Pada tanggal 20 Mei 1998 paman galih bersama istrinya yaitu ibu neysa bergegas mencari neysa serta gretha ke seluruh sudut kota Jakarta. Terutama yang menjadi pusat perkumpulan mahasiswa dalam aksi demosntrasi. Paman galih membawa mobil dengan sangat pelan sambil menyusuri jalan dan melirik ke arah sekitar. Tepat sampainya didepan jalan medan merdeka utara disamping monumen nasional mamah neysa melihat gretha yang sedang berjalan bersama neysa menuju arah lapangan monumen nasional.
Mamah neysa : “Pah, itu gretha bersama neysa pah...”
Paman galih : “Mana mah?”
Mamah neysa : “Itu disebelah kanan yang sedang berjalan ke arah lapang.”
Paman galih : “Oh iya, ayo mah kita turun”
Mamah neysa : “Ayo pah...”
Papah dan mamah neysa langsung memarkirkan mobilnya di sisi utara lapang monumen nasional. Dan langusung keluar dari dalam mobil untuk menemui gretha dan neysa.
Mamah neysa : “Gretha! Neysa!” gretha dan neysa menoleh ke arah belakang
Neysa : “Papah mamah” neysa menyahut
Gretha : “paman galih, tante..” gretha dan neysa saling bertatapan dengan raut muka mencengang
Neysa : “Papah dan mamah sedang apa disini?”
Paman galih : “Sedang apa lagi kalau bukan mencari kalian”
Neysa : “Neysa tidak mau pulang pah”
Paman galih : “Neysa dengarkan papah dulu ya... kita bicara baik-baik disana. Disini terlalu ramai nak, ayo gretha juga ikut.” Sahut mamah neysa yang berusaha menenangkan suasana.
Akhirnya mereka berempat pun pergi ke tempat yang tidak terlalu ramai untuk membicarakan hal tersebut.
Paman galih : “Papah minta maaf anakku, papah sadar kemarin-kemarin papah salah dan egois. Sebenarnya papah juga mengkhawatirkan gretha, berusaha mencari tahu terkait informasi tentang gretha, hanya saja papah belum menemukan titik pasti keberadaan gretha sampai pada akhirnya kamu pergi dari rumah neysa, dan papah menemukan kalian berdua disini.”
Mendengar pernyataan tersebut hati neysa terenyuh matanya sedikit berkaca-kaca.
Mamah neysa : “Benar anakku, papah dan mamah juga sebenernya tidak tega saat itu telah mengusir gretha, mamah tahu kamu sangat menyayangi gretha. Mamah sudah menduga hal ini akan terjadi. Tapi di sisi lain mamah jug yakin papahh tidak hanya berdiam diri setelah gretha pergi.” Mamah neysa menimbali percakapan tersebut.