KEDOK GEMBONG

Hernika Patmawati
Chapter #11

Gretha Mulai Mengepakkan Sayapnya

Sinar arunika telah menyorot sudut-sudut jendela kamar apartement gretha, wajah nya yang manis dengan mata sayu dan bibir tipis nya mulai menyadarkan nya dari mimpi indah semalam. Dia menggerakan kedua tangan nya ke atas sambil berteriak syahdu dengan keadaan mata yang sedikit demi sedikit mulai terbuka. Lalu ia menarik jam loker disamping tempat tidurnya yang berdering serta melihat pukul 08.00 WIB. Tak lama kemudian gretha beranjak ke kamar mandi untuk cuci muka dan bersiap merapikan isi koper nya untuk ia bawa ke singapore.

         Di sisi lain hakam dengan keluarga nya tengah berdebat mengenai izin nya yang akan berangkat ke singapore menemani gretha karena papah nya tidak mengizinkan hakam.

         Hakam : “Why pah?!”

         Papah hakam : “Kamu jangan berani-berani membantah apa yang papah bilang kali ini, kalau tidak, kamu akan berada dalam bahaya, gadis itu bukan gadis yang tepat untuk mu.”

         Tidak ada angin tidak ada hujan, bahkan acara makan malam yang di adakan oleh hakam dengan keluarga nya terkesan sangat baik pada malam itu, tapi entah kenapa papah hakam tiba-tiba tidak mengizinkan hakam untuk berangkat ke singapore. Sedangkan kakak nya hakam sudah berangkat kembali ke washingthon DC karena ada hal yang harus segera ia kerjakan disana. Jadi haikal tidak bisa membantu hakam kali ini.

         Hakam : “Bukan kah mamah sendiri yang bilang gretha adalah gadis yang punya semangat juang yang tinggi.”

         Papah hakam : “Dia berbeda keyakinan dengan kita, dia tidak akan pernah bisa memahami keluarga kita.”

         Hakam : “Sejak kapan papah berubah menjadi seseorang yang religius seperti ini pah? bukan kah papah hanya mementingkan pekerjaan papah, jabatan papah, dan kekuasaan?.”

         Papah hakam : “Kurang ajar!” PLAK! Satu tamparan dari tangan kanan papah hakam mendarat dipipi hakam.

         Papah hakam : “Kamu ajarkan anak mu sopan santun dan makna perjuangan yang sebenarnya, jangan bisa nya melawan saja.” Papah hakam melirik mamah hakam yang tengah tercengang melihat mereka berdebat.

         Mamah hakam : “Sudah-sudah kalian ini! Perihal ini saja diributkan! Kita kan bisa bicarakan hal ini dengan baik-baik!”

Papah hakam meninggalkan ruang tengah dan pergi ke dalam ruang kerja nya sedangkan mamah hakam berusaha menenangkan hakam dan menyuruhnya duduk di sofa ruang tamu.

Mamah hakam : “Tenang anak ku. Papah memang selalu saja seperti ini.”

Hakam : “Hakam akan tetap pergi mah, hakam sudah berjanji kepada gretha untuk menemaninya.”

Mamah : “Mamah memahami keadaan mu, tapi kamu harus berhati-hati jika memang kamu serius dengan gretha, jaga dia baik-baik. Mamah curiga ada yang sedang papah rencanakan. Tapi sudah lah jangan terlalu dipikirkan, lebih baik kamu segera berkemas sekarang.”

Hakam : “Iya mah, baiklah.”

Papah hakam memang lebih cenderung menyayangi haikal dibanding hakam, karena setiap hal yang dilakukan oleh hakam selalu saja bertentangan dengan papah nya. Sedangkan mamah nya hakam selalu berusaha menjadi penengah diantara anak-anak nya. Papah nya hakam memang lah bukan orang sembarangan, dia punya kuasa penuh atas sebagian daerah Jakarta terutama pekerjaan nya yang berhubungan dengan pemerintahan, sedikit saja dia memutuskan sesuatu hal maka orang yang bermasalah dengan nya tidak akan bisa aman.

