Steve dan Wina sedang duduk minum teh dan makan beberapa potong cookies alpukat di teras rumah, saat sebuah mobil berwarna hitam memasuki halaman rumah.
Pintu mobil bagian depan terbuka dan keluarlah seorang wanita yang tampak anggun dengan potongan rambut pixie seperti Lady Diana, mengenakan kemeja berwarna merah bermotif bunga dan rok panjang hitam. Wanita itu menyetir mobilnya sendiri. Pak Satya segera berlari ke arah mobil itu dan memarkirkannya di garasi.
Wanita itu tampak terkejut melihat Steve dan Wina yang sedang duduk di teras rumah. Steve dan Wina berdiri dan menyambut kedatangan wanita itu.
“Steve? Kamukah itu sayang? Ya Tuhan ...“ Wanita itu langsung berlari memeluk putranya tercinta.
“Mengapa tidak beritahu akan datang? Mami kan bisa minta izin dan menjemput kalian.”
Ia lalu menoleh kepada Wina, “Wina! Kemari sayang!” Wina seperti ragu mendekat, namun wanita itu langsung memeluknya erat. “Selamat datang di rumah kami, Wina. Mami senang bertemu denganmu.”
“Iya, Tante. Wina juga senang bertemu Tante.”
“Panggil Mami saja, sama seperti Steve. Kalian kan tidak lama lagi menikah.”
Wina mengangguk. “Baik, Mami.” Ia tersenyum menampakkan lesung pipinya di sebelah kiri.
“Kamu sangat manis. Pantas saja Steve jatuh cinta. Tapi bukan hanya paras, hatimu juga pasti cantik, Mami yakin.”
Kata-kata itu bagaikan setetes embun yang meresap hingga ke jiwa. Menyejukkan. Wina merasa sangat terharu. Ia merasa sangat disambut. Tak terasa air matanya jatuh, dan hal ini disadari oleh Steve yang langsung menggenggam tangan kekasihnya itu.
Saat selesai makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga sambil mengobrol dan menonton televisi.
“Papi belum pulang, Mi?” Steve merindukan ayahnya.
“Papi sedang di luar kota, Nak. Mungkin lusa baru kembali. Ada pembukaan cabang baru di Kalimantan Timur. Kalau saja kamu memberitahu kami kalau kamu akan datang, Papi pasti akan menyesuaikan jadwalnya, atau menunjuk salah seorang manajer untuk menghadiri acara itu.”
“Kami berencana mau buat kejutan buat Mami dan Papi.”
“Iya sayang, Mami terkejut,” kata ibunya sambil tertawa.
“Jadi, bagaimana rencana kalian? Kapan Mami dan Papi bisa menemui keluarga Wina?”
“Itulah yang kami ingin bicarakan dengan Mami. Wina punya seorang ibu, ibu yang sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri, dan saat ini kami kehilangan komunikasi dengannya. Namanya Nathania Maura Adams. Kalau tidak salah, Steve sudah pernah cerita sama Mami dan Papi tentang wanita itu.”
“Mami mau dengar dari Wina. Ceritakan tentang ibumu, Wina. Tidak apa-apa, sayang. Kalau saja Mami bisa membantu.”
Kedua orang tua Steve sudah mengetahui masa lalu Wina. Dari sejak awal menjalin hubungan dengan Wina, Steve sudah menceritakan semuanya tentang gadis pujaan hatinya itu. Namun, mereka hanya mengetahui bahwa ada seorang wanita yang membantu Wina keluar dari masa lalu yang kelam itu, namun untuk lebih detailnya lagi tentang sosok wanita itu, mereka belum mengetahuinya.
“Aku rasa kebahagiaanku tidak lengkap tanpa kehadiran Ibu Maura. Beliau sangat berjasa dalam hidupku. Bagaimana mungkin, di hari bahagiaku nanti, ibuku tidak ada di sampingku. Aku butuh restu darinya, dan saat ini, kami tidak tahu harus mencari Ibu kemana, ia menghilang begitu saja dari kehidupan kami,” Wina mulai terisak. “Aku merasa seperti jadi yatim piatu kembali.”
“Sayang, sudahlah. Yakin bahwa kita akan menemukan ibu kamu,” kata ibunya Steve menenangkan Wina.