Bunyi jepretan kamera bergema di dalam ruangan putih, setiap kali kamera berbunyi seorang lelaki tampan dengan tingg 190cm merubah pose tubuhnya. Ketika Xingchen sudah menyampirkan kembali kamera miliknya. Ia berjalan mendekat pada sang model, tersenyum manis dan memperlihatkan hasil jepretannya.
Lelaki itu tersenyum tipis melihat semua hasil foto Xingchen, menurutnya foto-foto itu sangat bagus, foto terbaik di dunia.
Tangan kanan sang model melingkar di punggung Xingchen, menarik Xingchen mendekat, lalu model itu mengecup dahi sang Fotografer.
Seketika wajah sang fotografer merah merona, tangan kirinya menutupi setengah wajahnya sembari menahan malu.
"Kita sedang berada di studio...."
"Aku hanya terlalu senang melihat hasil foto yang sangat bagus dari istriku."
"Zichen...."
Kemudian pintu studi didobrak dengan keras, pelakunya adalah anak bungsu mereka, gadis itu berteriak memanggil nama ibunya, kedua matanya berair dan pipi kanannya merah seperti habis dicubit.
"Ada apa sayang?" tanya sang Xingchen sembari memutar badannya menghadap si gadis, tangannya menyentuh pipi merah si gadis, jempolnya mengelus pipi yang merah itu.
Gadis itu memeluk Xingchen "Xuan gege! Xuan gege nyubit pipi A-Qing," rengeknya sampai tersedu-sedu.
"Aiya ... A-Xuan nakal, nanti mamah marahi."
"Bàba marahin dia! Hiks...."
"Lalu dimana A-Xuan?" tanya ayahnya.
Pelukan terlepas lalu A-Qing menunjuk ke luar studio dengan tongkatnya sembari masih sesenggukan. Pelaku pun menampakkan dirinya, memakai sweater dan celana panjang hitam, dimulutnya mengapit batang peremen warna putih, raut wajahnya terlihat kesal dan tak peduli.
Xuehaoxuan melihat kedua orang tuanya memandang dirinya, manik hitam miliknya bergerak ke samping menolak untuk melihat ke mereka. "Aku hanya kesal saja dia menangis terus. Padahal aku sudah menghajar anak-anak nakal yang membulinya."
Xingchen menepuk kedua pundak A-Qingdan menundukkan sedikit tubuhnya. "Apa itu benar A-Qing? Kamu dibuli?"
"Hiks ... iya, Xuan gege melihatku dibuli dan mereka membuliku karena terlahir dengan mata seperti ini."
"Harusnya A-Qing berterima kasih pada A-Xuan."
A-Qing segera menengok ke ayahnya dengan ekspresi yang dibuat sesedih mungkin sampai mengeluarkan air mata lagi, gadis ini meminta kakaknya dicubit balik sama ayahnya. "Bàba gamau balesin cubitan Xuan gege buat A-Qing." A-Qing menubrukan dirinya ke tubuh sang ayah.
Sang ayah mencoba untuk tidak mengiyakan pemintaan anak perempuannya ini tetapi A-Qing tetap terus menggodanya menggunakan ekspresi sedih miliknya yang bisa membuat orang-orang tergerak mengikuti kemauannya.
"Sasasa--sakit!" rintih Xuehaoxuan, gilirannya cubitan yang ia lakukan pada adiknya dibalas oleh sang ayah. "Ssssakit," ucapnya sembari memukul tangan ayah cukup keras sampai terlepas dari pipinya.
Kemudia Xuehaoxuan mendapatkan juluran lidah mengejek dari adiknya di balik pungguh Bowen, tentu Xuehaoxuan merasa kesal namun karena tidak ingin mendapatkan teguran dari ibu atau ayahnya ia lebih memilih diam dan mengelurkan tangannya pada A-Qing.
"Ayok pulang, pegang tanganku biar ga jatuh."
A-Qing menggembungkan pipinya dan sekali lagi menjulurkan lidah mengejek untuk sang kakak