Bella keluar dari kamarnya setelah menghabiskan hampir dua jam lebih mematut dirinya didepan cermin. Melangkah anggun layaknya putri kerajaan. Kedua kakinya yang cantik di balut high heels berwarna merah, di padukan dress tanpa lengan dengan panjang diatas lutut berwarna senada. Bella tak terlalu pd sebenarnya, tapi semua ini Mamanya yang menyuruh agar memakai dress itu.
"Astaga! Ya tuhan! You look so beautiful Bella," pekik Mita dari lantai bawah, mendongak penuh minat melihat Sang anak yang baru saja keluar dari kamar. Mendengar hal itu Bella bersemu. Tersenyum lembut dan menuruni anak-anak tangga dengan hati-hati. Tidak lucu bukan jika sampai jatuh dan gagal pergi ke acara pertunangan teman mamanya.
"Kamu cantik sayang, astaga mama sampai pangling," memutari tubuh mungil Bella, seraya melihat gadis itu dari atas sampai bawah.
"Ih Mama apa sih, ayo buruan berangkat nanti terlambat lagi,"
"Ayo, udah jam 8 astaga. Melihat kamu secantik ini sampai lupa waktu," Mita terkekeh pelan, menggandeng lengan Bella dan keluar dari rumah.
Melangkah menuju mobil mereka yang terparkir di depan pagar. Keduanya masuk dan Mita melajukan mobil tersebut dengan kecepatan sedang. Setelah hampir dua puluh menit waktu yang mereka gunakan di perjalanan. Mita memarkirkan mobilnya di parkiran, di samping mobil-mobil para tamu yang datang. Sesekali Mita bertukar sapa pada seorang wanita cantik yang Bella yakini teman mamanya dulu.
"Ma, Bella ijin ke toilet dulu,"
"Hah? Kok buru-buru banget?" Mita balik bertanya.
"Iya bentar doang kok, nanti Bella nyusul,"
"Beneran ya?"
Bella mengangguk dengan senyuman lembut.
"Ya sudah mama masuk dulu ya," Mita lantas segera pergi meninggalkan Bella di parkiran dan menuju pintu masuk gedung.
Bella menarik napas panjang dan mulai melangkahkan kakinya menuju toilet dengan lambat takut terjatuh. Bella tak begitu pandai menggunakan high hells. Meskipun tidak terlalu tinggi tapi Bella bersumpah dia paling payah dalam hal berjalan menggunakan high heels.
TAK
Dan benar apa yang di takutkan gadis itu, baru saja mau memijaki lantai yang sedikit tinggi tiba-tiba kakinya terjengkelok. Tubuhnya limbung, jantungnya berdebar. Hanya satu di otak Bella saat itu.
Jatuh
Pasti gadis itu akan terjatuh mengenaskan dan dia akan malu.
Memejamkan matanya erat-erat. Tapi dia tak kunjung merasakan benda keras menyentuhnya justru sebuah pelukan hangat yang dia terima. Bella membuka matanya cepat dan alangkah terkejutnya saat cowok yang sebulan ini hampir lenyap dari ingatannya menolongnya dari kejadian memalukan. Berdentam keras jantung Bella, bola matanya mengerjap mencoba memastikan jika orang yang tengah memeluknya itu adalah Keenan.
"Berdiri, berat!" Ucapnya dingin dan membantu Bella berdiri.
Bella yang masih di rundung perasaan malu hanya bisa menunduk. Bingung harus melakukan apa. Lantas dia segera melanjutkan langkahnya menuju toilet meninggalkan Keenan yang masih berdiri kaku di tempat sambil melihat punggung Bella mulai hilang di balik tembok.