Ini ilustrasi untuk Bab 1-menggambarkan suasana bar yang misterius dengan Leon dan Arman berbicara, sementara sosok bayangan mengawasi dari kejauhan.
Bab 1: Awal dari Kegelapan
Bagian 1: Dunia yang Tenang dalam Kepalsuan
Langit malam menggantung suram di atas kota, gemerlap cahaya neon menyelimuti gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Di balik layar monitor, ribuan sistem bekerja tanpa henti, mencatat setiap transaksi, percakapan, dan gerakan manusia. Dunia tampak damai di permukaan, tetapi hanya sedikit yang tahu bahwa di balik semua itu, ada tangan-tangan tak terlihat yang mengendalikan segalanya.
Di sudut kota, seorang pria muda duduk di dalam apartemennya yang sempit. Leon Virendra, seorang jurnalis investigasi berusia 26 tahun, menatap layar laptopnya dengan ekspresi serius. Ia baru saja menerima dokumen misterius dari sumber anonim-sebuah file terenkripsi yang berisi sesuatu yang bisa mengubah segalanya.
Leon mengetik cepat, mencoba membuka file itu. Namun, setiap kali ia mendekati titik temu, layar tiba-tiba berkedip.
> "Akses ditolak. File ini telah dikunci oleh sistem keamanan tingkat tinggi."
Kening Leon berkerut. Ia sudah menangani banyak kasus korupsi dan skandal politik, tetapi ini terasa berbeda. Dokumen ini bukan sekadar data biasa. Ini adalah sesuatu yang seseorang ingin sembunyikan dengan segala cara.
Ia menghela napas dan menyandarkan tubuhnya ke kursi. Selama bertahun-tahun, ia selalu merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan dunia ini. Orang-orang kaya yang semakin kaya, pemerintah yang tampak tidak berdaya, serta hilangnya individu-individu yang terlalu banyak bertanya. Semua itu seperti potongan teka-teki yang tidak pernah bisa ia susun sepenuhnya-sampai malam ini.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Nomor tak dikenal.
Leon menatap layar, ragu-ragu sebelum akhirnya mengangkatnya.
"Kau sudah terlalu jauh, Leon," suara di seberang terdengar datar, tanpa emosi.
Jantungnya berdebar.
"Siapa ini?"
"Tutup laptopmu. Lupakan dokumen itu. Jika kau terus menggali, kau akan bernasib sama seperti yang lain."
Suara itu terdengar seperti ancaman. Namun, bagi Leon, itu justru membuktikan bahwa ia sedang menggali sesuatu yang benar-benar berbahaya.
"Kalau kau ingin aku berhenti, berarti aku semakin dekat dengan kebenaran."
Hening.
Kemudian, suara di seberang hanya berkata satu hal sebelum sambungan terputus.
"Bayangan melihatmu."
Seketika, listrik di apartemen Leon padam. Laptopnya mati, layar ponselnya redup, dan kegelapan menelan ruangan.
Dari jendela, ia melihat sesuatu yang membuat bulu kuduknya meremang-seorang pria berdiri di trotoar, menatap ke arahnya dari bawah. Wajahnya tidak terlihat jelas, tetapi auranya terasa mengancam.
Leon tahu.
Ia baru saja membuka pintu yang seharusnya tidak ia buka.
Dan kini, "Bayangan" telah menyadarinya.
---
Selanjutnya:
Bagian 2: Jejak yang Terlupakan - Leon mulai mencari tahu tentang file misterius itu, tetapi menemukan bahwa semua jejak tentangnya mulai menghilang satu per satu.
Bab 1: Awal dari Kegelapan
Bagian 2: Jejak yang Terlupakan
Leon duduk diam di tengah gelapnya apartemen. Matanya tetap terfokus pada sosok pria yang berdiri di bawah sana, bayangannya samar di bawah cahaya neon jalanan. Tidak ada gerakan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Namun, ia tahu bahwa pria itu ada di sana untuknya.
Pelan-pelan, Leon menjauh dari jendela dan menarik napas dalam-dalam. Pikirannya berpacu, berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Telepon misterius itu, ancaman samar, dan pemadaman listrik yang seolah sudah direncanakan. Ini bukan kebetulan.
"Aku harus pergi dari sini," bisiknya.
Tanpa membuang waktu, ia meraih ranselnya dan memasukkan laptop serta hard drive eksternal ke dalamnya. Beberapa pakaian, dompet, dan ponsel cadangan yang selalu ia siapkan untuk keadaan darurat ikut masuk ke dalam tas. Ini bukan pertama kalinya ia berurusan dengan ancaman, tapi kali ini terasa berbeda-lebih gelap, lebih sistematis, lebih mematikan.
Ketika ia hendak membuka pintu, suara notifikasi dari ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.
> "Jangan gunakan pintu depan. Mereka sudah menunggumu."
Leon membeku. Siapa yang mengirim pesan ini? Apakah itu jebakan, atau seseorang benar-benar membantunya?
Ia melirik ke jendela lagi-sosok pria tadi sudah menghilang. Sebuah firasat buruk menyergapnya.
Leon bergegas menuju balkon. Apartemennya berada di lantai empat, terlalu tinggi untuk melompat langsung ke bawah. Tapi ia pernah menggunakan jalur darurat ini sebelumnya saat harus menghindari kejaran polisi dalam investigasi sebelumnya. Ia menyeberang ke balkon apartemen sebelah, lalu turun perlahan melalui tangga darurat.
Di lantai dua, ia berhenti sejenak dan mengintip ke bawah. Dua pria berbaju hitam berdiri di depan pintu apartemennya. Salah satu dari mereka mengeluarkan sesuatu dari saku-sebuah perangkat kecil yang mirip dengan pemindai elektronik. Mereka bukan sekadar orang biasa.
Leon merinding. Ia tidak bisa menghadapi mereka sekarang.
Dengan hati-hati, ia melanjutkan turun dan akhirnya mencapai gang kecil di belakang gedung. Udara dingin malam menusuk kulitnya, tetapi ia tidak punya waktu untuk peduli.
Langkahnya cepat, menyusuri lorong-lorong sempit menuju jalan utama. Ia harus pergi sejauh mungkin sebelum mereka menyadari bahwa ia telah melarikan diri.
Namun, ke mana ia harus pergi?
Semua yang terjadi begitu cepat. Ancaman dari orang asing, listrik yang padam, dan sekarang dua pria yang jelas-jelas sedang mencarinya. Ia tahu bahwa jika Bayangan benar-benar ada, maka mereka punya kekuatan untuk menghapusnya dari dunia ini kapan saja.
Pikirannya melayang pada satu nama-Arman Malik.
Arman adalah mantan agen pemerintah yang dulu pernah membocorkan dokumen rahasia tentang operasi ilegal. Setelah itu, ia menghilang dari publik, tetapi Leon tahu bahwa ia masih hidup, bersembunyi di balik identitas palsu.
Jika ada seseorang yang bisa membantunya memahami ini semua, itu adalah Arman.
Namun, menemukan pria itu tidak akan mudah.
Ia mengambil ponsel cadangannya dan membuka kontak terenkripsi. Hanya ada satu pesan yang pernah ia terima dari Arman, bertahun-tahun lalu:
> "Jika kau butuh aku, cari aku di tempat di mana kegelapan tidak bisa menyentuh cahaya."
Leon masih belum tahu pasti apa maksudnya, tapi ia punya firasat. Ada satu tempat di kota ini yang cocok dengan deskripsi itu-sebuah bar kecil di pinggiran kota yang dikenal hanya oleh mereka yang mencari perlindungan dari dunia bawah tanah.