Ke Anyelir

Maryam Badrul Munir
Chapter #3

Chapter 3 Anyelir

Tina sedang sibuk menguruskan pekerjaan rumah. Ini adalah minggu. Waktunya dia dan anak-anak sibuk membersihkan rumah. Aktivitas dimulai setelah mereka selesai sarapan dengan menonton kartun hingga pukul 8. Anak-anaknya sudah terbiasa dengan aktivitas pekerjaan rumah tangga. Anak perempuan mengambil tugas dapur dan membersihkan rumah. Sedangkan anak lelaki terlibat membersihkan jendela, sapu halaman dan menjemur pakaian. Kerja gotong royong selesai pukul 10 pagi. Setelah itu, anak-anaknya mandi dan menonton TV.

Tina sendiri sedang sibuk memasak. Sedangkan Lulu akan mengawasi adik-adiknya. Tepat pukul 12, anak-anaknya makan siang dan setelah itu baru mereka mulai belajar menyiapkan PR mereka.

Tina sibuk mengawasi anak-anaknya. Pintu rumahnya sedang diketuk. Lulu berlari membuka pintu. Panji dan Mutia muncul didepan pintu.

Lulu  : Mama!! Kakek nenek datang.

Tina muncul di depan orang tuanya.

Tina  : Lu, masuk ke kamar. Bawa adik-adik ke kamar.

Tina mencium tangan kedua orang tuanya.

Tina  : Masuk Ayah. Ibu.

Mutia dan Panji memperhatikan rumah yang diberikan kepada Tina. Rumah warisan itu sudah ditempati banyak keluarga. Dengan Tina hanya sedikit perubahan. Sepertinya Tina tidak membeli banyak barang untuk mengisi rumah itu.

Panji : Biarkan anak-anak keluar. Jangan di kamar aja.

Tina  : Tidak bisa yah. Mereka bentar lagi tidur siang.

Panji : Ayolah. Ayah sudah lama tidak melihat cucu. Kalian jarang datang ke rumah untuk makan siang. Tidak pernah keluar malam.

Tina diam saja mendengarkan perkataan Panji. Dia tidak bisa berbuat banyak. Perasaannya berkecamuk semenjak Roni tidak berada di sisinya. Tina berdiri dan masuk ke dalam kamar. Panji dan Mutia menunggu di luar ruangan.

Panji : Seharusnya kita belikan sedikit perabotan untuk Tina.

Mutia : Hmm.

Panji : Rumah ini terlihat menyedihkan.

Mutia sibuk menatap rumah Tina.

Di dalam kamar, Tina sedang mengingatkan anak-anaknya.

Tina  : Mama mau kalian salam kakek nenek. Jangan bising. Lulu tengok adik. Mama ngobrol dengan kakek nenek. Lihat pukul 3, kalian masuk.

Lulu mengangguk.

Tina  : Kalau tidak patuh, sore nanti gak ada jajan dan gak boleh keluar.

Lulu mengangguk. Tina tersenyum. Anak sulungnya begitu patuh. Adik-adiknya cukup menakutinya ketika kakaknya mengamuk.

Tina membukakan pintu. Anak-anaknya keluar dari kamar.

Tina  : Ok anak anak, salam kakek nenek.

Anak-anaknya mencium tangan dan pipi kakek nenek mereka.

Panji : Kenapa gak datang lagi ke rumah kakek?

Panji mengelus kepala cucunya.

Lulu  : Banyak PR kek.

Doni : Iya kek. Tugas banyak.

Mutia : Kalian sudah makan siang?

Cucu-cucu itu serentak mengatakan sudah.

Tina pergi ke dapur. Menyiapkan minuman untuk orang tuanya. Dia kembali ke ruang tengah. Di sana anak-anaknya sedang ngobrol dengan orang tuanya.

Tina  : Anak-anak pergi nonton tv. Mama mau ngobrol dengan kakek nenek.

Panji : Biarlah mereka dengar.

