zine, seekor kucing berbulu lebat ini tengah kencing di sofa Bram tanpa sepengetahuannya. Dia akan sangat marah.
"Satu Pesan-mu belum dibaca," bunyi dari kecerdasan buatan yang terpasang di rumahnya. "Hmm—ya bacakan," perintahnya.
"Oh hai, Bram. Malam ini aku baru mendapat kabar tentang draftmu yang membahas mengenai beberapa kasus akhir-akhir ini. Apa itu tidaklah naif?" Tanya orang dalam pesan itu.
Perlahan matanya yang sayu itu membuka sedikit lebar. Menghela nafas sedikit lebih panjang. Bram kebingungan. Dia tidak pernah memberikan pada siapapun sandi programnya. Bram menoleh dan mulai memerintah, "Anoia"–mengambil gelas dan duduk bersandar untuk menyegarkan punggung yang sakit seraya melanjutkan–"kirimkan pesan kepada Daenil."
"Apa pesanmu, Tuan?"
"Dan, gue tahu banget kerjaan ini penting buat lu. Tapi kita ngga bisa berhenti di tengah jalan begini. Lu juga, lagi tahu dari mana sandi gue? Udah jangan khawatir lu. Kita ketemu di Kantin Tante setelah shalat dzuhur."
"Oke, kirim!" Perintahnya.
"Pesan dikirimkan," kata Anoia.
Bram kembali bersiap untuk pergi ke kantornya. Kini handuk itu kembali ia lempar. Hal sepele yang akan sangat menyusahkan dirinya karna dasarnya dia sangatlah linglung. Perasaan campur aduk menyelimuti dirinya kala harus menemui orang yang sama setiap harinya.
Jauh dari kata membosankan, tapi lebih kepada lelah. "Biasanya ini MRT datangnya cepet?" tanyanya bingung. Mengingat transportasi massal lebih digandrungi daripada kendaraan pribadi pada masa ini—ah, MRT-nya telah datang.
Para pejuang cuan ini dengan teratur memasuki gerbong yang membawa mereka menuju tempat kerja. Kegiatan di dalam gerbong seperti pada umumnya. Ada yang membaca buku, bermain game, membaca artikel di gawai mereka masing-masing, dan ... ya tidur di dalam gerbong sungguh menyenangkan.
Ketika mereka terlalu fokus pada diri masinh-masing, suara Operator terdengar. Biasanya bila Sang Wanita ini telah berbicara. Akan ada pengumuman penting.
"Mohon maaf atas keterlambatannya. Sesuai prosedur yang berlaku kami akan membagikan surat elektronik dan tentunya juga dalam bentuk fisik sebagai tanda bukti keterlambatan dan ini cara kami menyampaikan permintaan maaf atas apa yang telah kami lakukan. Saya akhiri, dan selamat menikmati perjalanan."
"Lucu ngga sih, Mas?" seorang Wanita berpakaian casual berbicara pada Bram. Dia membalas dengan bingung,
"Iya, mbak? Ada apa ya?" masih terlihat bingung karna Wanita ini setelahnya tidak menjawab sembari berpegangan tangan. Bram sedikit menengok lagi sekitarnya dengan maksud mengetahui pada siapa wanita ini berbicara.