Kematian Panji terjadi ketika Lulu kelas 1 SMA. Setelah kejadian itu, perang besar pun terjadi. Iya pembagian warisan. Mutia yang dibawah tekanan dan linglung, terus menandatangani uang warisan yang ternyata dibagi secara tidak adil. Tina sendiri tidak ingin mempermasalahkan itu. Yang dia khawatirkan sekarang ibunya, Mutia. Tapi Vira sudah berjanji akan menjaga Mutia. Dengan alasan itu pula, Vira mengelola seluruh keuangan harta Mutia.
Tina sendiri mencari cara lain untuk berbakti dengan Mutia. Yang paling sering disuruhnya datang menjenguk Mutia adalah Lulu. Setiap pulang sekolah Lulu akan datang ke rumah Mutia. Sekedar melihat apa yang kurang dari kebutuhan Lulu. Apakah Mutia berhenti usil dengan Lulu. Tidak. Sifat mulut tajam seseorang tidak akan pernah berubah.
Lulu datang ke rumah Mutia disuatu sore. Membawa makanan dari rumah karena Tina baru selesai masak untuk makan malam.
Lulu : Nek. Ini ada makanan dari Mama. Nenek uda makan.
Mutia menatap tajam ke arah Lulu.
Mutia : Kamu ngapain ke mari? Mana ayah kamu.
Lulu : Papa gak disini Nek. Uda pulang.
Mutia : Dasar keluarga gak berbakti.
Lulu sudah biasa mendengar umpatan Mutia. Lulu sudah dilarang membalas ucapan Mutia. Mengingat Mutia adalah orang tua yang harus dihormati.
Lulu : Tapi kami akan disini untuk nenek, jangan risau. Ini ada makan malam nek.
Mutia : Letak aja di atas meja. Bentar lagi nenek makan.
Lulu : Mama bilang, Lulu harus lihat nenek makan.
Mutia bergerak. Dia mengeluarkan sesuatu dari kulkas. Makanan tadi siang yang juga dihantarnya. Diperhatikan setiap pergerakan Mutia. Mutia membuang lauk siang itu ke dalam tong sampah.
Lulu : Kok dibuang nek? Kan masih bagus…
Mutia meletakkan mangkuk itu di dalam singki.
Mutia : Makanannya gak enak. Nenek gak suka.
Lulu diam. Itu adalah makanan yang dimasakkan oleh ibunya.
Lulu : Tapi mama yang masakkan lo, nek.
Mutia : Uda nenek mau makan malam.
Lulu diam. Setelah Mutia selesai makan, Lulu pulang.
Lulu : Mama tau, makanan mama dibuang nenek?
Tina : Makanan yang mana?
Lulu : Makanan yang tadi siang dihantar. Lain kali gak usah dikasi makan. Sakit hati ngeliatnya. Mau lihat anak sebelahnya masakin apa untuk perempuan itu.
Tina :Lu, tolong lu. Itu ibu mama.
Lulu : Orang kayak gitu gak layak dapat rasa hormat.
Tina : Kamu masih mau nolong mama atau tidak?
Lulu diam. Hanya itu saja ancaman Tina. Karena jika tidak, Tina sendiri yang menghantarkan makanan itu ke Mutia.
Lulu berlalu dari pandangan Tina. Tina tersenyum.
Tina : Terimakasih ya Lu..
****
Setelah beberapa minggu tidak bertemu, Lulu datang lagi. Tina menyuruh Lulu melihat Mutia lagi. Dengan pakaian sekolah, Tina mendatangi Mutia.
Mutia : Baru pulang sekolah?
Lulu : Iya nek.
Mutia : Makanlah dulu. Nenek buat nasi goreng.
Lulu : Tidak usah. Mau makan dirumah aja.
Mutia : Ayolah. Kamu sudah lama tidak makan di rumah nenek.
Lulu memang sudah jarang makan di rumah Mutia. Setelah banyak kali disindir. Lulu sudah jenuh dengan perkataan jahat neneknya dan sekutunya.
Lulu melembutkan hati. Dia ambil juga piring dan mengambil sedikit porsi. Sangat sedikit. Karena dia takut, dia lagi yang dibilang rakus.
Mutia : Kok dikit makannya.
Lulu : Iya gak lapar. Sayang kalau mubazir.
