Ke Anyelir

Maryam Badrul Munir
Chapter #4

Chapter 4 Anyelir - Malaysia

Tina dan Roni membawa anak-anak datang ke rumah Panji dan Mutia. Dari rumah TIna dan sudah mengenyangkan perut anak-anaknya. Sengaja mereka lakukan kebiasaan seperti itu. Mereka tidak ingin anak-anak mereka kelihatan rakus di tempat lain.

Mereka masuk ke dalam rumah Panji dan Tina. Semua sudah berkumpul.

Panji   : Eh sudah datang. Makan..makan…

Mata anak-anak sedang menatap Tina dan Roni seakan-akan meminta izin.

Roni   : Anak-anak saya sudah makan di rumah.

Tina   : Iya. Anak-anak makan di rumah.

Mutia tetap memberikan piring ke anak-anak Tina da Roni.

Mutia: Gak papa. Makan sikit aja.

Tina memberikan arahan kepada anak-anaknya untuk makan sedikit nasi dan ayam goreng.

Mutia : Harusnya biarkan anak-anak makan disini saja. Bukan malah makan di rumah.

Tina  : Gak papa ibu. Anak-anak mau makan dengan ayahnya. Sudah lama mereka tidak makan bersama.

Mutia : Tetap saja. Kalian makan disini juga akhirnya.

Zaki memegang tangan Roni.

Zaki  : Semalam pulang?

Roni mengangguk.

Kiki mengulurkan tangan ke Roni.

Kiki  : Lama gak nampak? Enak ya bisa kerja lagi diMalaysia.

Roni : Ah biasa aja.

Kiki  : Tapi enaklah kerja di luar negeri.

Roni hanya tersenyum.

Zidan : Jadi kalau uda kerja sana, gak perlu bantuan ayah ibu lagi dong?

Roni : Yah dari dulu juga gak mengharapkan kali. Nuntut juga gak. Gak dapat pun gak protes. Akhirnya ada juga jalan.

Semuanya terdiam. Jawaban Roni bagaikan sayatan.

Sedangkan di ruang lain, para ibu mendekati Tina.

Vira  : Wah suami mu pulang. Kok gak ngasi tau?

Mimi : Tina kan begitu. Dari dulu juga begitu. Banyak berahasia.

Eva   : Berapa hari Roni di Medan?

Tina memilih diam. Dia akan selalu menjadi bahan berita buruk dengan saudara perempuannya. Mimi berbisik ke Eva.

Mimi : Gitu Tina. Dia tidak pernah suka menceritakan apapun. Paham aja.

Tina meninggalkan saudaranya. Lebih baik dia melihat anak-anaknya makan. Anak-anaknya hanya makan sedikit. Dan meletakkan piring ke singki.

Tina membasuhkan piring-piring anak-anaknya. Anak-anaknya bergabung main dengan sepupu yang lain. Tina melanjutkan pekerjaan berikutnya yaitu mengemaskan ruang makan keluarga. Sesekali suaminya menolong.

Roni : Kapan kita pulang?

Tina  : Setelah ini.

Roni : Baguslah. Aku ingin kita jalan-jalan dengan anak-anak.

Tina tersenyum. Tentu suaminya ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anaknya.

Tina  : Aku akan bilang dengan ayah. Kamu kembali aja ngobrol dengan ayah.

Roni kembali ke ruangan dapur. Roni juga tidak nyaman dengan keluarga Tina. Mereka hanya banyak ingin tau tentang pekerjaan Malaysianya. Toh selama ini kesusahan keluarga mereka tidak pernah dianggap.

Tina memanggil anak-anaknya. Tugas dapur juga sudah selesai.

Tina ingin segera keluar dari rumah itu.

Tina  : Kami pulang dulu.

Mutia : Kenapa cepat pulang? Mau ke mana? Bisa kan nanti malam makan malam sama?

Tina  : Tidak tahu ibu. Kenapa?

Mutia : Makan malam bersama di rumah. Biar Roni banyak waktu dengan keluarga besar.

Tina  : Kami usahakan. Tapi nti kalau gak sempat kami makan di rumah aja.

Mutia : Usahakan.

Tina dan Roni saling berpandangan. Begitu juga anggota keluarga yang lain.

Roni : Baiklah ibu. Kami akan usahakan.

Roni dan Tina keluar dari rumah Panji dan Mutia setelah berpamitan.

Zidan : Sebaiknya turuti aja keinginan ibu, Roni. Akan ribet jadinya.

Roni hanya tersenyum. Mereka masuk ke dalam mobil.

Lulu  : Papa kita mau ke mana?

Roni : Sekarang kita mau beli sepatu kalian. Ok.

Anak-anak itu berteriak kesenangan.

Tina  : Kamu maunya datang ke rumah Ibu lagi? Makan malam?

Roni : Mau bagaimana lagi. Aku nurut aja. Toh aku juga salah karena diam-diam pergi cari kerja.

