Cerita awal dimulai ketika Rahman selesai mengirimkan sebuah lamaran kerja pada suatu perusahaan dimana lokasi perusahaan tersebut merupakan kawasan industri dan pergudangan, tidak jarang terlihat melintas kendaraan bermuatan besar keluar masuk setelah bongkar muat pada suatu pergudangan. Teriknya sinar matahari seakan menusuk tengkuk Rahman seorang pejuang pencari kerja yang pada saat itu tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain tetap mencari pekerjaan dan berharap ada satu dari lamaran pekerjaannya yang dikirimkannya ini lekas mendapatkan suatu titik terang yaitu pekerjaan yang layak bagi Rahman.
Kehidupanku sebagai anak dari Ibu yang bernama berlian dan seorang ayah yang bernama Ramdan harapkan sebenarnya bisa langsung terpenuhi jika meminta kepada orang tuaku hanya saja sikap dewasa dan kematanganku secara psikologis membuatku lebih tidak memanfaatkan kesempatan tersebut dan akupun lebih memilih untuk berusaha semaksimal mungkin sampai aku memutuskan bahwa memang sudah tidak bisa berusaha lagi untuk mendapatkan pekerjaan. Aku selalu bergumam dalam pikiranku dan memberikan sugesti “Memang.. dengan meminta pada orang tuaku, tentu saja aku akan mendapatkan yang aku mau, namun orang tuaku tidak mungkin akan hidup selamanya untuk memenuhi setiap keinginan dan angan-anganku layaknya seorang anak yang belum matang secara pikiran seperti aku”.
Selama aku mencari pekerjaan ini dalam sehari aku memiliki target untuk mengirim lamaran minimal tujuh pada berbagai perusahaan secara langsung dan minimal 30 jika menggunakan media internet, meskipun tempatnya kemungkinan tidak berdekatan namun hal ini tetap aku lakukan dengan harapan jika suatu saat ada panggilan untuk wawancara maka aku bisa mempersiapkan diri baik dari segi pikiran maupun dari jarak antara lokasi rumah dan lokasi wawancara. Seusai mengirimkan lamaran pekerjaan yang terahir ini aku pun kemudian melihat jam tangannya yang menunjukkan Pukul 15.00, tidak terasa semua urusannya mengenai pengiriman lamaran pekerjaan sudah selesai semua untuk hari itu dan rahman pun bergegas untuk pulang tidak ada hal lain lagi yang mungkin aku tuju selain rumah dan memang tujuanku hari ini pun sudah selesai.
Selama perjalanan pulang aku terkadang memikirkan bayangan-bayangan ketika akan bekerja kelak, apa yang akan aku lakukan dipekerjaanku, aku bekerja di bagian apa nantinya, bagaimana sambutan kedua orang tuaku dan adikku ketika aku pulang kerja kelak, serta apa yang akan aku beli dengan gaji pertamaku untuk kedua orang tua dan adikku kelak. namun semua itu seakan-akan perlahan memudar ketika aku pun mulai menghitung-hitung sampai hari ini aku sudah menganggur tiga bulan lamanya. Ahh.. Tuhan, aku tidak mau memikirkan itu, sejak awal aku sudah berkomitmen untuk terus usaha mendapatkan pekerjaan sesulit apapun itu.. Tolong Tuhan, Berikan aku selalu kesehatan supaya aku tidak terganggu oleh sakit selama aku berjuang untuk mencari tempat Rezekimu yang kau bagikan ini.