Sebenarnya apa yang di inginkan Jeno dari Keenan? Setelah merebut Sintia kini lelaki itu bilang akan merebut Bella darinya. Mendengar itu Keenan tak lagi bisa menahan amarahnya. Tangan kanannya terkepal kuat disamping tubuhnya sangat siap menonjok wajah Jeno.
"Aku sudah muak dengan Mamamu Ken, biarkan aku menikma--"
BUGH
Satu pukulan melayang keras tepat mengenai wajah Jeno sebelum lelaki itu menyelesaikan kalimatnya. Membuat lelaki itu mundur beberapa langkah karena tak siap mendapatkan serangan. Sementara Bella yang berdiri tak jauh dari mereka memekik ketakutan. Memejamkan matanya tak kuasa melihat pemandangan di depan sana dengan mata kosong saat Keenan kembali melayangkan satu pukulan keras---mengenai wajah tampan Jeno lagi. Kini wajah Jeno di hiasi lebam biru di pipinya. Darah segar segera mengucur deras di sudut bibir lelaki itu.
Luka beberapa waktu lalu sudah sembuh, kini wajah Jeno mulai di hiasi luka baru akibat perkataannya sendiri. Meringis kesakitan sambil menyeka sudut bibirnya yang berdarah.
"Sampai kapan kau akan merusak kebahagiaanku hah!" Kembali di tarik kerah kemeja Jeno. Bella melihat itu langsung mendekati Keenan dan melerai pertengkaran yang di dominasi oleh Keenan sendiri. Sementara Jeno terlihat pasrah sejak tadi.
"Ken udah, Bella mohon," lirihnya di samping tubuh Keenan, sambil menyentuh lengan cowok itu. Bukannya menurut, Keenan justru menyentak tangan Bella kasar. Membuat tubuh mungil gadis itu sedikit terdorong ke belakang. Bella tercengang akan sikap Keenan yang tiba-tiba kasar dan tak berperasaan. Dadanya terasa di cubit, nyeri menyentak ulu hati.
Jeno tertawa pelan di sisa nyawa yang tersisa. Menyeringai kecil dan berkata. "Sampai aku puas!"
Keenan semakin di buat geram. Sorot mata tajamnya tak pernah absen sedikitpun menatap lelaki di depannya. Lantas satu pukulan telak mengenai wajah Jeno dan seterusnya. Membuat Bella berteriak histeris sesekali melerai meskipun yang dia dapat hanya sebuah dorongan dari Keenan. Cowok itu benar-benar marah padanya kali ini.
"Ken cukup! Kamu bisa membunuh dia!" ditariknya kasar tubuh Keenan yang sejak tadi menindih tubuh Jeno. Jalanan yang cukup lengang membuat Keenan semakin leluasa membabi buta Jeno. Membuat Bella kewalahan di buatnya.
"Cukup Ken!" Bella berteriak tepat di depan wajah Keenan yang merah padam. Menyentuh lengan tangan cowok itu dengan lembut namun segera di tepis oleh Keenan.
Keenan tersenyum di ikuti air mata mengalir dari sudut matanya. "Kenapa harus dengan dia?" tanyanya dengan raut wajah terluka, sorot matanya meredup meskipun dentuman dadanya terasa sesak. Sesuatu seperti menghantam ulu hatinya sampai ke inti. Sakit sangat sakit begitulah yang Keenan rasakan. Matanya kembali berkaca-kaca.
Bella menggeleng cepat. Ketakutan mulai menghantui pikirannya. "Tidak Ken,"
"Kenapa harus dengan dia kamu berselingkuh!"
"Apa tidak ada cowok lain selain dia hah! Cukup mama ku saja yang selingkuh dengan bajingan itu!!!" bentaknya tak bisa lagi membendung kemarahan. Rahangnya mengetat keras gigi-giginya saling bertubrukan---bergemelutuk dengan kuat.
"Ken--" lirihnya, air matanya meluncur dari pelupuk matanya.
"Aku muak denganmu!" bentaknya dengan sorot mata tajam. Tatapan yang dulu hanya dia tujukan pada orang-orang dia benci, kini Bella ikut melihatnya. Di sentak kuat tangan Bella yang menyentuh lengannya.
Bella berlari mengejar Keenan yang berjalan cepat menuju mobil. "Ken! Bella bisa jelas--"
BLAM
Suara pintu mobil di tutup dengan kencang sukses membuat Bella berjengit kaget. Gadis itu semakin berlari mendekati mobil Keenan, mengetuk kaca mobil beberapa kali namun sayang mobil itu segera meluncur dengan cepat membelah jalanan. Bella terisak, air matanya mengucur dengan deras. Dadanya sangat sesak, jauh lebih sakit dari pada penyakit yang dia derita. Perlahan Bella menoleh ke arah Jeno yang masih terkapar di atas trotoar. Lelaki itu menyeringai kecil.