Dalam kisah Keaparat, keadilan dan ketidakadilan adalah dua hal yang nyaris sama. Tidak berbeda dan tidak pula sama. Ironi dalam setiap ceritanya membawa setiap pembaca masuk untuk menikmati kenyataan pahit yang sedang atau bahkan terjadi pada kalian.
Aparat berwenang adalah personal yang kita andalkan untuk membawa rasa aman, justru hal ini tidak banyak diterapkan oleh sejumlah "manusia berseragam" ini. Terlebih tingkahnya yang bertindak tanpa tahu apa yang mereka lakukan.
Jurnalis adalah mata rakyat, mata yang selalu bergerak melihat ke segala arah tanpa takut dijambak kerasnya aparat yang bergerak secara represif.
Namun demikian, Aparat tetap memiliki setidaknya satu Malaikat. Tidak semua sama tapi lebih banyak yang seperti Iblis.
Novel ini adalah cerminan masyarakat dalam menghadapi realita. Suaka demokrasi cenderung lebih banyak di selokan rumah ketimbang mengharapkan itu berada di dalam pemerintahan.
Penting untuk diingat bahwa keadilan akan bertemu dengan jalannya sendiri.