Keesokan harinya, pada tanggal 16 Mei 1998. Gretha berusaha meluncurkan aksi nya kembali untuk mengikuti demo bersama mahasiswa lainnya. Kali ini, tepat pukul 08.00 pagi setelah sarapan, gretha berusaha meminta izin dan berpamitan untuk melanjutkan aksi demonstrasi nya kepada orang tua neysa. Gretha menghampiri papah dan mamah nya neysa yang sedang mengobrol diruang tengah.
Gretha : “Permisi paman, bibi... gretha ingin meminta izin untuk berangkat demo.”
Paman galih : “Kamu masih ingin melanjutkan aksi demontrasi? Bukan kah aspirasi kalian sudah didengarkan oleh rezim pemerintah? Gretha, dengarkan paman, kali ini paman tidak akan mengizinkanmu untuk pergi! Orang tua mu sudah menitipkan kamu kepada paman, jadi sekarang ikuti apa yang diperintahkan paman, ini demi kebaikan kamu juga nak.”
Gretha : “Iya paman, tapi bukan hanya itu yang menjadi titik berat saat ini. Gretha harus mencari banyak informasi terkait terjadinya latar belakang demonstrasi ini, dan gretha tidak bisa meninggalkan teman-teman gretha disana.”
Mamamh neysa : “Gretha, dengarkan bibi. Apa yang dibilang oleh paman galih benar, tidak ada guna nya kamu pergi kesana, yang ada hanya akan membahaya kan diri kamu. Kami akan khawatir, dan jika terjadi sesuatu dengan mu, apa yang akan kami sampaikan kepada kedua orang tua mu.”
Gretha tak mampu mengeluarkan suara kembali, ia hanya terkutik diam membisu. Sampai akhirnya neysa keluar dari dalam kamar, dan mendengar percakapan tersebut.
Neysa : “Gretha harus mencari banyak info untuk mengungkap dalang dibalik pemerkosaan yang dialami adiknya pah, mah. Oleh karena itu ia harus terjun ke jalan mengikuti aksi demo selanjutnya. Karena keadaan masih belum reda.”
Paman galih : “Justru itu anak ku, keadaan masih belum reda. Akan sangat berbahaya jika gretha harus pergi kesana lagi ditambah dia perempuan, sendiri kesana sama saja seperti kamu menyerahkan nyawa dengan tangan kosong.”
Neysa : “Neysa akan menemani gretha hari ini pah, neysa akan menjaga nya.”
Paman galih : “Tidak, papah tidak mengizinkan hal itu!”
Perdebatan semakin tegang antara neysa dan papahnya perihal izin untuk melanjutkan aksi demonstrasi di tanggal 16 Mei 1998.
Neysa : “Pah, tolong pah ini demi masa depan nya gretha. Kita sudah berjanji akan menolong gretha kepada kedua orang tua nya kan?”
Paman galih : “Cara papah menolong seseorang tidak seperti ini anak ku. Ini sama saja hanya akan membahayakan diri kalian sendiri. Kamu jangan coba membangkang papah karena hal ini neysa!”
Gretha : “Sudah sa. Tidak paman, neysa tidak akan pergi, biar gretha saja yang berangkat sendiri, hal ini tidak ada kaitannya dengan neysa, gretha mohon paman, izinkan gretha untuk ikut terjun ke jalan kembali, pasti teman-teman gretha sudah menunggu disana.”
Paman galih : “Gretha! Paman tahu kemauan mu sangat kuat, tapi kali ini paman tidak akan memberikan izin! Jika kalian memaksa silahkan pergi dari rumah ini.”