Keenan & Bella

Novia rohmawati
Chapter #6

6. GAGAL

Jantung nyaris melompat keluar dari tempatnya begitu salah satu lengan Bella melingkar di perutnya. Di tambah lagi jemari kecil gadis itu mencengkeram kuat sweter yang di pakai Keenan. Keenan pikir, ya Keenan pikir gadis itu tidak akan melakukan itu padanya. Mungkin hanya duduk di kursi belakang tanpa harus menyentuh seinci pun pakaian atau tubuhnya. Wajar jika Keenan sangat terkejut dengan aksi Bella beberapa detik yang lalu. Selama 17 tahun hidup di dunia, baru kali ini Keenan dekat dengan seorang cewek dalam artian yang sebenarnya. Sikap over protektif Mamanya selama ini membuat Keenan nyaris tak mengenal cewek di lingkungan sekolah maupun di sekitar rumahnya. Dan semua itu berdampak pada Keenan yang baru mengetahui jika di SMA nya menampung murid seperti Bella.

"Emm...," Bella bergumam pelan hendak mengeluarkan suara tapi dia memilih mengatupkan kembali bibirnya.

"Ngomong aja kalo mau ngomong." tutur Keenan sambil terus mengayuh pedal sepeda dengan kecepatan sedang menuju tinggi begitu cowok itu melirik jam yang melingkar di tangannya menunjuk pukul setengah tujuh.

"Kema--kemarin itu Mama lo?" tanya Bella masih tak bisa menghilangkan kegugupan. Bella masih tak habis pikir jika dunia membawanya kembali bertemu dengan cowok pemegang payung, bahkan bukan hanya bertemu saja tapi naik sepeda bareng sama sekali tidak ada dibenak Bella. Dan lucunya lagi, cowok itu adalah tetangga baru sebelah rumahnya. Dunia terasa sempit bagi Bella.

"Iya, kenapa? Cantik ya?" tanya Keenan balik sambil menoleh sekilas kearah Bella---melihat reaksi gadis itu.

Bella tak langsung menjawab, ingatannya kembali terbawa akan kejadian kemarin. Disaat dimana dia melihat Mama Keenan bersama lelaki yang tak lain adalah selingkuhannya. Dua manusia dewasa yang tengah di liputi perasaan cinta yang menggebu yang sukses membuat Bella jijik melihatnya. Bella menggeleng kuat mengenyahkan ingatannya yang terus menerus terisi dua manusia menyebalkan kemarin.

"Kenapa?" tanya Keenan heran.

"Enggak,"

Keenan menarik napas dalam. "Soal kemarin, gue minta maaf kalo Mama gue udah keterlaluan banget sama lo." tutur Keenan tulus.

"Iya," balas Bella singkat, gadis itu memilih menunduk.

"Mama aku em--"

CITTTT

Pedal rem sepeda di injak dengan kuat begitu Keenan melihat seekor kucing tiba-tiba melintas di depannya. Seseorang di belakangnya terantuk punggungnya dengan amat keras. Cengkeraman pada sweter Keenan semakin terasa bahkan kedua lengan Bella memeluk kuat perut Keenan. Keenan mengerjapkan kedua matanya cepat, menundukkan kepalanya menatap lingkaran tangan Bella pada perutnya. Tanpa sadar degupan jantung cowok itu semakin bertalu--- meloncat-loncat seperti kanguru.

Bella mengumpat dalam hati menyadari kebisuan cowok didepannya ternyata tengah melihat tangannya---melingkar pada perut Keenan tanpa ijin. Lantas kedua lengan Bella bergerak hendak melepaskan pelukanya tapi jemari kokoh Keenan kembali menautkan tangan Bella---gadis itu sontak mengerjapkan matanya berulang kali.

"Biar gini aja, lo bisa jatuh nanti kalo gak pegangan gue," Keenan menoleh sekilas sambil tersenyum tipis dan kembali melajukan sepedanya. Sementara Bella yang duduk dibelakang menahan gejolak hatinya yang terasa aneh. Apa mungkin dia beneran baper sama cowok pemegang payung?

***

Suasana kelas 12 IPA 1 tampak lengang pagi ini, semua murid disibukkan dengan buku mereka masing-masing. Entah itu membaca, menghafal atau menulis. Keenan yang kala itu memasuki kelas 12 IPA 1 dengan langkah santai langsung mengarahkan pandangannya ke tempat duduknya---melihat Alan yang tengah membaca buku di bangkunya. Langkahnya semakin cepat lalu duduk di samping Alan tanpa menganggu cowok itu.

"Lo tadi berangkat sama cewek Ken? Peningkatan banget buat lo. Emang emak galak lo gak tahu?" deretan pertanyaan tiba-tiba dari Alan membuat Keenan mendengus pelan.

"Apa yang lo lihat?" tanya Keenan sembari mengambil buku-bukunya di dalam tas.

"Gue lihat lo bonceng cewek, dan lo tahu dia siapa?" tanya Alan lagi---menoleh sekilas kearah Keenan lalu kembali fokus dengan bukunya. Keenan dan Alan adalah dua anak manusia paling beruntung di SMA Angkasa. Pintar, ganteng, anak orang kaya dan selalu menjadi kebanggaan keluarga maupun sekolah. Keduanya selalu menjadi bahan pembicaraan kaum hawa maupun guru-guru di sekolah. Prestasi mereka nyaris setara tapi selama tiga tahun ini Alan tetap unggul di pelajaran Matematika. Meskipun demikian Keenan sama sekali tak ada dendam atau perasaan iri pada Alan.

Lihat selengkapnya