Bapak bukan orang hebat. Tapi bagiku, ia langit. Tempat segala asa digantung, tempat segala keluh ditujukan.
Ia tak banyak bicara, tapi tatapannya cukup untuk menenangkan badai dalam dada kecilku.
Ibu?
Ia tanah. Tempat kami berpijak, tempat segala luka ditanam dan dirawat agar tak membusuk.
Ia jarang menangis, tapi aku tahu matanya sering sembab.
Ia tak pernah minta apa-apa, tapi juga tak pernah benar-benar punya apa-apa.
Kadang aku ingin bertanya, “apakah mereka pernah punya mimpi?”
“Atau hidup terlalu cepat mengajarkan bahwa mimpi hanya untuk mereka yang punya uang jajan?”
Anak yang Tak Boleh Terlalu Lama Kecil