Hakam : “Hallo sayang.”

Gretha : “Hai sayang.”

Hakam : “Besok mau aku jemput dimana?”

Gretha : “Langsung ke apartement saja kak, jam 06.00 pagi ya. aku memesan tiket keberangkatan pukul 07.00”

Hakam : “Okey see u tomorow”

Gretha : “See u” telefon pun ditutup.

Keesokan hari nya pada tanggal 12 juli 1998 hakam berangkat dari rumah nya pada pukul 05.00 dini hari agar tidak diketahui oleh orang rumah, tetapi ia sudah meminta izin pada mamah nya, namun papah nya tetap bersikukuh tidak mengizinkan nya pergi. Walau pun begitu, papah hakam sebenarnya tahu bahwa hakam akan tetap pergi. Hakam mengeluarkan mobil nya dari bagasi dengan penuh kehati-hatian, dan langsung beranjak pergi menjemput gretha di apartement nya.

Hakam : “Sayang aku sudah didepan gerbang”

Gretha : “Baru jam 05.30 sudah sampai sayang?”

Hakam : “Hehe iya, tidak apa-apa aku tunggu didepan ya.”

Gretha : “Ya sudah, tunggu sebentar ya. aku masih bersiap.”

Selang 30 menit berikutnya gretha turun dari apartement nya dan langsung masuk ke dalam mobil hakam, dan mereka pun langsung beranjak ke bandara Soekarno Hatta untuk memesan tiket pesawat. Setelah memesan tiket dan berjalan memasuki pintu pesawat, gretha dan hakam duduk dengan tenang sebelum akhirnya pesawat akan lepas landas.

         Hakam : “Semua nya aman kan tha?”

         Gretha : “Aman kak, aku sudah tidak sabar ingin bertemu papah dan mamah.”

         Hakam : “Sebentar lagi kita akan bertemu mereka, kamu duduk manis dulu saja disini hehe. Oh iya untuk alamatnya sudah kamu pastikan kembali?”

Gretha : “Sudah kak, aku masih ingat. Alamatnya yaitu di Toa Payoh kawasan perumahan flat No.4 tepat bersebrangan dengan pertokoan dan perkantoran, didekat taman umum pusat perbelanjaan singapore”

Hakam : “Baiklah, kamu istirahat dulu saja. Dalam 2 jam perjalanan kita akan sampai.”

Gretha : “Oke sayang.” Mereka berdua pun saling melempar senyuman.

Di sisi lain papah hakam sudah menduga hal ini akan terjadi, dia sangat paham kemauan hakam sangat kuat terlebih dalam hal asmara. Namun papah hakam masih ragu dengan asal usul keluarga gretha, tepat diruang kerja, papah hakam berusaha mencari tahu informasi terkait gretha, termasuk salah satunya menelfon paman bara, yang notabe nya masih keluarga dari papah hakam, yakni paman bara adalah adik dari papah hakam yang mengajar di universitas Indonesia.

Papah hakam : “Hallo bara”

Paman bara : “Iya ada apa, tumben sekali kamu menelponku kak. Pasti ada hal penting yang ingin dibicarakan.”

Papah hakam : “Iya tentu saja kamu sudah mengetahui nya, bisa bertemu sore ini di luar?”

Paman bara : “Hari ini aku sedang tidak bisa pergi kemana-mana karena banyak hal yang harus aku uruskan di kampus terkait tugas akhir dari para mahasiswa.”

Papah hakam : “Baiklah kita bercakap disini saja, terkait mahasiswa, aku ingin menanyakan satu hal, apakah ada salah satu dari mahasiswa mu yang bernama gretha?”

Paman bara : “Ya tentu saja. Dia gadis yang sangat gigih dan pintar terutama dalam hal menulis. Dia pun sedang memperjuangkan hak adiknya yang meninggal secara tidak wajar.”

Papah hakam : “Bara, dengarkan saya! Saya bisa meminta tolong kepada mu? Saat ini hakam tengah menjalin hubungan asmara dengan gadis tinghoa itu. Tolong kamu bantu untuk menjauhkan mereka berdua.”

