Pukul 3 pagi, Antonio Suparno dan Andromeda Girri menunggu di persimpangan Jalan Tiga Serangkai yang sepi. Untuk bisa keluar, mereka memanjat gerbang pada pukul 2 pagi dan berjalan mengendap agar tidak ketahuan orang. Keduanya memanggul ransel berisi pakaian, makanan, minuman, dan obat-obatan layaknya hendak pergi kemping. Mereka berjalan dengan hati-hati selama satu jam lamanya dalam keheningan malam, sebab pemberitahuan makan sahur belum terdengar dari pengeras suara di masjid-masjid.
Setelah lima belas menit menunggu, tiba-tiba keduanya dikejutkan oleh langkah kaki seekor makhluk sebesar truk. Hewan besar itu berkaki empat, kepalanya sangat tinggi dengan tanduk yang banyak menantang langit malam. Matanya hitam pekat dan moncongnya sangat indah meski terlihat begitu tinggi.
“Rusa bertanduk sembilan!” Andromeda Girri hampir saja berteriak histeris saat melihat hewan besar itu berhenti di hadapan mereka.
Saat keduanya terbengong-bengong, seseorang membuka pintu dari bagian tubuh rusa itu, lalu melemparkan tangga tali seperti yang sering dibuat anak-anak pramuka saat berlatih.
“Naiklah!” orang di pintu itu berteriak.
“Beneran ada hewan kayak gini?” Andromeda Girri mulai ketakutan.
“Ini hewan apa mobil hybrid?” Andromeda Girri kembali bertanya.
“Apakah ini cyborg?” Andromeda Girri semakin ketakutan.
“Wah, jangan-jangan Elon Musk punya proyek rahasia di negara kita!” Katanya lagi.
“Atau ada ilmuwan lain yang lebih canggih dari Musk?” perempuan itu semakin penasaran.
Antonio Suparno menepuk Pundak Andromeda Girri yang mulai dipenuhi kegilaan sekaligus ketakutan dengan petualangan yang sebelumnya dianggap menyenangkan. Ia meminta Andromeda Girri naik duluan. Perempuan itu menurut dan membawa tubuhnya yang berat menaiki tangga tali yang berayun-ayun.
“Selamat datang, nona!” seorang lelaki berkumis yang ditekuk di bagian ujungnya menyambut Andromeda Girri.
Tubuh Perempuan muda itu basah oleh keringat dingin. Ia melemparkan ranselnya yang berat ke atas kursi kosong di dekatnya. Ia juga terbengong-bengong saat melihat ada sejumlah orang yang duduk rapi di dalam tubuh di rusa raksasa, memperhatikan dirinya bagai kucing-kucing yang ketakutan melihat spesies lain.
Antonio Suparno baru saja tiba dan mendorong ranselnya menjauh agar ia bisa berdiri dengan leluasa. Seketika ia berdiri mematung disamping Andromeda Girri yang sedang tercengang menyaksikan pemandangan di dalam tubuh rusa. Sementara si lelaki berkumis menggulung tangga dan menutup pintu. Tidak lama kemudian, seorang lelaki bertubuh mungil setinggi lutut Antonio Suparno muncul.
“Selamat datang tamu istimewa kita, Antonio Suparno dan Andromeda Girri!” lelaki mungil itu merentangkan kedua tangannya seakan memiliki sayap layaknya para malaikat. Andromeda Girri dan Antonio Suparno membuka ruang agar si lelaki mungil berada memimpin pertemuan mereka.
“Kalian berdua, silakan duduk disitu,” si lelaki mungil mempersilakan Antonio Suparno dan Andromeda Girri duduk di kursi kosong yang dikhususkan untuk mereka.
