Tina memegang tes packnya. Dia bingung. Dia menelepon suaminya. Roni tentu saja bahagia. Sudah dari dulu dia menginginkan keluarga besar.
Tina sendiri tidak menyangka hamil lagi. Lulu sudah kelas 2 SMP. Sedangkan anaknya yang paling kecil, Desi sudah masuk SD. Dan sekarang dia hamil lagi. Dia pikir dia sudah bisa fokus dengan 5 anaknya saja. Tapi sekarang dia masih hamil lagi. Dan dia sedih. Tina mengajak Lulu untuk duduk bersama.
Tina : Lu, Mama mau ngobrol.
Lulu meninggalkan pekerjaan sekolah dan menghampiri ibunya.
Lulu : Mama mau bilang apa?
Tina : Uhm mama mau ngomong berdua. Bisa.
Lulu : Bisa. Ada apa ma?
Tina membawa Lulu ke kamarnya.
Tina : Kamu suka gak kalau ada adik baru?
Lulu : Tidak. Kenapa?
Tina : Mama hamil.
Mata Lulu membulat besar.
Lulu : Mama hamil? Kenapa Mama bisa hamil?
Tina : Mama pikir kamu mau punya adik lagi.
Lulu : Saya tidak pernah minta adik lagi.
Tina : Jadi gimana?Kamu suka kan?
Lulu : Lulu gak suka. Kenapa mama harus hamil lagi? Saya harus jaga berapa adik lagi?
Tina diam. Dia tau, Lulu saja kelelahan menjaga adiknya. Dari dulu Lulu suka bilang kalau dia sangat membenci adiknya yang banyak. Dia tidak pernah menyukai itu. Karena Lulu tidak pernah mendapatkan banyak perhatian, setelah kelahiran adik-adiknya.
Tina : Tapi kamu akan sayang kan dengan adik nanti.
Lulu hanya diam. Dan keluar dari kamar. Tina tidak tahu apa yang dipikirkan Lulu. Tina memperhatikan Lulu. Lulu seperti menghindari tatapan Tina. Tina tahu, putrinya membenci ide hamil itu. Tina jadi sedih. Perasaannya sendiri hancur.
Tina be cerita dengan Panji.
Tina : Ayah, aku hamil.
Panji tersenyum.
Panji : Baguslah. Selamat Nak.
Panji memperhatikan Tina. Ekspresi Tina seperti tidak bahagia..
Panji : Kok sedih?
Tina : Lulu tidak menyukai kehamilan ini. Aku juga tidak suka. Anak-anak yang lain masih membutuhkan perhatian malah hamil lagi sekarang.
Panji : Anak itu rezeki. Mau gimana lagi?
Tina : Saya gak bisa. Anak-anak saya banyak. Saya berpikir untuk gugurkan saja.
Panji : Jangan aneh kamu. Masak kamu mau bunuh keturunan kamu sendiri.
Tina : Tapi saya sudah lelah. Tidak sanggup untuk memiliki bayi lagi.
Panji : Tidak apa. Nanti ayah coba bantu apa yang bisa dibantu. Coba kamu beritahu aja dengan anak-anakmu yang lain. Mungkin mereka sebenarnya happy.
Tina hanya memandang jauh. Umurnya tidak muda. Dia sudah tidak ingin melahirkan lagi. Dia tahu. Keadaannya tidak akan adil untuk semua orang.
Tina berusaha menceritakan kehamilannya dengan anak-anaknya yang lain. Tnetu saja, mereka semua senang. Tapi tidak dengan Lulu.
Satu hari Roni menelepon ke rumah. Dan Lulu dipanggil.
Roni : Lulu, anak papa, sehat nak?
Lulu : Sehat pa.
Roni : Kok pendek aja ngomongnya. Gimana sekolah?
Lulu : Yah gitu lah pa. Sekolah biasa aja.
Roni : Uhm Mama hamil lagi. Kamu happy.
Lulu : Gak.
