Ke Anyelir

Maryam Badrul Munir
Chapter #8

Chapter 8 Perpisahan Akhir - Ending

Keadaan Mutia semakin menurun. Selain sakit tulang yang akut dan penyakit pikun. Badan Mutia benar-benar bengkok.

Ketika Mutia masih dalam keadaan sehat, Tina sudah melarang untuk Mutia melawan dengan perkataan dokter. Tapi apa mau dikata. Mutia selalu punya pemikiran sendiri. Dan Tina tidak bisa memaksakan apapun. Mutia malas bergerak. Kuat dengan minuman jamu. Dan yang terburuk makan semua yang terasa enak.

Hanya Tina yang rajin melihat keadaan Mutia. Sedangkan penjaga Mutia sudah bertukar banyak kali. Selain Ipah. Tina juga tidak berhak untuk ikut campur karena Tina sendiri memang sudah dilarang untuk bertanya. Tina tidak mempermasalahkan itu.

Anak-anak Tina setelah lulus kuliah, sibuk mencari kerja. Mereka merantau. Tentu saja tidak ada yang tahu dengan pergerakan anak- anak Tina.

Tina lebih banyak menghabiskan waktu dengan Roni dan anak bungsunya, Bery.

Tengah malam, Tina mendapatkan telepon dari Vira. Mutia masuk rumah sakit. Malam itu Tina hanya bisa memejamkan mata dan berdoa. Keadaannya juga tidak memungkinkan untuk dia keluar malam. Mungkin esok pergi baru dia akan mengunjungi Mutia.

Tina sempat melihat keadaan yang Mutia nazak. Anak-anaknya yang lain semua berkumpul. Dan diberikan kesempatan bertemu dengan Mutia.

Tiba giliran Tina. Tina mendekatkan mulutnya ke telinga Mutia.

Tina  : Pergilah dengan tenang ibu. Kita sudah saling memaafkan.

Tina menjauhkan dirinya. Duduk bersebelahan dengan Roni. Mereka duduk menjauhi saudara-saudara Tina yang lain. Beberapa tahun belakangan, Tina hanya berkomunikasi dengan Vira semata-mata untuk tahu keadaan Mutia yang berada di bawah jagaan Vira.

Tina tahu cepat atau lambat, ibunya akan pergi. Dia sudah persiapkan diri. Dia tahu, ibunya sudah lama menderita dengan penyakit pikun itu. Dan tulang. Mutia sudah lama berbaring di ranjang.

****

Rumah Mutia hanya dipenuhi keluarga. Tidak seperti kematian Panji yang didatangi banyak pelayat. Tina datang bersama Roni dan Bery. Tina memahami, anak-anak lainnya tidak bisa pulang karena pekerjaan. Toh bulan depan dia akan pergi ke Jakarta untuk mengunjungi anak-anaknya.

Vira  : Anak-anak kamu mana?

Tina  : Cukup kami aja.

Tina tidak memberikan kesempatan lagi untuk orang lain untuk menyalahi keputusan anak-anaknya. Mereka hanya mengirimkan duka cita dengan pesan. Sedangkan Lulu, tidak pernah bersimpati dengan kematian Mutia. Tina tidak membicarakan banyak. Acara pemakaman berlaku khidmat. Mereka semua kembali ke rumah Mutia.

Vira memanggil Tina. Tina lihat sudah ada Mimi dan Kiki.

Vira  : Kita selesaikan apa yang patut diselesaikan. Tanpa basa-basi. Karena kita tidak tahu kapan lagi bisa berkumpul.

Semua sudah duduk. Mimi menyerahkan amplop kepada Tina.

Mimi : Ini duit ganti pemakaman ibu. Vira sudah menjelaskan semuanya.

Tina mengambil amplop itu.

Lihat selengkapnya