Lelaki mungil itu bernama Tuan Lelikur. Jabatannya merupakan General Manager Biha-Biha. Ia bertugas mengurus segala sesuatu dalam pengawasan Ibu Ageung yang Mulia sebagai pemimpin Biha-Biha. Kali ini tugasnya adalah menjemput tamu untuk perayaan lebaran tahun 2020 di Biha-Biha. Ia menjelaskan bahwa perjalanan menuju Biha-Biha akan melalui tiga perhentian dan setiap perhentian akan berusia satu hari. Ia berjanji bahwa perjalanan mereka akan menyenangkan dan tiba di Biha-Biha saat takbir lebaran dikumandangkan.
“Sebentar. Boleh saya bertanya sesuatu?” Andromeda Girri mengangkat tangan.
“Ya, sialan Nona,” jawab Tuan Lelikur.
“Ini masih di bumi, kan?” tanya Andromeda Girri.
“Ya, ini planet bumi,” jawan Tuan Lelikur.
“Lalu, ini kendaraan apa? Mengapa kita masuk ke perut rusa?” Andromeda Girri tampak memiliki banyak pertanyaan yang menggemaskan.
“Hebat, bukan? Ini kendaraan modern didalam tubuh seekor rusa raksasa bertanduk sembilan. Ini jenis yang hanya ada di Biha-Biha,” jawab Tuan Lelikur.
“Lalu?” Andromeda Girri hendak bertanya lagi.
“Nona manis, saya sarankan jangan terlalu banyak bertanya. Nikmati saja perjalanan ini. Makan sahur kalian akan tiba dalam 5 menit,” pungkas Tuan lelikur.
Benar saja, lima menit kemudian hidangan makan sahur tiba di meja mereka. Ada tujuh orang lain dalam rombongan dan mereka saling memperkenalkan diri, kemudian menikmati makan sahur dengan senang hati. Dari balik kemudi, Tuan Leikur merasa bangga telah menjalankan tugasnya dan baik.
“Nah, kalian telah menikmati makan sahur yang lezat. Sekarang, nikmati perjalanan kita. Horeeee!” Tuan Lelikur mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Namun, tetap saja ia terlampau mungil untuk menjadi perhatian para tamu yang bertubuh tinggi dan matang, juga penuh kekuatan untuk meremas dirinya.
Saat matahari muncul dari timur dan embun masih terperangkap di permukaan dedaunan, perjalanan mereka telah sampai di perhentian pertama bernama Danau Amarah. Tuan Lelikur membimbing para tamunya untuk menuruni si rusa raksasa menggunakan tangga tali, dibantu si lelaki berkumis. Mereka tiba di Danau Amarah, ditengah hutan bambu yang menari begitu misterius. Gemerisik daun bamboo mengingatkan Andromeda Girri pada sebuah film yang dibintangi aktris Zhang Ziyi, saat para ksatria beradu kekuatan diantara pucuk bamboo, yang mengesankan namun lebih mendekati ketidakmungkinan.
“Si rusa ke mana? Kok hilang?” Andromeda Girri celingukan.
“Sinting kamu! Itu bukan rusa tapi mobil truk!” jawab Antonio Suparno.
Andromeda Girri mematung bagai batu. Ia menyadari bahwa pikirannya sangat kacau sampai-sampai penglihatannya sendiri menipunya.
“Jadi, Pak eh Tuan Lelikur. Yang tadi itu rusa raksasa atau mobil truk, sih?” Andromeda Girri bertanya kepada sang penjemput, hanya sekadar ingin membuktikan apakah benar ia masih waras atau sudah sinting.
“Truk pengangkut jagung,” jawab Tuan Lelikur.
“Hah?” Andromeda Girri melongo, tak percaya bahwa ia telah dimanipulasi oleh isi kepalanya sendiri sehingga menciptakan khayalan mengenaskan.
“Ya, truk pengangkut jagung. Kita menggunakan truk yang berisi jagung tapi di tengahnya bolong untuk menipu polisi! Disanalah kalian semua duduk bagai pengungsi tapi merasa dalam kendaraan VIP? Mimpi!” Tuan Lelikur kemudian tertawa terbahak-bahak sampai-sampai tawanya menggema di seantero danau, seakan-akan danau misterius ini dikelilingi dinding yang sangat tinggi.