Tepat pukul 20.00 WIB gretha sedang termenung sendiri menatap jendela kamar neysa.
Neysa : “Tha....”
Gretha : “Iya sa?”
Neysa : “Minum teh dulu.”
Gretha : “Makasih sa, kamu jangan terlalu berlebihan memberikan ku jamuan.”
Neysa : “Tidak ada yang berlebihan tha, kamu sudah ku anggap seperti adik ku sendiri.”
Gretha : “Kamu memang yang terbaik sa.”
Neysa : “Kita merendam kaki dikolam belakang rumah yuk, pasti akan menyegarkan untuk mu.”
Gretha : “Boleh sa, ayo”
Tak lama kemudian mereka beranjak dari kamar menuju ke arah kolam belakang sambil membawa dua cangkir teh hangat disertai camilan ringan.
Gretha tidak bisa membohongi perasaan nya, walau pun sudah berusaha terlihat kuat dan tegar, tetap saja ia sangat merindukan kedua orang tua dan adik nya, kejadian dua hari kemarin itu masih sangat terngiang-ngiang di dalam benak gretha. Baru saja pagi hari tadi adiknya di kremasi, siang nya ia berpisah dengan orang tua nya dibandara, dan syukur nya ketika sore telah tiba seusai demo, ia dapat bertemu neysa dan papah nya, sedikit mengurangi kesedihan nya. Namun tetap saja, rasanya di hari itu gretha merasa sepi dan sangat menyesakkan, rasa nya ingin sekali ia menyusul kedua orang tua nya, tapi gretha tak kuasa melakukan apa pun saat ini. Ia hanya mampu mengenang pertemuan terakhir dengan kedua orang tuanya dibandara kala itu, ia selalu mengingat pesan terakhir dari kedua orang tuanya.