Tina  : Gak usah yah. Mereka belum saatnya untuk ikut campur dengan obrolan orang dewasa.

Lulu mengajak adik-adiknya pergi ke depan TV.

Panji : Mana Roni?

Tina  : Roni sedang sibuk Yah. Cari kerja.

Panji : Masih cari kerja?

Mutia : Sia-siakan kita datang. Kan aku uda bilang. Mereka bisa urusin diri mereka.

Panji menatap Mutia dengan tanda peringatan. Mutia diam.

Panji : Ke mana?

Tina harus berbohong. Dia tidak ingin orang tuanya tau Roni sudah tidak di Indonesia.

Tina  : Adalah. Toh kalau saya bagi tau, ayah tidak akan tau.

Panji : Kamu marah dengan ayah karena ayah lambat menolong kamu.

Tina menggelengkan kepalanya.

Tina  : Kami dari awal memang tidak berniat menyusahkan. Kami masih bisa bertahan dengan tabungan kami.

Mutia : Uda beri tahu saja di mana Roni kerja? Atau perlu ibu tunggu Roni pulang.

Tina  : Tidak usah. Roni akan pulang terlambat.

Mutia : Kan aku uda bilang. Harusnya kita bantu kiki saja. Tina akan menolak bantuan kita.

Panji : Mutia bisa biarkan aku ngobrol dengan putriku?

Mutia diam. Tina menatap Panji.

Panji : Ke mana Roni?

Tina luluh. Dia tidak akan pernah bisa berbohong di depan ayahnya.

Tina  : Roni di Malaysia.

Panji dan Mutia terkejut. Tina nampak perubahan marah di muka ayahnya.

Tina tau ini pada akhirnya orang tuanya tidak akan suka dengan keputusan Roni.

Tina  : Lulu bawa adik ke kamar. Tidur. Sekarang.

Lulu membawa adik-adiknya ke kamar atas. Ruang tidur mereka diatas.

Panji : Kalian memutuskan ini atas dasar apa?

Tina  : Apalagi yang bisa kami buat? Kami sudah mencari pekerjaan di Medan. Tidak ada. Nunggu ayah ibu..

Mutia : Kamu mau menyalahkan kami?

Tina  : Sepertinya kami tidak membuat kesalahan. Ini keputusan kami.

Mutia : Kamu pintar menjawab setelah menikah ya.

Panji : Sudah-sudah. Berhenti kalian saling bertengkar. Ke mana Roni bekerja?

Tina jujur kali kedua.

Tina  : Masih menunggu kabar.

Panji : Jadi keuangan kalian? Roni meninggalkan uang.

Tina  : Tidak ada masalah. Kami masih bertahan selama beberapa bulan.

Panji : Jadi gimana komunikasi kalian?

Tina  : Kami sudah atur waktunya. Cuman Roni menggunakan nomor kawan kami.

Panji : Baiklah. Kalau gitu ayah akan pasangkan telepon rumah untuk kalian. Biar mudah kalian menelpon.

Panji menghela nafas.

Panji : Seharusnya Roni tetap mendatangi ayah. Ayah masih bisa mencarikan pekerjaan untuknya di Medan.

Tina  : Kami baik-baik saja. Jangan risau kan kami.

Panji : Kalian akan kembali ke sana?

Tina menggeleng.

Mutia : Bisa jadi. Toh Roni sudah di Malaysia. Kalian juga menyusul ke sana kan?

Panji : Ayah tidak mau kamu kembali ke Malaysia. Ingat. Selagi ayah disini, tidak ada lagi jauh-jauhan dengan anak cucu.

Tina hanya diam. Panji memberikan isyarat dengan Mutia. Mutia paham dengan isyarat itu. Dikeluarkannya sesuatu dari tas hitam mengkilat itu.

Panji : Ini ada sedikit bantuan. Ayah harap bisa kamu gunakan untuk keperluan kamu dan anak-anak selama Roni pergi. Jangan risau. Beberapa hari lagi akan dipasang telpon. Itu ayah yang bayar.

