BAB LIMA BELAS
PENGEPUNGAN Kota Lyon, Tuan Hennebeu bersama pria-pria dewasa lainnya dari bukit mengarah pada perbatasan antara aliran sungai Rhone-Alpes dengan Kota Lyon. Terdapat sebuah pemukiman disana. Desa yang diketahui sebagai pertahan bagi para pemberontak.
Ratusan orang pergi dengan perbekalan perlengkapan senjata mereka. Senapan, bayonet yang telah diasah, serbuk mesiu, dan beberapa timah yang sebelumnya telah dibuat dengan dilelehkan, lalu dicetak dengan ukuran seperti bola kecil di atas bara api, lalu dikumpulkan setelah dimasukan ke dalam kantong yang terbuat dari kulit hewan. Lalu, mereka ikat di bagian belakang pinggang.
Berbaris-baris berjalan saling beriringan membuat persegi panjang tanpa cacat. Mereka dipandu setidaknya satu perwira setiap formasi bentukan itu, biasanya satu kelompok berisikan tiga ratus orang didalamnya. Secara rapi dan disiplin. Mereka dengan gagah, menentang desa-desa yang ditemui selama perjalanan selama satu hari lebih itu. Ada sekelompok pemberontak, tak jauh dari keberadaan Louis.
"Tolong berikan kami beberapa kain bersih di koperasi!" Seorang pria dengan lumuran darah pada wajahnya, tiba pada pintu masuk perkemahan Louis berada. "Cepatlah!". Louis dengan tergesa-gesa juga, "Aku akan membawakannya untukmu." Jawabnya. Louis berlari harus melewati tenda demi tenda lain dengan segera.
Keadaan tanah yang basah dan berlumpur, membuatnya sedikit memperlambat setiap langkahnya menjurus kaki pada lubang yang tergenangi air. Curah hujan yang begitu lebat saat musimnya tiba di Lyon. Ia tak menoleh sekalipun, dan tetap teguh menuju satu tujuan: tenda koperasi, yang keberadaan beberapa ratus meter dari jalan utama perkemahan ini.
Namun, itu tak memberhentikan langkahnya menuju tenda koperasi. Ia dengan kilat, tanpa menoleh sedikit pada tubuhnya yang telah terciprat oleh lumpur, kembali mengangkat kaki setidaknya dari lubang, dengan berkata. "Aku harus cepat, cepat kesana." Tanpa berpikir panjang, Louis telah hampir melewati dua ratus tenda, meninggalkan segala permasalahan di balik pintu masuk mereka: ada yang meringis, ada yang terbahak-bahak.