Roni diam. Benar rupanya yang dikatakan Tina.
Roni : Kok gak suka?
Medengarkan pertanyaan itu, Lulu mendadak menangis. Lulu lelah. Entahlah. Yang dia tahu, dia benci perkataan hamil.
Roni : Tidak apa. Kan enak ada ramai adik. Bisa sama-sama bisa main. Gimana?
Lulu terus menangis. Dia tidak pernah suka dengan ide menambah adik. Tina tahu. Dia juga ikut sedih mendengar tangisan Lulu. Tina mengambil telepon dari tangan Lulu. Lulu masuk ke kamarnya.
Tina : Tidak apa. Nanti Lulu dipujuk, selamat bekerja sayang.
Roni : Pujuk aja yang baik-baik. Semua akan baik baik saja.
Tina juga sedih. Dan sekarangan dia benar-benar stress.
****
Tina memegang beberapa pil. Dia masih hamilan muda. Mungkin dengan cara ini, janinnya akan jatuh. Sudah beberapa hari Tina meminumnya. Tapi tidak ada tanda-tanda keguguran. Tina datang ke rumah Panji. Panji menatap Tina yang lemah.
Panji : Keadaan kamu kenapa? Kok kayak orang sakit? Uda minum obat?
Tina : Gagal yah. Saya gagal.
Panji : Kenapa lagi?
Tina : Saya minum pil. Tapi bayi ini tetap tidak jatuh.
Panji menatap Tina. Dia tidak menyangka dengan kegilaan Tina. Yang Panji tau, Tina tidak pernah akan berbuat nekat.
Panji :Kamu tidur sekarang. Anak-anak hari ini biar dijemput dengan Zidan.
Tina tidak mendengarkan apapun. Badannya kelelahan. Tina memejamkan matanya. Panji membiarkan Tina istirahat. Panji kasian dengan Tina.
Pukul 3 siang. Tina bangun. Dia ingin pulang ke rumahnya sendiri. Anak-anaknya dikumpulkannya dan Panji juga ikut masuk ke dalam ke mobil mereka.
Anak-anak Tina mulai menguruskan diri mereka sendiri dan bersiap untuk istirahat. Tapi tidak dengan Tina.
Panji : Mana minuman jamu itu?
Tina : Untuk apa?
Panji : Jangan membunuh bayi yang tidak berdosa Tina. Itu tidak baik. Mana obat itu.
Tina melangkah masuk ke kamar itu. Dan mengeluarkan setoples obat jamu.
Panji : Kamu ini. Benar-benar ya. Setelah ini jangan minum ini. Makan-makanan yang sehat. Bukan minum obat beginian.
Tina : Baiklah
****
Tina tau, dia sendiri yang harus kuat. Umur 34 tahun , dan Tina menjalani kehamilannya terasa lain. Dia mudah lelah. Tapi mau bagaimanapun yang mengurus anak-anaknya tetap harus dirinya.
Panji dan Mutia hanya bantu mengirimkan makanan. Sedangkan yang antar jemput, kebersihan rumah dan melihat keadaan anak-anaknya sehat jasmani rohani tetap harus dirinya. Jika Roni pulang, dia bisa berbagi tugas. Tapi jika tidak, tetap dia harus mengerjakan pekerjaannya sendirian. Tanpa anak-anaknya.
Hari kelahiran anaknya semakin dekat. Roni tidak bisa pulang. Tina sudah mempersiapkan semua barang bayi dan tas untuk keperluannya melahirkan sewaktu-waktu.
Untungnya Lulu pulang awal. Tina merasa perutnya mulas ingin melahirkan. Tina tidak ingin menyusahkan Mimi. Jadi Tina menyuruh Lulu untuk memanggil becak motor. Tapi Lulu menolak. Lulu justru memanggil Mimi. Tina tidak bisa berkata apapun. Perutnya sudah kesakitan.