Paman bara : “Memang apa yang salah dengan hubungan mereka?”

Papah hakam : “Gadis itu tidak tepat untuk keluarga kita, terlalu banyak perbedaan terutama dalam hal keyakinan.”

Paman bara : “Sejak kapan seorang al-habsyi pamungkas menyelisihkan terkait perbedaan agama?”

Papah hakam : “Kumbara! Kamu tidak usah banyak bertanya, lakukan saja apa yang aku perintahkan!”

Paman bara : “Baiklah-baiklah, tapi aku hanya ingin mengingatkan mu sekali lagi kak, apapun yang sedang kamu rencanakan kali ini. Ingat kak, hakam berhak bahagia dengan pilihan nya, siapapun gadis yang kelak ia pilih.”

           Bisa dibilang paman kumbara adalah saudara yang paling dekat dengan hakam setelah papah nya, bahkan paman bara pun sudah menganggap hakam seperti anak nya sendiri, setiap titah laksana yang dipetuahkan oleh paman bara pasti langsung dilakukan oleh hakam. Dan yang mengenalkan gretha kepada hakam pun itu karena berkat tawaran dari paman bara sehingga membuat hakam jatuh hati kepada gretha. Paman bara sangat mengetahui kisah asmara hakam, dia seringkali gagal dalam percintaan karena selalu terhalang oleh restu papah nya. Namun kali ini paman bara berusaha memihak dan memperjuangkan apa yang menjadi keinginan hakam, tanpa memperdulikan kembali ancaman dari kakak sulung nya sekaligus papah hakam yaitu paman habsyi. 

           Mamah hakam : “Sayang, coffe”

           Papah hakam : “Simpan saja dimeja” mamah hakam menghampiri papah hakam ke ruang kerja nya dan mengantarkan satu cangkir kopi kesukaan suami nya itu, dan berusaha meredam emosi nya kembali.

           Mamah hakam : “Hakam sudah berangkat ke singapore.”

           Papah hakam : “Tidak perlu memberitahu ku, aku sudah tahu.”

           Mamah hakam : “Mau sampai kapan kamu akan terus menggagalkan kisah asmara hakam?”

           Papah hakam : “Apa maksud mu mengucapkan hal itu? Sudah jelas-jelas gadis itu tidak akan bisa bersatu dengan keluarga kita, kisah hidup nya terlalu rumit.”

           Mamah hakam : “Terkadang aku tidak memahami apa yang kamu inginkan, lalu gadis yang sebelum nya hakam bawa? Apakah ia terlalu manja untuk menjadi menantu rumah ini? Sekarang dia memilih perempuan pekerja keras, kamu bilang terlalu rumit? Apa yang sebenarnya kamu inginkan suamiku? Tidak melihat kah kamu! anak kita sudah ingin mempunyai seorang pendamping hidup?”

           Papah hakam : “Hakam masih terlalu kecil untuk mengikuti logika nya, lihat haikal. Ia terus fokus dengan karir nya tanpa memikirkan seorang perempuan. Sudah lah lama-lama aku muak membahas ini, aku tahu keluarga tionghoa itu seperti apa?”

Mamah hakam : “Bukankah aku pun seorang keturunan tionghoa? Lalu apa masalah mu yang sebenarnya.”

Papah hakam : “Sudah lah lebih baik kamu keluar dari ruangan ini!”

Akhirnya mamah hakam pun keluar dari ruang kerja papah hakam, sebelum keributan semakin menjadi-jadi.

Hakam : “Tha, bangun... kita sudah sampai, ayo turun.” Hakam menepuk-nepuk bahu gretha sebelum akhirnya gretha terperanjat dari kursi nya.

Gretha : “Syukurlah akhirnya kita sudah sampai.”

Gretha dan hakam sudah sampai dibandara changi singapore, mereka mengecek koper mereka masing-masing. Lalu berjalan menuju arah pintu keluar dan memesan taxi yang lewat.

           Hakam : “Ayo tha kita masuk ke dalam taxi”

           Gretha : “Ayo kak” mereka bergegas menyimpan koper dibagasi lalu melanjutkan perjalanan ke alamat yang mereka tuju.

