"Sepertinya aku sudah membeli semuanya. Pesanan Mona juga sudah dibeli. Ok, aku harap dengan begini kami bisa mengobral dan aku akan minta maaf atas kejadian tadi." Batin Soraya.
Ia telah sampai di depan pintu kamarnya, tiba-tiba ia merasa sedikit gugup. Berpikir apa yang harus ia lakukan, apakah masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu atau mengetuk pintu seolah ia adalah tamu di kamarnya sendiri.
"Agh...apa yang aku pikirkan? Aku harus masuk sekarang dan mencari topik obrolan yang seru-"
"Uh oh...Josh, aku mohon lebih pelan sedikit! Kau terlalu kasar!"
Soraya terdiam, ia mendengar suara desahan samar-samar dari dalam kamarnya. Tangan kanannya hampir menyentuh kenop pintu dan ia terpaksa menunda niatnya untuk mengetuk pintu.
"S-suara apa itu? Mona? Masa' sih?" Ia merasa jantungnya berdetak sangat kencang. Pikirannya terasa aneh dengan dugaan yang mendadak muncul di kepalanya.
Sekarang satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam kamarnya dari balik pintu.
"Uh...oh..aku nggak bisa berhenti, beb!"
Terdengar suara laki-laki bersama dengan desahan wanita yang Soraya duga adalah Mona. Meskipun tak ingin langsung mengambil kesimpulan, namun sudah sangat jelas terdengar bahwa yang terjadi di dalam sana adalah pasangan yang sedang berhubungan seksual.
"Josh, cepat selesaikan! Aku rasa Soraya akan datang. Jadi cepat selesaikan!"
"Tahan, tiga menit lagi. Aku hampir selesai. Ugh...ini enak sekali!"
Tubuh Soraya gemetar, sungguh ia tak menyangka ia harus mengalami hal mengejutkan ini di masa-masa awalnya sebagai mahasiswa.
Tubuhnya yang mematung tetap terdiam tak berkutik di depan pintu. Apa yang harus ia lakukan disaat-saat seperti ini adalah pertanyaan besar yang berputar di kepalanya.
"Apa yang harus aku lakukan? Apa Mona benar-benar membawa seorang pria ke dalam kamar dan berhubungan badan? Ya ampun, dia benar-benar sudah gila melakukannya di dalam kamar yang aku tempati."
Pintu kamar terbuka, seorang laki-laki dengan tindik di telinga yang sama persis dengan laki-laki yang berpapasan dengannya saat ke minimarket satu jam yang lalu, keluar dari kamar.
Soraya yang menyadari pintu terbuka, spontan menoleh ke arah pintu di sebelah kirinya. Pria itu berdiri di depan pintu, mata mereka bertemu. Pria itu menatapnya sinis dengan sudut bibir yang sedikit naik. Soraya merasa, sangat gugup karena ia yakin pria ini tahu bahwa ia baru saja menguping di depan pintu.
"Josh, nanti jangan lupa telepon aku-" Ucap Mona. Kalimatnya terhenti saat matanya menangkap wajah Soraya yang terlihat pucat di depan pintu.
Mona yang masih memakai handuk melotot tajam, ia sangat yakin bahwa Soraya sudah berada di sana saat ia dan kekasihnya sedang asyik bercinta.
"S-Soraya? K-kau sudah lama di sini?" Mona bertanya dengan canggung. Ia gelagapan, seolah baru saja tertangkap basah.
Soraya enggan menjawab, bukan karena mulutnya terkunci rapat, melainkan karena tatapan sinis yang pria ini tunjukkan padanya.
"Aku pergi!" Ucap pria itu sembari melangkah pergi dengan santai meninggalkan dua perempuan yang terdiam dalam keheningan.
Setelah pria itu pergi, Soraya langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa menunggu penjelasan dari Mona tentang apa dan bagaimana ia bisa melakukan hal yang tidak sopan seperti ini di dalam kamar yang Soraya tempati.
Soraya merasa kesal, namun ia mencoba dengan keras memaklumi apa yang Mona lakukan. Namun, saat melihat bagaimana sprei dan selimut yang sebelumnya ia tinggalkan dalam keadaan rapi, kini berantakan.
Soraya menarik nafas dalam-dalam, kali ini ia tidak ingin mengabaikan Mona, namun menuntut penjelasan darinya tentang bagaimana ranjangnya bisa berantakan seperti ini.