Tina  :Tapi kamu kan masih tidak selalu sehat.

Roni : Tidak apa. Mereka orang tua kamu. Kita akan mampir lagi ke rumah mereka malam nti.

Roni tetap melanjutkan acara jalan-jalannya dengan anak-anaknya. Selama 2 bulan dia merindukan keluarganya. Dan kali ini mereka bersenang-senang

****

Roni menghabiskan waktu lima hari cutinya. Hari Jumat adalah hari kepulangan Roni. Roni sudah berpamitan dengan Panji dan Mutia semalam.

Panji : Biarkan kami ikut menghantar mu?

Roni : TIdak bisa ayah. Karena pulang terlalu pagi. Kasihan ayah ibu nanti.

Panji : Tidak bisakah kamu meninggalkan alamat rumah mu atau kantor mu.

Roni : Tidak bisa ayah. Saya tinggal dengan kawan-kawan saya.

Mutia : Kamu dan Tina sama saja. Ada saja jawaban kalian.

Roni hanya menggarukan kepalanya.

Roni : Saya pamit.

Panji : Bilang pada kami jika sudah sampai. Kamu sudah menyimpan nomor kami bukan?

Roni mengangguk.

Pagi ini Roni sendiri yang membawa mobil ke Bandara. Di dalam mobil dia terus memberikan nasihat kepada anak-anak.

Roni : Ingat ya anak-anak. Jangan ada yang aneh-aneh selama Papa pergi. Kalian harus patuh dengan mama. Dan Lulu tolong bantu mama.

Lulu  : Baiklah.

Roni : Doni juga dengarkan mama. Awak anak lelaki paling besar. Tengok keadaan rumah.

Doni : Baik Pa.

Mereka akhirnya sampai di bandara. Udara masih begitu pagi.

Lulu memeluk papanya. Dan mulai menangis.

Lulu  : Tidak bisakah Papa tidak pergi? Papa dirumah aja.

Roni : Tapi Lulu, Papa harus bekerja. Nti kita gak bisa beli pakaian lagi.

Lulu  : Gak bisa kerja disini aja?

Roni : Ah nanti Papa cari kerja disini. Tapi kantor Papa di Malaysia. Papa gak boleh terlambat lo.

Lulu  : Baiklah.

Lulu menangis senggugukan. Tina berusaha menenangkannya. Tina tau, anak-anaknya baru saja merasa bahagia karena ayahnya sudah pulang. Sekarang ayahnya harus pergi lagi.

Pagi itu, Tina melanjutkan perjalanan ke arah sekolah. Tina berusaha menenangkan Lulu yang duduk disebelah Tina.

Tina  : Tidak apa-apa. Bulan depan papa pulang lagi. Ok. Jangan sedih lagi. Pagi ini kita sekolah dulu ok.

Lulu mengelap air matanya. Anak 10 tahun itu harus membiasakan dirinya dengan kata perpisahan.

Di dalam hati Tina juga sedih. Mereka satu keluarga sedih. Tapi Tina mencari cara untuk membuat anak-anaknya tidak kesepian.

****

Esoknya anak-anaknya demam panas. Serentak. 3 anaknya yang besar demam. Tina sudah menghantar surat ke sekolah mengabari bahwa anak-anaknya sakit.

3 anak-anaknya mungkin sedang demam syok karena perpisahan semalam dengan Roni. Pagi itu, Tina sudah meletakkan kain basah di kepala anak-anaknya. Tapi kalau masih demam parah, dia mungkin akan membawa anak-anaknya ke dokter di waktu sore.

Pukul 9 pagi, Panji menelfon.

Panji : Tina kamu buat apa?

Tina  : Sekarang sedang dirumah. Ada apa ayah?

Panji : Nanti makan siang dirumah. Setelah pulang dari sekolah. Bisa?

Tina  : Tidak bisa ayah. Anak-anak sedang sakit.

Panji : Sakit apa?

Tina  : Hanya demam. Mungkin kalau panas tinggi, saya akan bawa ke rumah sakit.

Panji : Berapa orang yang sakit?

Tina  : Lulu, Doni dan Zio. Tapi yang lain jadinya gak ikut sekolah.

Panji : Nanti kalau mau ke rumah sakit, Martha dan Desi bawa aja ke rumah ayah. Ayah jagakan.

Tina  : Baik ayah.

Panji menutup telepon. Panji keluar kamar.

Panji : Anak-anak Tina sakit.

Mutia : Sakit tapa? Aduh, Roni gak ada. Gimana?

Panji : Siapin makanan untuk Tina. Mungkin dia belum makan kerepotan ngasi makan anak-anaknya.

Mutia : Baiklah.

Panji : Tapi sore nanti kalau Tina ke klinik, anak-anaknya yang lain dibawa kemari.

Mutia : Baiklah.

****

Panji menelfon Kiki.

Panji : Kamu datang sekarang.

Kiki  : Ada apa Ayah?

Lihat selengkapnya