KEGELAPAN YANG MENGENDALIKAN DUNIA

bangberutu
Chapter #2

Bab 2: Jejak dalam Kegelapan



Ini adalah ilustrasi untuk Bab 2, menggambarkan Leon yang terjebak di dimensi bayangan, dikelilingi oleh sosok berjubah hitam. Cermin misterius di depannya memantulkan versi dirinya yang menyeramkan.


Bab 2: Jejak dalam Kegelapan


Bagian 1: Perburuan Dimulai


Hujan deras mengguyur kota saat Leon dan Arman keluar dari bar. Udara dingin menusuk kulit, tetapi bukan itu yang membuat Leon gemetar.


"Cepat! Jangan berhenti!" suara Arman terdengar mendesak.


Mereka berlari menembus lorong-lorong gelap, melompati genangan air yang memantulkan cahaya lampu jalan yang redup. Di belakang mereka, langkah kaki terdengar mendekat-ritmis, teratur, seperti predator yang mengintai mangsanya.


Leon menoleh sekilas dan merasakan napasnya tersengal.


Sosok berjubah hitam yang tadi di bar kini mengikuti mereka. Tetapi yang membuat Leon merinding adalah cara mereka bergerak-senyap, tanpa suara, seolah-olah mereka melayang di atas tanah.


Arman meraih lengan Leon dan menariknya masuk ke sebuah gang sempit. Mereka bersembunyi di balik tumpukan kotak kayu, berusaha mengatur napas.


"Apa yang mereka inginkan dariku?" Leon berbisik.


Arman menatapnya serius. "Mereka ingin menghapus jejak. Kau tahu terlalu banyak, Leon. Dan mereka tidak akan berhenti sampai kau lenyap."


Leon menelan ludah. "Apa yang harus kita lakukan?"


Arman mengintip ke luar gang. Sosok berjubah hitam itu masih berdiri di persimpangan jalan, seolah-olah merasakan keberadaan mereka. Lalu, perlahan, kepala sosok itu menoleh-meskipun tubuhnya tetap diam.


Leon merasakan bulu kuduknya meremang.


"Kita harus pergi ke tempat yang lebih aman," kata Arman. "Ada seseorang yang bisa membantu kita."


Leon mengangguk, tetapi sebelum mereka bisa bergerak, sesuatu terjadi.


Udara di sekitar mereka berubah-terasa lebih berat, lebih gelap. Seperti bayangan dari dunia lain yang mulai merayap masuk.


Arman mengumpat. "Mereka menggunakan Kabut Hitam!"


Leon ingin bertanya, tetapi tiba-tiba dunia di sekelilingnya mulai berubah. Dinding gang menjadi lebih jauh, suara kota meredup, dan hanya kegelapan yang tersisa.


Dan dari dalam bayangan itu, sesuatu mulai bergerak.


---


Selanjutnya:


Bagian 2: Kabut Hitam - Leon dan Arman terjebak dalam dimensi bayangan. Apakah mereka bisa keluar sebelum terlambat?


Baik, kita lanjut ke Bagian 2: Kabut Hitam.


---


Bab 2: Jejak dalam Kegelapan


Bagian 2: Kabut Hitam


Dingin.


Itulah yang pertama kali dirasakan Leon. Bukan sekadar dingin biasa, tetapi sesuatu yang menusuk hingga ke tulang, seperti es yang mengalir dalam darahnya.


Ia berkedip beberapa kali, mencoba memahami apa yang terjadi. Gang sempit yang tadi mereka masuki telah menghilang. Sebagai gantinya, ia dan Arman kini berdiri di tengah kehampaan gelap yang bergerak seperti kabut pekat.


"Jangan panik," suara Arman terdengar, meskipun samar. "Kabut Hitam ini bukan tempat nyata. Ini adalah perbatasan antara dunia kita dan dunia mereka."


Leon menoleh ke sekeliling. Tidak ada dinding, tidak ada jalan keluar-hanya bayangan yang bergerak, membentuk sosok-sosok tak jelas yang tampak mengawasi mereka.


"Bagaimana kita keluar dari sini?" Leon bertanya, suaranya bergetar.


Arman menghela napas. "Kita harus tetap bergerak. Jangan berhenti, jangan biarkan mereka menyentuhmu."


"Mereka?"


Leon belum sempat bertanya lebih jauh ketika ia melihat sesuatu di kejauhan. Sosok-sosok itu mulai bergerak, merayap mendekat dengan langkah-langkah tanpa suara.


Mereka bukan manusia.


Mata mereka kosong, wajah mereka tertutup bayangan. Ketika mereka berjalan, tubuh mereka seperti menyatu dengan kegelapan di sekitar, berubah bentuk seperti asap yang terus bergerak.


"Jangan tatap mereka terlalu lama," bisik Arman. "Mereka akan menarikmu ke dalam bayangan."


Leon menundukkan pandangan, tetapi sudah terlambat.


Salah satu sosok itu menyentuh ujung jarinya.


Sekelebat bayangan langsung memenuhi pikirannya. Suara-suara berbisik di telinganya, berbicara dalam bahasa yang tidak ia mengerti. Pandangannya menjadi buram, dan tubuhnya melemah.


"LEON!"


Tiba-tiba, sebuah tangan menariknya ke belakang. Arman menampar wajahnya dengan keras, membuatnya sadar kembali.


"Fokus! Kau tidak boleh lengah!"


Leon mengangguk cepat, masih gemetar.


Namun, bayangan-bayangan itu semakin dekat.


"Arman... kita dikepung."


Arman menggertakkan giginya. "Sial. Hanya ada satu cara untuk keluar dari sini."


Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu-sebuah simbol aneh yang terukir dalam logam hitam. Arman menggenggamnya erat, lalu berbisik sesuatu dalam bahasa yang Leon tak mengerti.


Simbol itu mulai bersinar.


Dan dalam sekejap, cahaya putih meledak di sekitar mereka.


Bayangan-bayangan itu berteriak tanpa suara, menyusut ke dalam kegelapan sebelum akhirnya menghilang.


Leon terbatuk, tubuhnya masih gemetar. "Apa yang baru saja kau lakukan?"


Lihat selengkapnya