Kecoak Dewasa

Sayyidatul Imamah
Chapter #3

3

Sekolah Dasar Serren telah berdiri pada masa-masa awal seorang presiden (yang nantinya akan menjabat selama 31 tahun) menduduki kursi tahtanya di suatu kota besar. Awalnya kepala desa yang mengajukan agar ada sekolah di desa itu, sehingga pembangunan dilakukan, meskipun agak lamban.

Setelah sekolah itu benar-benar berdiri, banyak orang tua yang tidak mau memasukkan anaknya ke sana. Selain karena merasa sekolah tidak berguna, juga karena para orang tua itu butuh anak-anaknya bekerja di sawah. Pada masa itu, sawah-sawah telah dirampas oleh tuan tanah dan para orang tua harus bekerja dengan tekanan dari berbagai arah: tuan tanah dan kelaparan.

Padahal, dulunya semua sawah adalah pemberian alam, sehingga semua orang yang lebih dulu menanami padi, jagung, atau tembakau di tanah itu bisa dimiliki. Makanan sulit dicari, padahal setiap diri manusia selalu kelaparan. Para orang tua itu berpikir untuk menyekolahkan anaknya di sawah saja.

Baru ketika kepala sekolah bersosialisasi pada warga mengenai betapa pentingnya pendidikan, beberapa orang tua mau untuk menyekolahkan anaknya.

Hal itu tidak bertahan lama. Karena beberapa tahun kemudian, banyak sekali desas-desus yang ditiupkan dari mulut ke mulut tentang suatu organisasi yang dibenci negara, dan orang yang bergabung di dalamnya harus dimusnahkan. Semua orang menjadi ketakutan, tidak mau ikut serta dalam kematian yang didongengkan. 

Katanya, kepala desa adalah antek organisasi itu, karena hal itulah dia bersikeras agar sekolah dibangun sehingga dia bisa menyebarkan kejahatan pada anak-anak muda. Beberapa hari kemudian kepala desa ditangkap, dia berteriak bahwa tuduhan itu tak berdasar, dia memohon ampun, dan berkata sekolah itu bisa ditutup. Bahkan setelah ditutup sementara, tidak banyak yang berubah, beberapa lelaki dewasa selalu tiba-tiba dituduh adalah antek-antek ketika berdiri di pinggir jalan, makan nasi di warung, atau bersembunyi di rumah. Semakin hari, tidak jelas bagaimana orang-orang berseragam itu menentukan siapa yang antek, siapa yang bersih. 

Tahun makin tahun, presiden yang sudah menjabat 31 tahun itu memengaruhi keadaan Desa Serren menjadi tidak karuan. Ada banyak tuduhan yang dilemparkan pada orang-orang di desa itu karena banyaknya pendatang. Semua orang desa mulai takut pergi ke sawah, atau bahkan keluar rumah. Lebih baik mati kelaparan daripada tiba-tiba diseret keluar desa dengan tuduhan tak berdasar.

Hal ini memuncak waktu para lelaki di desa itu melawan ketika terdengar tembakan untuk pertama kalinya di Desa Serren. Semua orang berteriak tentang revolusi, perlawanan, dan kehancuran. 

Paginya, semua orang diseret keluar tidak terkecuali Ayah Si Kepala Sekolah. 

Pada pagi yang cerah itu, banyak anak-anak yang tiba-tiba menjadi yatim, sendirian di desa yang hening.

Pada masa itu, tidak ada yang memikirkan untuk membangun kembali sekolah. Namun, saat presiden yang telah menjabat 31 tahun itu mengundurkan diri, ada banyak perubahan di desa itu. Salah satunya, kembali beroperasinya sekolah itu. Orang-orang menjadi sadar akan pentingnya pendidikan setelah mengalami berbagai tragedi yang menimpa mereka. 

Ketika orang dewasa menggarap sawah yang diberitahu bahwa bukan tanah mereka, anak-anak mereka belajar membaca agar suatu hari nanti tahu bahwa sawah itu adalah hak mereka, bahwa mereka punya hak untuk hidup karena mereka manusia. Mereka bukan hanya orang desa, mereka adalah penerus bangsa.

Lihat selengkapnya