Mutia : Sebentar aja kamu datang?
Lulu : Iya. Mama suruh lihat keadaan Nenek. Lagian Lulu banyak peer.
Mutia : Kamu datang pasti minta uang jajan kan?
Lulu terhenyak. Ah ada saja mulut jahat itu mengeluarkan perkataan racun. Selain durhaka, sekarang keluar lagi perkataan peminta uang jajan.
Lulu : Lulu cukup kok uang kok dari Mama.
Mutia : Ah. Kamu kan datang kalau ada perlu uang kan.
Lulu : Tidak. Karena mama yang suruh.
Mutia berdiri meninggalkan Lulu. Lulu menghabiskan makanannya dan bersiap untuk pulang. Dia malas menghadapi perkataan menyakitkan berikutnya dari Mutia.
Mutia : Beneran mau pulang?
Lulu : Iya. Banyak peer.
Mutia : Pergilah ke kamar nenek ada duit.
Lulu pura-pura menurut. Dia masuk ke dalam kamar dengan dinding biru itu.
Lulu : Tak hingin aku duit ini.
Mutia : Uda ambil duitnya.
Lulu : Lulu pulang nek?
Mutia : Belajar yang rajin.
Lulu terus pergi dan pulang ke rumah. Tina sudah sampai dirumah. Sibuk dengan memberi makan adik-adiknya yang masih SMP.
Lulu : Mama tau apa yang ibu mama bilang ke Lulu?
Tina : Apalagi?
Tina sedang menyuapkan Bery.
Lulu : Dibilangnya Lulu datang semata-mata minta jajan.
Tina : Lulu ambil duitnya?
Lulu : Lulu idak ingin dengan duit itu. Lulu malas kalau harus ke sana lagi. Malas. Mulutnya pisau. Kalau mama kesana baru Lulu temani.
Tina : Baiklah.
Lulu mengangkut tasnya lagi.
Tina : Mau kemana kamu?
Lulu : Letak tas. Tukar baju. Bentar lagi tidurin Bery kan?
Tina : Baiklah.
Tina menghela nafasnya. Ibunya masih saja menyerang Lulu. Jika begini keadaannya, Tina tidak bisa mengubah Lulu yang semakin anti dengan Mutia dan saudaranya.
Tina harus menguatkan hatinya dengan sindiran keluarganya. Mutia menyebut Tina dan anak-anaknya sudah dicuci otaknya dengan Roni untuk menjadi anak durhaka. Tina menceritakan semua umpatan Mutia kepada Roni.
Roni : Lama-lama ibu kamu makin kelewatan ya.
Tina : Aku hanya menceritakan saja. Kamu tenangkan Lulu juga. Aku hanya tidak ingin membuat semakin rumit.
Roni : Bersabarlah. Aku belum bisa membawa kalian kembali kemari. Tapi…
Tina : Sudahlah. Aku gak minta kita kembali ke Malaysia. Anak kita ramai. Gak mungkin kita semua pulang. Maaf kalau aku malah membebani cerita yang rumit begini.
****
Hari ulang tahun Mutia pun tiba. Semua anggota keluarga harus datang. Tina sudah memperingati anak-anaknya untuk bersikap tenang. Dan tidak tersulut dengan marah.
Mereka semua masuk dan menyalami Mutia. Mutia bahagia. Cucu-cucunya berkumpul. Kecuali tanpa Roni.
Mutia : Lama sekali kalian tidak datang? Tidak rindu nenek ?
Lulu dan adik-adiknya tidak memberikan jawaban. Semua masih dalam keadaan tenang. Makan siang dengan tenang. Sampai Mutia kembali ke rumahnya. Tina dan anak-anaknya hanya duduk.
Zidan : Mana Papa kalian? Hari besar gini gak bisa pulang apa?
Doni : Papa kami sibuk kerja. Biasalah mencari nafkah.
Zidan : Sok sibuk ayah kalian. Padahal bisa aja tunggu warisan nenek kalian. Apa warisan dari Kakek tidak cukup?
Doni : Sayangnya Papa gak pernah tu pake duit warisan Kakek. Memangnya paman. Yang makan duit kakek.
Tina mendengarkan itu. Semua diam.
Vira : Makin lama gak jumpa, makin kurang ajar ya.
Doni : Siapa yang bahas topik warisan. Siapa yang kurang ajar?