Suara teriakan Bella berhasil membuat dua anak manusia yang tengah duduk di depan meja bar itu menoleh dengan cepat. Terutama sang pemilik nama. Namun tak sedikit juga para pengunjung klub yang mengikuti asal keluarnya suara teriakan itu. Dengan perasaan tak menentu Bella berjalan mendekati Keenan dan Alan begitu beberapa detik yang lalu kedatangannya di lihat oleh sang Kekasih. Kekasih? Apa Bella masih memiliki wewenang memanggil Keenan dengan sebutan kekasih jika hubungan mereka beberapa minggu ini sangat jauh dari kata kekasih.
"Ken?" Panggilnya parau. Dadanya terasa di himpit sesuatu yang besar sampai rasanya susah untuk bernapas. Setitik air mata jatuh dari sudut matanya tanpa Bella sadari. Kecewa begitulah yang Bella rasakan saat ini. Keenan yang dia kenal jauh dari kata buruk ternyata...sudah Bella tak ingin memperpanjang masalah.
"Bel?" Suara itu panggilan itu bukan milik Keenan melainkan Alan. Cowok itu tahu apa yang tengah Bella rasakan sekarang, sama sepertinya sekarang. Misi keduanya juga tak jauh berbeda. Alan ingin membawa Keenan keluar dari tempat neraka itu tetapi karena Keenan sama sekali tak menggubris akhirnya dia menunggu cowok itu. Namun beberapa menit saat kedatangannya disana, Keenan tak henti-hentinya memanggil nama Bella. Akhirnya Alan pun mengirimkan pesan untuk Bella.
"Gue harap lo mikir yang positif aja," bisik Alan di samping tubuh Bella. Membuat gadis itu sekilas menoleh kearah Alan dan kembali melihat Keenan yang tampak biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa.
"Ken?" Panggil Bella lagi sambil melangkah mendekati Keenan. Cowok itu hanya melirik sekilas dan meminta satu gelas wine lagi pada petugas bar. Sukses membuat Bella mengepalkan kedua tangannya antara kesal karena diabaikan dan marah karena sikap Keenan yang sedemikian.
"Ken! STOP!" Teriak gadis itu sambil menampik segelas wine yang baru saja di sodorkan oleh petugas bar. Suara gelas terjatuh membentur lantai hingga hancur berkeping-keping sama sekali tak membuat Keenan bereaksi lebih, tetap santai. Justru orang-orang disekitar yang tampak tercengang dengan keributan yang mereka ciptakan.
Memutar bola mata jengah dan berkata. "Lagi," ujarnya lirih, meminta satu gelas lagi pada petugas bar. Bella maupun Alan sudah benar-benar kehilangan sosok Keenan kali ini. Didepan mereka bukanlah Keenan yang mereka kenal. Bella tampak membuang napas kasar dan menoleh kearah Alan---meminta saran.
"Tampar dia biar sadar," ucapnya tanpa suara.
Bella menelan susah payah salivanya, mungkin benar apa yang di sarankan Alan. Keenan sudah di pengaruhi alkohol dan tamparan mungkin sedikit membuat cowok itu bangun.
Bella memejamkan matanya sejenak dan membuka lagi. Detik kemudian dia menghadiahi satu tamparan keras mengenai pipi Keenan, membuat wajah cowok itu sedikit terbanting ke sisi kanan. Melotot tajam sambil mengusap pipi kirinya.
"Apa yang lo lakuin Bell!" Teriak Keenan murka. Sementara yang memberi saran tampak tertawa pelan.
Benar! Cowok itu sekarang sadar jika didepannya sekarang ada Bella. Lalu kemana perginya nyawa Keenan tadi?
"Kita pulang!" Di tarik paksa jemari besar Keenan, membuat cowok itu mau tak mau turun dari kursi. Tapi detik kemudian menyentak tangan Bella.
"Apa-apaan sih lo! Gue nggak ada urusan sama lo!" Sentak Keenan murka.
Bella berbalik badan menghadap Keenan lagi. "Kita pulang tempat kamu nggak disini Ken!"
"Apa peduli lo! Seharusnya lo kencan sama selingkuhan mama! Lo pergi dari sini!"
"Ken?"
"Udah berapa kali gue bilang sama lo Bel! Gue muak sama lo!"
Mendadak pasokan oksigen di tempat itu hilang, dadanya terasa sesak. Dengan bibir bergetar Bella memanggil Keenan. "Ken..."
"PERGI!!!" Tatapan mata tajam , penuh menusuk.