Sepulang presiden soeharto dari mesir, tepat ketika pesawat akan mendarat di bandara soekarno hatta, pesiden soeharto melihat keadaan ibu kota Jakarta sangat kacau dan porak poranda. Tepat diruang istana, presiden soeharto mengundang para petinggi negara diantaranya yaitu Emha Ainun Nadjib, Megawati, Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, Nurcholis Madjid dan tokoh lainnya termasuk pak harmoko selaku ketua DPR/MPR RI sedang membahas serta mempertimbangkan aspirasi mahasiwa. Disana presiden merasa negara akan lebih baik jika beliau mengundurkan diri. Tidak lama setelah diskusi panjang pada hari itu, presiden soeharto mengumumkan kepada publik bahwa dia akan memikirkan aspirasi mahasiswa, mendengar pernyataan tersebut mahasiswa sangat senang dan keadaan pun kembali menjadi lebih tenang.
Pada tanggal 17 Mei 1998, pada sore hari nya, setelah presiden soeharto membuat semua mahasiwa cukup senang dan tenang atas pengumuman nya terkait aspirasi mahasiswa, sore hari nya gretha berusaha mendatangi bank central asia untuk menanyakan kembali terkait tabungan nya, agar segera bisa diambil. Namun setelah konsultasi dengan pihak bank, uang tabungan nya masih belum bisa dicairkan. Butuh waktu beberapa hari ke depan lagi untuk mencairkan uang tersebut. Akhirnya gretha kembali memutar otak, ia bingung hari itu akan bermalam dimana. tidak mungkin ia pulang ke rumah paman galih, pasti paman galih masih marah kepada gretha. Tapi gretha tidak gempar, jika ia tidak menemui paman galih, justru akan semakin membuat nya kecewa. Dan gretha pun mengkhawatirkan keadaan neysa disana. Akhirnya ia pun memutuskan untuk pulang ke rumah paman galih dan meminta maaf kepada kedua orang tua neysa.
Sesampainya dirumah paman galih, gretha sangat tegang ketika melihat gerbang rumah neysa terbuka, jantung nya berdegup lebih kencang, bahkan untuk melangkah saja rasanya sangat berat. Tetapi gretha harus tetap memberanikan dirinya untuk menemui paman galih dan mamah neysa.
Gretha : “Permisi paman, bibi....”
Gretha berteriak dari arah pintu keluar berusaha memanggil orang yang ada didalam rumah.
Mamah gretha : “Iya, sebentar...” sahut mamah neysa yang terdengar dari arah belakang. Mamah neysa pun berjalan menuju arah pintu keluar. Jantung gretha berdegup jauh lebih kencang.
Mamah gretha : “Loh gretha?” mamah neysa terkejut melihat gretha yang sedang berdiri terpaku didepan pintu.
Gretha : “hmmm bibi....” sebelum ia melanjutkan ucapan nya sudah dipotong oleh papah gretha yang baru saja keluar dari dalam kamar.
Paman galih : “Untuk apa kamu kemari?”
Gretha : “Paman, bibi gretha meminta maaf atas hal-hal yang telah terjadi hari ini, itu semua bukan salah neysa. Tapi gretha yang bersalah.” Dengan nada suara rendah dan kepala tertunduk, gretha berusaha menyampaikan permintaan maaf nya kepada kedua orang tua neysa.
Paman galih : “Baguslah jika kamu menyadari kesalahan mu. Silahkan pergi” dengan nada ketus papah neysa menjawab permintaan maaf dari gretha.
Gretha : “Tapi paman.....”