Tina menatap saja amplop itu.

Mutia : Sudah jangan menolak. Saudara mu saja tidak dapat bagiannya kali ini. Kami fokus untuk tolong kamu. Jadi terima saja.

Tina ingin menolak. Sejujurnya ada sedikit rasa sakit hati karena orang tuanya masih bersikap sama. Mengabaikannya. Sampai Roni juga yang membuat keputusan besar itu lagi.

Panji memegang tangan Tina.

Panji : Maaf kalau ayah terlambat bantu kalian. Kamu gunakan dulu uang ini. Biar Roni bekerja dengan tenang. Kalau kamu kekurangan uang, minta dengan ayah. Ayah akan tolong kamu.

Tina masih diam. Tidak ingin mengucapkan apapun.

Mutia : Segitu aja kami mampu sekarang. Ok ayo sayang. Kita pulang.

Mutia berdiri dan juga Panji. Tina berdiri menyalami orang tuanya.

Panji dan Tina berjalan ke belakang rumah. Dia mengunjungi anak perempuan lainnya. Mimi. Yang rumahnya hanya bersebelahan dengan Tina.

Mimi menyalami kedua orangtuanya.

Mimi : Dari mana Ibu? Yah?

Panji : Dari tempat Tina.

Mimi : O.

Mutia : Suami mu mana?

Mimi : Masih dirumah sakit. Ibu Zaki sakit. Malam ni gantian saya ke sana.

Mutia : Kami ikut. Mau lihat juga keadaan besan.

Mimi mengangguk.

Panji : Buatin ayah minum. Haus.

Mimi : Baik yah.

Lain dengan rumah Tina. Panji memandang sekeliling rumah Mimi. Rumah itu ditata dengan baik. Banyak hiasan dari bahan kaca. Vas antik. Ruangan yang sejuk karena dipasang AC.

Mimi : Ngapain datang rumah Tina?

Mutia : Ngirim bantuan. Kamu tau, suaminya pergi ke Malaysia.

Mimi terkejut mendengar perkataan dari orang tuanya.

Mimi : Loh kapan?

Mutia : Gak tau kapan perginya. Karena dipaksa, akhirnya Tina jujur.

Mimi : Tina akan kembali ke Malaysia?

Mimi : Tidak tahu.

Panji : Gak akan ada yang menjauh dari ku. Berhenti kalian menggunjing Tina.

Mutia : Anak kesayangan kamu sudah jelas menipu kamu. Kamu masih bela.

Panji : Ini tidak menjadi masalah kalau dari awal kita membantu Tiina. Tapi kamu menolak. Kamu fokus anak-anak yang lain. Bukan ke Tina.

Mimi : Kok gini jadinya. Ayah ibu bertengkar hanya karena Tina?

Mutia : Ayah kamu kan paling sayang dengan Tina. Gak bisa disentuh Tina.

Panji : Kalau begini, aku mau pulang. Kamu pergi aja dengan Mimi. Aku gak mau ke rumah sakit.

Mimi : Sudahlah ayah. Jangan bertengkar. Kalau ayah mau pulang, Mimi hantarkan. Ibu ayo naik mobil. Esok aja ibu datang tengok ibu nya Zaki.

****

Roni sedang dalam perjalanan wawancara kerja dengan taksi. Dia berangkat pukul 6 dari rumah Sandy. Sandy tidak bisa menemani perjalanan Roni. Tapi Sandy sudah membantu persiapan berkas untuk bahan wawancara kerja.

Sandy : Ok dengar. Aku ada dua hape. Hape ini kamu pakai dulu, ok. Aku tidak bisa mengantari mu. Jadi kamu pergi wawancara sendirian. Kamu bawa berkas ini.

Sandy memberikan satu amplop coklat besar ke tangan Roni.

Sandy : Kamu tunjukkan surat ini. Ingat sebut nama ku, Sandy Jawa Timur. Petra tau aku.

Lihat selengkapnya