Ke Biha-Biha Bukan Tanah Jahannam

Wijatnika Ika
Chapter #8

Selama Masa Menunggu

Sejak memutuskan untuk percaya bahwa undangan lebaran di Biha-Biha bukan prank, Antonio Suparno dan Andromeda Girri hanya memiliki satu pilihan, yaitu menunggu pemberitahuan ketiga. Andromeda Girri berspekulasi bahwa pemberitahuan ketiga akan dikirimkan menggunakan sebuah drone, sementara Antonio Suparno percaya justru kucing yang akan mengantarnya. Keduanya sering terbengong-bengong saat memandang langit, kemudian tertawa terbahak-bahak bersama, sampai-sampai Ibu Kos Sembilan Naga menyangka keduanya sudah sinting karena jadi korban PHK.

Ya, betul sekali. Antonio Suparno dan Andromeda Girri dirumahkan oleh bos masing-masing karena pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar, sebuah kebijakan yang sama sekali tidak menyerupai lockdown. Jakarta ditetapkan sebagai zona merah dan episentrum utama penyebaran virus corona. Rumah sakit mulai kelabakan menerima pasien baru dan sejumlah tenaga medis mulai meregang nyawa. Mayat-mayat dibawa menggunakan peti yang dibungkus plastik. Dunia kembali dibuat resah oleh jenis wabah yang membuat banyak bisnis tiarap. Berjuta pasang mata ketakutan melihat angka-angka yang merangkak naik menuju kematian dan angka-angka kegiatan ekonomi yang mengalami kehancuran. Katanya, angka kemiskinan baru dan mendadak akan menyasar 2 juta orang.

“Apakah bos kamu bangkrut?” tanya Antonio Suparno sembari memandang langit.

“No. Bos gue cuma sedang memikirkan ulang rencana bangkit kembali setelah dihantam corona selama dua bulan ini,” jawab Andromeda Girri.

Keduanya memandang langit sore sembari menunggu sebuah drone menjatuhkan amplop berwarna merah muda. Sementara mereka juga memasang telinga, menanti seekor kucing mengeong sebagai pertanda pemberitahuan ketiga. Andromeda Girri mengakui bahwa dia merasa seperti orang sinting, namun itu jauh lebih baik daripada tidur sepanjang waktu karena tidak mungkin bepergian tanpa ditangkap polisi. Ia juga bosan menonton film atau drama, dan matanya mulai sering iritasi, dan kepalanya nyaris meledak karena terpapar berita-berita di media sosial. Mereka berdua yang awalnya antusias mengikuti berbagai diskusi dan kursus online mulai mengalami stress tersebab perpindahan mendadak dunia nyata ke dunia maya.

Andromeda Girri berniat menjadi warga negara yang baik dan sabar agar terhindar dari mati konyol sebelum berhasil menikah dengan Daniel. Selama lima tahun berpacaran dengan lelaki itu, ia berusaha menjaga mimpinya untuk menjadi Nyonya Daniel Hartawan sebab di matanya menjadi istri Daniel merupakan pilihan hidup yang sempurna. Lelaki yang merupakan anak semata wayang sebuah keluarga kaya raya merupakan tangkapan cinta yang luar biasa.

“Daniel itu lelaki muda yang langka,” katanya suatu Ketika pada Antonio Suparno.

“Apa yang langka, memangnya dia satu spesies dengan dinosaurus?” Antonio Suparno bertanya penuh kejahilan. Waktu Andromeda Girri merayakan tahun pertama pacaran dengan Daniel, Antonio Suparno baru saja putus dengan Camelia yang memilih menikahi lelaki asal Brazil dan Pindah ke Costa Rica.

“Daniel itu anak tunggal dari sebuah keluarga kaya raya yang keluarganya baik, rukun dan bahagia. Siapa coba yang nggak mau jadi istri Daniel yang pewaris tunggal bisnis keluarganya? Dan gue adalah perempuan dari keluarga aneh yang sangat mungkin dipandang rendah keluarga kelas atas semacam itu. Tapi…” Andromeda Girri memberikan senyum manisnya kepada Antonio Suparno.

“Tapi apa?” Antonio Suparno penasaran sekali soal keluarga Daniel.

