BAB TUJUH BELAS
"SEBELUM yang kutahu, Louis." ucap Hanne. "Untuk sebesar ukuran pria sepertimu, tidak cukup hanya keberanian dalam menaklukan ketakutan." tubuh Louis terasa bergetar, tergugah dengan perkataan pria muda yang umurnya kurang lebih tua daripadanya. Namun, Louis masih tetap berpikir untuk seukuran pria dewasa tidak dilihat dari kapan ia dilahirkan, namun lebih seberapa besar orang itu berjuang meraihnya.
"Wanita yang kau lihat tadi adalah kekasihku. Kau tahu saja, jauh-jauh dari dia." seperti menikam punggungnya, Louis tak dapat berkata apa-apa. Ia hanya tertegun menuruti semua tindakan pria di sampingnya. Pikirnya setelah itu menyabet jati dirinya lagi sebagai pria dewasa. Apakah ia benar-benar pria dewasa yang sudah seharusnya memutuskan pendiriannya? Bahkan, berhadapan dengan pria yang lebih tua sedikit darinya saja ia kehilangan kata-kata dan tindakan.
Pria itu terus memandang Louis, tahan tawa."Aku bercanda!" ia tertawa mengejek. "Dia memang cantik, namun bukan selera untukku. Bahkan, pria-pria disini." Louis sekali ini berani memotong, mendahulukan keingintahuannya yang begitu besar sesaat. "Apa maksudmu? Bahkan pria sepertiku ini tak akan bisa?" pria itu kembali tertawa, sekali ini lebih keras. "Kau serius?" lekuk senyum serta gigi putihnya menyeringai lebar, dan seram sekali. "Ya ampun,"