           Hakam : “Berikan alamat itu kepada sopir”

           Gretha : “Excuse me sir, we will go to this adress.”

           Sopir : “Ok ma’am i will take you.”

Gretha menarik nafas sejenak, matanya penuh harap karena ia senang akan segera bertemu kedua orang tua nya.

           Hakam : “Kamu sudah tidak sabar ya?”

           Gretha : “Tentu saja! Aku sangat merindukan mereka, aku akan memarahi mereka karena tidak memberikan kabar kepada ku 2 bulan ini.”

           Hakam : “Sabar sayang, tidak lama lagi kita akan bertemu kedua orang tua mu.”

Tidak terasa 30 menit perjalanan sudah terlalui, kini gretha dan hakam sudah sampai ditempat tujuan.

           Sopir : “We have reached our destination sir, madam.”

           Hakam : “Ok thanks, here’s the money

Sopir pun membantu mengeluarkan barang-barang hakam serta gretha dari bagasi mobil.

Hakam : “Syukurlah akhirnya kita sudah sampai tha.”

Gretha : “Iya kak, ayo kita jalan.”

Hakam : “ That’s raight. Kita cari flat nomor 4.”

Ting nong! Ting nong! Gretha sudah beberapa kali menekan tombol bell rumah flat nomor 4 dan hatinya semakin berdebar tat kala ia akan segera bertemu kedua orang tua nya. Namun tak disangka yang keluar adalah orang asing.

           Orang asing : “Sorry who are you looking for?”

           Gretha : “I’m gretha. I’m uncle liong’s nephew.”

           Orang asing : “Sorry, can you see, this is not uncle liong house.”

           Gretha : “But at my address it says uncle liong’s house is here!”

           Orang asing : “Where do you come from?”

           Gretha : “We are from Indonesia.” Nada bicara gretha mulai tinggi karena kesal, dia merasa gagal bertemu dengan kedua orang tua nya.

           Hakam : “Tha, calm down. Semua nya bisa kita bicarain baik-baik.” Gretha mulai gelisah karena ia merasa perjuangan nya sia-sia.

           Gretha : “Tapi kak, ini tidak mungkin. Kemana orang tua ku pergi.”

           Orang asing : “you wait here a moment!.”

           Gretha : “But sis!” Orang asing itu pergi ke dalam dan seperti ingin mengambil sesuatu hal, dan memberitahu kepada gretha.

           Hakam : “Tunggu sebentar tha. Jangan menangis okay!” hakam berusaha menenangkan gretha.

Orang asing itu kembali keluar serta menunjukkan sebuah foto dan alamat.

           Orang asing : “Is this your uncle? If yes, he already sold this house 3 years ago to my family. But at the time when we talked he said he would move to washingthon to continue his business trip here. And exactly two months ago, there was a husband Anda wife who were looking for them too, and i showed them this address. Are you the same person? Who is looking for uncle liong? If so, please just tae this address. Who knows can help you.

           Gretha : “Yes those are my parents. Now they are in washingthon?”

           Orang asing : “I don’t know, but problaly yes.”

Gretha : “Ok sis, thank ypu very much.”

Orang asing : “Yes you are welcome.”

Hakam : “Kamu tenang dulu ya.”

Gretha : “Bagaimana sekarang kak?”

Hakam : “Lebih baik sekarang kita mencari tempat istirahat terlebih dahulu. Nanti malam akan aku hubungi haikal untuk menanyakan alamat ini dan meminta bantuan nya.”

Gretha : “Baiklah”

Akhirnya setelah hari yang sangat melelahkan itu pun berakhir, gretha dan hakam memesan sebuah tempat penginapan yang tidak jauh dari pusat kota. Saat makan malam hakam berusaha menghubungi kakak nya.

           Hakam : “Hallo kak!”

           Haikal : “Kenapa kam?”

           Hakam : “Aku butuh bantuan mu! Kamu tahu alamat ini? massachusetts hall cambridge MA?”

Lihat selengkapnya