BAB EMPAT
BEBERAPA PULUHAN tahun lalu, kedua orang tuanya meninggalkannya seorang. Tuan Rudolph tinggal sendirian, bersama dengan hewan-hewan ternak sialan yang dianggap pria itu. Setiap hari, ia menghabiskan sisa-sisa mudanya hanya untuk mengurusnya, menemaninya, setiap saat.
Tak terlepas semakin ia tua, semakin ia merasa kesepian. Dan karena kesepian, ia membutuhkan suatu penghiburan. Bermabuk-mabukan, berjudi, hilir-mudik pada rumah lotre di kota. Membuang-buang harta-harta sepeninggal orang tuanya. Selepas itu, hidupnya hancur.
Hingga sampai akhirnya, di tengah mabuk, ia berkata. Ia mulai sadar dan bosan dengan perbuatan yang selama ini ia perbuat. Ia berpikir.
"Aku ini adalah makhluk yang penuh dosa. Dan, karena aku penuh dosa maka aku tak pernah pantas berada di mana-mana."
Hewan-hewan ternaknya tak pernah ia rawat lagi setelahnya, sampai-sampai mereka tertular penyakit yang membuat hampir semua hewannya mati terbujur kaku di tanah. Setiap hari, bau busuk hewan itu selalu tercium sampai-sampai pada ruangan di rumahnya. Namun, dari balik semua bau busuk itu, ada sebuah kesadaran yang membuat ia seolah mau sekali lagi terbangun, untuk bangkit dari keterpurukkan.
Sejak hari itu, ia berhenti pergi ke lotre-lotre, lalu hanya menghabiskan waktu di dalam rumah. Seorang diri merawat hewan-hewan ternaknya lagi, dan beribadah. Sesekali juga ia berdoa untuk orang tuanya.