Bella memandangi spanduk di depan bangunan yang bertuliskan "Kursus Modern Dance Mantul" dengan wajah tersenyum penuh arti. Mungkin Bella tak akan pernah bisa sampai disana, jika dia tidak mengenal Keenan maupun mendapatkan dukungan dari cowok itu. Tentu, Bella sangat senang dan bahagia bisa mengenalnya. Banyak sekali nilai positif yang cowok itu berikan padanya. Salah satunya yang pernah Keenan bilang padanya. "Tanpa kegagalan kita nggak akan pernah ngerasain gimana rasanya berproses."
Dan itu memang benar adanya. Bella sangat bersyukur. Karena sebuah kegagalan dia bisa memperdalam ilmu dancenya lagi. Lalu jika Tuhan masih memberinya waktu yang panjang dan mengizinkannya maka dia akan menunjukan pada dunia bahwa dia adalah Arabella putri. Gadis dengan segala kekurangannya yang akan menggemparkan dunia dengan tarian dancenya.
Menarik napas pelan, mengumpulkan keberanian. Lalu melangkahkan kakinya memasuki bangunan tersebut. Saat kakinya menapaki lantai di dalam ruangan, seketika Bella langsung di kejutkan dengan keberadaan beberapa anggota yang sudah datang dengan senyuman hangat---bergerombol membentuk lingkaran besar. Ada sekitar 30 anggota cewek dan 15 anggota cowok. Tak lupa Bella pun membalas senyuman mereka dengan canggung.
"Anggota baru benar?" tiba-tiba dari sebuah ruangan keluar seorang wanita cantik dengan pakaian lengkap dancenya mendekati Bella dengan senyuman lembut.
"Benar, saya Bella." balas Bella sambil tersenyum.
Wanita itu mengangguk.
"Silahkan duduk dulu, sebentar lagi kegiatannya akan di mulai. Enjoy ya," menepuk bahu Bella pelan.
"Terima kasih,"
Sebagai anggota baru di tempat kursus dance, Bella cukup pandai dalam menyesuaikan diri. Ketika gadis itu di tunjuk oleh pelatih untuk berkenalan dan unjuk bakat di depan seluruh anggota. Bella sama sekali tak merasa canggung ataupun malu. Justru dia dengan percaya diri menunjukkan bakatnya dancenya kepada seluruh anggota. Suara tepuk tangan terdengar riuh begitu Bella menyelesaikan tariannya. Gadis itu membungkukkan badannya dan kembali bergabung bersama anggota yang lain.
"Baik, kita akhiri pertemuan kita hari ini. Kita sambung lagi minggu depan," ujar Luna, pelatih dance di tempat itu.
Bella keluar dari tempat kursusnya tepat pukul 4 sore. Mengecek ponselnya yang berdering sejak beberapa menit yang lalu. Mengernyit kecil saat ia mendapati sebuah pesan teks di kirim dari nomer tak di kenal.
From : 082xxxxxx
"Aku sudah mengirim uang ke rekening mu! Mulai saat ini jangan pernah dekati Keenan lagi!"
Bella sangat yakin, siapa lagi jika bukan mama Keenan yang mengirim. Hanya saja pesan itu di kirim dari nomer berbeda, mengingat nomer yang menghubunginya tadi pagi sudah dia block. Bella tak peduli apapun yang akan wanita itu lakukan padanya. Dia tetap dengan pendiriannya, tidak akan pernah meninggalkan Keenan kecuali Tuhan yang meminta.
Kembali memasukkan ponselnya di dalam tas dan melangkah kecil ke bawah pohon rindang di depan tampat kursusnya sembari menunggu kedatangan Keenan. Tapi tiba-tiba dadanya terasa tak enak. Seperti ada batu besar menghantam---nyeri dan terasa sangat sesak. Begitu juga kepalanya yang tiba-tiba teramat pusing. Bella mencoba duduk, sambil mengatur napasnya yang terputus-putus. Kedua matanya mulai kabur sebelum akhirnya dia tergolek lemas di pelukan seseorang yang berlari cepat menuju tempatnya.
***
Sudah satu jam Jeno menunggu Bella yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan perasaan kalut. Gadis yang dia tolong tadi tampak pucat pasi, tidak ada pancaran kebahagiaan dari wajahnya sedikit pun. Salah satu tangan Bella di infus, bunyi alat bantu terdengar lirih namun pasti. Di tambah lagi bau obat-obat yang sangat menusuk membuat lelaki itu berulang kali menutupi hidungnya karena pobianya.