Mimi mengeluarkan mobil dan memasukkan Tina. Sedangkan Lulu sibuk mengambil tas melahirkan Tina dan menyuruh adik-adiknya untuk diam dirumah dan berdoa karena ibu mereka akan melahirkan. Lulu menemani Tina. Dan Mimi yang menguruskan segalanya.
Berjam-jam menunggu, dan Mimi memberitahukan kepada Lulu bahwa adik mereka telah lahir. Lelaki. Lengkap sudah anggota keluarga mereka. 3 perempuan dan 3 lelaki.
Lulu masih dengan pakaian sekolah. Mimi mengantar Lulu pulang ke rumah. Lulu tidak bisa bertemu dengan Tina. Mimi menawarkan untuk menemani Lulu dan adik-adiknya. Tapi Lulu menolak. Lulu bisa menjaga adik-adiknya. Esoknya Lulu menuliskan surat cuti untuk dirinya dan adik-adiknya. Panji menyuruh agar Lulu dan adik-adiknya dicutikan. Hari itu mereka disuruh mempersiapkan beberapa baju untuk tidur di rumah Panji. Tina akan pulang dan tidur di rumah Panji dan Mutia.
Lulu ikut menjemput Tina di rumah sakit. Lulu sudah melihat adiknya yang kecil dan keriput. Sekarang, dia memiliki adik lelaki lagi.
Sudah sehari Tina dan anak-anak menumpang tidur di rumah Panji dan Mutia. Tina tidak menyukainya. Anak-anaknya tidak teratur makan minum, belajar, istirahat. Tina tidak ingin ini akan berlaku lebih lama. Cukup sudah dua hari anaknya seperti orang yang hilang arah. Tina memutuskan untuk kembali ke rumah esoknya.
Rumahnya sudah dibersihkan oleh anak-anak yang besar. Untuk makan pagi dan siang, Tina memutuskan untuk membelikan lauk di depan. Tina memaksakan dirinya bergerak di hari ketiga setelah melahirkan. Anak-anaknya tidak bisa hidup dengan orang lain. Mutia datang menjenguk bersama Panji.
Mutia : Kamu ini. Di suruh tinggal di rumah kami tidak mau.
Tina : Tidak apa ibu. Kami nyaman di rumah ini. Pelajaran anak-anak banyak tertinggal. Saya uda biasa gerak.
Mutia : Suka hati kamu. Keras kepala sekali kamu. Esok ibu datang, bawa jamu.
Iya, Tina mengemudikan mobil anak-anaknya ke sekolah setelah hari kelimanya melahirkan. Mereka semua berangkat pagi, karena si bayi Bery masih bisa ditinggal di rumah. Sedangkan waktu siang yang jemput adalah Zidan, suami Vira.
Mutia membawa orang untuk mengurut dan memberikan jamu kepada Tina. Rumah Tina penuh dengan bau rempah. Lulu baru pulang sekolah. Dia tidak suka dengan bau busuk di rumahnya. Lulu mencari ibunya. Tina sedang di ruang depan, dengan wajah yang lain.
Lulu : Mama kenapa?
Lulu bergidik ngeri. Anak kelas 2 SMP itu melihat wajah ibunya yang membengkak seperti donat. sangat bengkak.
Tina : Mama minum jamu. Nenek kamu bawa. Muka mama aneh ya?
Lulu : Bukan aneh ma. Ngeri.
Tina : Mengerikan?
Lulu : Mama uda lihat muka mama?
Adik-adik lain menatap muka Tina. Semuanya bergidik ngeri dan menangis.
Lulu : Mana jamu yang disuruh minum ke mama?
Tina menunjukkan gelas di depan Lulu. Lulu menghidunya. Bau rempah yang kuat dan lendir yang menjijikkan.
Lulu : Tau mama, ini minuman racun. Berhenti mama minum.
Tina : Baiklah. Mama akan buang aja nanti.
Lulu : Esok gimana mama hantar kami?
Tina : Hantar seperti biasa lah.