BAB SEMBILAN
PRIA ITU tidak tertarik, langsung mengeluarkan tudingan, "Yang kutahu, ia ikut berperang, lalu mati." Seolah keyakinannya akan kematian telah ia pupuk, sebentar juga akan menjemputnya, dan juga semua manusia. "Setiap yang hidup, pasti akan mati."
"Aku berhenti menjadi petani. Pergilah kau, jangan kesini lagi!". Tuan Rudolph membuang mukanya menghadap pintu yang kini menghalangi mereka berdua. Ia menutup pintu itu dengan kasar, seperti ada makhluk lain yang masuk ke dalam raganya. Dia benar-benar sudah gila.
Tanah-tanah dibiarkan saja dilumuri kotoran-kotoran kuda, milik seseorang yang menginap semalam mungkin. Ia tak peduli, yang utamakan adalah bagaimana ia hari ini bisa minum? Botol minum gratis barangkali, ia bisa dapatkan dari kantung-kantung milik pria-pria tegap.
Sebelum matahari terbenam pun ia masih memperhatikan mereka. Belum juga meninggalkan tempat ini. Dasar keparat! Gerutunya, seperti halnya pria tua renta yang hanya menunggu ajal, dan lebih sensitif lagi. Setiap pria berkelompok paling depan, dengan pakaian tebal, membawa persediaan mereka untuk beberapa hari kedepan. "Baris! Maju, Jalan!"
Perlahan perhatikanlah tiap-tiap hentakan kaki mereka, serentak penuh dengan semangat api. Ia tak pedulikan semangat api itu. Rasa haus yang sangat telah mengarahkan ia pada hal yang gila. Ia menyelinap masuk pada salah satu tenda milik mereka. Mengutak-atik apa saja yang ada disana. Baju-baju, botol-botol kosong. Ketika ia ambil salah satunya, ia mengenali baunya. "Ah, ini yang aku cari." Desisnya seperti penyihir yang sembunyi-sembunyi ingin mengutuk korbannya.
Tak ada botol yang terisi di dalam tenda itu, ia lalu beralih pada tenda yang lain. Tak juga menemukan. Hingga ia tertarik dengan tenda yang lebih besar ukurannya. Orang-orang kini telah meninggalkannya begitu saja, pikirnya. Matanya terbuka lebar-lebar memperhatikan apa saja yang tergambar disana. Kotak-kotak penuh dengan botol minuman! Bulu pada lengannya seketika meregang. Merasakan kelegaan dalam dirinya, hal yang ia inginkan sekarang di depan matanya.