“Tapi Mama dan Papanya Daniel itu menerima aku apa adanya. Bahkan mereka bilang agar kami jangan lama-lama pacaran dan cepat nikah aja sebab mereka ingin cucu, gitu.” Andromeda Girri merasa bangga bahwa ia mendapat restu untuk menjadi bagian dari keluarga kelas atas bangsa ini.

“Kamu bangga gitu pacaran sama Daniel yang kelas atas itu?”

“Iya dong. Kelas atas kan biasanya picky alias pemilih,”

“Trus, keluarganya Daniel nggak pemilih?”

“Mungkin karena aku memang perempuan baik jadi nasibnya baik,”

“Amin. Aku senang kalau kamu senang, Centong!”

“Wah, makasih ya. Btw, kapan kamu punya pacar baru lagi?”

“Entahlah.”

“Nanti, kalau aku jadi istri Daniel dan aku dipanggil Nyonya dengan penuh hormat, aku janji nggak aka lupain kamu Babi Gunung! We are best friend forever!”

“Kalau misalnya keluarga Daniel bangkrut, kamu masih mau sama dia?”

“Iya dong. Mereka keluarga pebisnis. Bangkrut ya bisa bangkit lagi. Daniel kan gitu orangnya. Makanya aku cinta sama dia. Dia smart, pekerja keras, penyayang dan ambisius!” Andromeda Girri tersenyum bangga pada kisah cintanya.

Lima tahun kisah cinta itu berjalan dengan menyenangkan dan keduanya berencana menikah tahun 2020. Namun, wabah melanda dan rencana itu mungkin dibatalkan. Lagipula Daniel masih terjebak di Jepang dan dilarang pulang oleh kedua orangtuanya hingga keadaan stabil. Oleh karena itu, Andromeda Girri menuruti nasehat orang tua Daniel untuk menunggu hingga keadaan membaik. Maka perempuan muda itu mulai membuat ulang jadwal hariannya yang lebih banyak diisi dengan kegiatan olahraga ringan semacam yoga. Ia bersumpah tidak akan menghancurkan berat badan idealnya dengan ngemil pizza atau makan ramyun saat menonton drama Korea. Ia berjanji akan menjaga kecantikannya untuk Daniel. Ia pun semakin sering beribadah dan khusyuk mendoakan keselamatan Daniel.

“Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu,” Andromeda Girri selalu mengucapkan satu penggal puisi milik Sapardi Djoko Damono itu setiap kali hendak mengakhiri percakapan dengan Daniel via Whatsapp.

Sementara itu, satu-satunya harapan Antonio Suparno adalah bertemu Samina yang sangat dirindukannya. Ia juga penasaran bagaimana sang ibu melupakannya sebagaimana ayahnya yang orang Spanyol itu. Ah ya, mungkin ayah Antonio Suparno yang orang Spanyol itu sudah mati sejak lama, sebab tidak ada jejak kerinduan di dalam kepalanya kepada lelaki yang mewariskan postur tubuh yang indah dan wajah tampan kepada dirinya.

“Yang mati semakin banyak.”

“Iya, gue takut, gue belum nikah sama Daniel.”

“Aku kangen Alexa.”

“Lo dan Alexa udah rencana nikah?”

“Hmm, belum bicarain nikah sih.”

“Mamanya Daniel sering telepon, tanyain kabar gue gimana dan minta doa supaya Daniel bisa pulang ke Jakarta.”

“Mama Alexa nggak pernah telepon aku.”

“Kasihan.”

“Hooh.”

“Gue dan Daniel udah bikin rencana matang banget. Kita mau nikahnya sederhana aja semacam pesta kebun yang indah kayak di negeri dongeng hmmm ohhh indahnya. Kita nggak mau wedding yang megah dan mahal. Lo tahu kan gue ingin banget punya rumah sendiri saat nikah sama Daniel. Mamanya sih setuju aja.”

“Aku maunya ketemu ibuku sebelum nikah sama Alexa. Aku mau Alexa kenal ibuku.”

“Gue akan nikah tanpa bilang-bilang ke bapak dan emak gue yang bajingan.”

Lihat selengkapnya