Kehidupan di Ujung Jarum

risma silalahi
Chapter #13

Awal dari Sebuah Perjalanan

Bus itu berjalan laju menyusuri jalanan yang panjang dan berliku, mulus dan berlubang. Melalui terpaan angin dan hujan, serta terik yang membakar. Pandanganku tak beranjak ke arah jendela, menyusuri deretan pepohonan hijau yang berlalu dengan cepat, terganti oleh suguhan hamparan sawah yang menguning. Pandanganku kian dimanjakan oleh lukisan keindahan alam yang menyejukkan di sepanjang perjalanan.

Usai sudah liburan tahun ini. Liburan yang direncanakan untuk menarikku jauh dari keletihan, dari hiruk pikuk perkotaan, untuk menikmati kebersamaan dengan keluarga tercinta, dalam suasana yang tenang dan teduh, berpayungkan kabut berselimutkan sejuknya udara pegunungan yang mendamaikan.

Rasanya enggan kembali kepada kehidupan nyata. Kerinduan untuk tinggal dalam sebuah pondok beralas dan berdinding papan dalam kesederhaan, namun tetap melindungi dari terjangan angin dan teriknya mentari. Aroma pinus yang memenuhi penciuman menyegarkan pikiran memberi ketenangan. Panorama alam yang indah bagaikan candu bagi kedua mata seolah memanggil untuk kembali.

Aku akan datang kembali, desaku tercinta ....

Khayalanku kembali ke masa lalu. Setelah melewati perjalanan waktu hampir genap setahun berlalu, aku berusaha untuk melangkah menghadapi kerikil kehidupan, yang menuntut untuk dijalani tanpa adanya pilihan akan sebuah penolakan, ataupun negosiasi dengan Sang Pemilik Hidup. Jalan hidupku kini telah digariskan, untuk menjadi sebuah kisah perjalanan kehidupan di ujung jarum.

Aku sanggup menjalaninya, walau tak dapat dipungkiri bahwa aku mengalami jatuh bangun berulang kali. Mimpi buruk masih sering membayangi, membawaku kembali ke masa-masa itu. Kupetik makna dari semua peristiwa ini. Sebuah perenungan bahwa tiap detik dalam hidup adalah anugerah. Hangatnya mentari pagi yang menyentuh kulit, nyanyian burung-burung masih terdengar merdu menyambut hari, kehidupanku masih terus berjalan, dan harapan akan selalu ada.

Aku segera sadar dari lamunan. Aku menutup mata dan mencoba untuk tidur. Dalam sekejap, ayunan bus yang diiiringi lagu-lagu lawas bernada sendu membuatku terlelap.

***

Beberapa bulan kemudian ...

“Mama! Papa! Saya mau menyelesaikan skripsiku. Sudah lebih setahun terbengkalai,” pintaku di suatu waktu, saat bersama kedua orang tuaku bersantai di teras rumah.

Papa menatapku dengan pandangan yang sukar ditebak. Seolah masih ada keraguan di matanya.

“Sayang, kamu yakin ini saatnya?” tanya Papa ragu.

“Ya, Papa,”tegasku.

Papa meletakkan buku yang dibacanya di atas meja, lalu melepaskan kacamatanya. Ia berjalan mendekat dan duduk di sampingku.

“Papa senang mendengarnya. Perkembangan kesehatanmu juga luar biasa. Kami hanya bisa mendukung dan mendoakanmu. Raihlah cita-citamu, Nak!” ucap Papa dengan wajah serius.

“Terima kasih, Papa, Mama. Saya akan berusaha semampuku,” balasku tersenyum.

“Katakan, apa yang bisa kami bantu? Kalau kamu butuh bantuan untuk mengetik, kakakmu bisa membantu,” usul Mama.

“Kak Ge kan kerja, Papa. Saya bisa kerjakan sendiri,” jawabku yakin.

“Baiklah, Sayang. Tetap jaga kesehatan, jangan dipaksakan,” pesan Mama.

Aku mengangguk yakin.

Malam harinya, aku menggumuli rencana ini dalam doa. Aku tahu bahwa dengan kekuatanku, aku tidak akan mampu. Aku butuh kekuatan dari Tuhan.

Aku berjalan sendirian menyusuri jalanan yang sangat kukenali selama beberapa tahun ini. Bangku itu, yang berada tepat di bawah pohon rindang, di sana tempat aku dan teman-temanku duduk menunggu jam kuliah berikutnya. Kulangkahkan kakiku mantap menuju bangku itu lalu duduk sejenak.

Mataku menangkap sebuah gedung berlantai dua yang berdiri kokoh di hadapanku. Kampusku tercinta. Beberapa mahasiswa tampak lalu lalang. Aku memperhatikan mereka, tak seorang pun yang kukenal. Sepertinya mereka adalah mahasiswa angkatan sesudahku. Tahun ini adalah tahun kelima sejak aku mulai berkuliah di kampus ini. Teman-teman se-angkatanku sudah banyak yang lulus, hanya wajah-wajah asing yang tampak lalu lalang di hadapanku kini. Seketika aku merasa sangat senior di kampus ini.

Lihat selengkapnya