PARIS, Perancis. Masa sekarang. Rencana penggulingan kasta yang telah menyelimuti Perancis selama ribuan tahun, telah di depan mata. Di istana telah berlangsung semarak rakyat yang berdesak-desakkan. Sepekan lalu, para pekerja berbondong-bondong menguasai jalan-jalan. Meninggalkan kewajiban mereka , dan hidup sebagaimana hidup seperti hewan liar. Sifat keras dan arogan mereka, membuat sekujur tubuh serta wajah mungil Louis menggeliat, mendengar semua cerita dari pria itu.
Belum lagi dicemooh sebagai makhluk paling najis oleh kaum borjuis. Sekarang, dengan sesama rakyat mereka membelot. Kebanyakan majikan mereka telah membikin sifat kepatuhan yang begitu melekat, hingga ketika saatnya mereka memiliki peluang dan mencicipi pengetahuan di luar sebagaimana mestinya.
Di rumah-rumah, di jalan-jalan Paris, orang-orang meneriaki, "Mati Istana! Hidup Rakyat!"
Kini, lebih dari ribuan batalion yang menyatakan mereka ikut dalam penglengseran terhadap sistem monarki tersebut memadati di tengah sesak-sesak para pekerja yang mogok bekerja pada pusat kota.
Perut mereka meraung-raung, meminta upah atas kepala kaum para penindas, yang serta menempatkan mereka pada kondisi sosial yang bertolak belakang. Mereka menuntut untuk agar tidak pincang.
"Ini negara yang kita buat sendiri. Para kaum elit itu makan, makan hasil tanaman bibit kita. Orang-orang petani! Mereka hanya datang memeras kita, dengan mengharap keuntungan untuk membuncitkan perutnya sendiri. Ini namanya kurang ajar! Mati untuk Monarki! Hidup Rakyat!"