'Apakah alasannya sama?'
Tika ingat, tempo hari Pak Denis pernah mengatakan kalimat ini. Itu artinya Pak Denis tahu alasan keterlambatan Asri. Untuk alasan itulah Tika ingin sekali bertanya langsung kepada guru kelasnya itu.
Kali ini, Tika sudah ada di ruang guru. Dia duduk di kursi yang disediakan pak Denis di depan meja pribadinya.
"Ada apa Tika?" tanya Pak Denis. Dia menatap Tika dengan rasa ingin tahu.
"Soal Asri, Pak," ujar Tika dengan ragu.
"Ya. Ada apa dengan Asri?"
"Apakah Pak Denis tahu alasan kenapa Asri selalu terlambat?"
Pak Denis mengangkat alis sebelah kanannya. Gaya khasnya setiap kali bertanya. "Kenapa kamu ingin tahu?"
"Karena saya sahabatnya yang paling dekat. Tapi Asri tertutup. Dia tidak mau menceritakan masalahnya kepada saya, Pak."
"Apakah Asri akan senang kalau Bapak menceritakan rahasianya kepadamu tanpa sepengetahuan dia?" Pak Denis masih bertanya. Tika sendikit jengah karena Pak Denis terus bertanya.
"Memangnya alasannya itu rahasia ya, Pak?" Tika malah balik bertanya.
Pak Denis menggeleng. "Tidak."
"Kalau begitu bolehkah saya tahu alasannya, Pak?"
Pak Denis hanya tersenyum dan dia mulai bercerita.
***
Saat itu Asri berumur delapan tahun ketika ibunya meninggal dunia karena sakit. Orang bilang, ibu Asri menderita kanker ganas. Kanker itu menggerogoti rahim dan organ dalam lainnya. Ibu Asri sebenarnya sudah dibawa ke rumah sakit untuk kemoterapi. Tapi kanker itu sudah menyebar kemana-mana. Dokter bilang sudah stadium akhir. Pada akhirnya, nyawa ibu Asri tidak bisa tertolong. Wanita malang itu meninggal dunia di rumahnya yang sederhana. Meninggalkan dua anak yang masih kecil. Asri yang berusia delapan tahun dan adiknya Pendi yang berusia empat tahun. Ibu Asri meninggal dua pekan sebelum Asri naik ke kelas dua sekolah dasar.
'Mungkin karena alasan itulah Asri selalu terlihat murung,' batin Tika ketika mendengar kisah Asri. Pak Denis melanjutkan kisahnya.
Lalu dimana ayah Asri? Ayah Asri bekerja di Malaysia setahun sebelum ibunya meninggal. Hanya saja keluarganya kehilangan kontak. Tiba-tiba nomor telpon Ayah Asri tidak bisa dihubungi. Ayah Asri tidak memberikan kabar. Hilang seperti ditelan bumi.
'Aku tidak bisa membayangkan seperti apa kesedihan Asri,' celoteh Tika di dalam hatinya.