Kehidupan Rahasia Dosen Pembunuh

Adlet Almazov
Chapter #8

Gugup

"Kenapa aku memandanginya begitu? Pasti ketahuan sekali kalau aku memperhatikan. Aduh, bagaimana ini? Jika berpapasan lagi pasti canggung sekali." Soraya terus mengeluh dalam hati sejak saat di mana matanya dan mata Robert bertemu.


Untuk beberapa saat, mereka saling memandang. Meski ia akui bahwa jantungnya berdetak cepat, namun tak bisa dipungkiri bahwa ada rasa takut yang muncul di hatinya dan itu sangat sulit untuk dijelaskan.


Soraya menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, rasanya ia tak cukup terbiasa dengan perasaan aneh seperti ini. Belum lagi hubungannya dengan Mona yang membuatnya sedikit tak yakin bahwa mereka bisa berteman baik.


Ia melangkah melewati koridor asmara sampai ia melewati jalan yang sama persis seperti saat ia berpapasan dengan pacar Mona. Itu membuatnya merasa tidak nyaman, termasuk harus berbaring dan tidur di ranjangnya.


"Mona? Dia membawa pacarnya lagi?" Ucapnya saat matanya melihat sendiri bagaimana Mona yang tengah bercumbu mesra dengan pacarnya masuk ke dalam kamar mereka.


Rasanya seperti mimpi, ia ingat persis bagaimana Mona berjanji untuk tidak membawa pacarnya kembali ke kamar mereka. Namun hari ini, baru satu hari sejak ia mengatakan itu dengan penuh keyakinan, ia kembali membawanya.


Soraya berhenti melangkah, meski ia merasa sangat marah, namun ia terlalu takut untuk mengambil tindakan. Ia takut jika ia mengeluh atau melampiaskan kekesalannya sekarang, hubungan antara ia dan Mona akan semakin buruk.


"Sialan, apa yang harus aku lakukan? Dia benar-benar membawa pacarnya lagi, sulit dipercaya." Kedua tangannya terkepal dan gemetar.


Bersabar, sepertinya hanya itu yang bisa ia lakukan untuk saat ini. Terdengar seperti seorang pengecut, Soraya menyadari betapa memalukannya dirinya yang tidak bisa bersikap tegas.


Di pintu yang tertutup itu, ia menyadari jika ia masuk sekarang. Maka ia hanya akan membuat dirinya seperti orang sial yang memergoki pasangan menjijikkan yang berbuat mesum di kamar tidur orang lain.


"Tidak, tidak bisa. Aku tidak bisa masuk sekarang. Mereka pasti akan berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa. Lebih baik aku berpura-pura tidak tahu apa-apa dan pergi untuk sementara waktu." Batinnya. Ia berusaha keras meyakinkan dirinya yang malang untuk bertingkah sportif demi mencari jalan yang aman.


Ia melangkahkan kakinya, menjauh dari koridor asrama yang semula ia pikir akan menjadi tempat yang paling aman, nyaman dan penuh kenangan. Namun kenyataan, asrama hanyalah tempat singgah yang nyaman untuk pasangan yang sedang dimabuk asmara.


Perasaan yang aneh membawa langkahnya semakin menjauh. Ia belum sempat menjelajah lingkungan di sekitar universitas, termasuk lingkungan asrama.

Lihat selengkapnya