Jika Halimah mengatakan Widuri membawa wanita lain untuk menjadi istrinya Halimah yakin Ammar akan pulang terburu-buru, Halimah tidak ingin itu, tidak ingin terjadi sesuatu pada Ammar juga merasa tersudut karena ibunya pasti berpikir ia lah yang membuat Ammar seperti itu.
Begitu Ammar sampai Ayu langsung berpamitan. “Aku pamit ya, Hal.” Sekali lagi memeluk Halimah.
“Loh, tidak makan sekalian,Yu.” Kata Ammar menyerahkan tas pada Halimah.
“Tidak usah, aku pamit.” Ayu beralih lagi pada Halimah. “Kalau butuh sesuatu telepon, apapun keputusanmu aku dukung.”
Halimah meganguk. Keduanya berpelukan sekali lagi setelahnya Ayu pergi. Begitu Halimah sampai di samping Ammar yang sedang membuka sepatunya ia langsung bertanya. “Mana ibu?”
“Istirahat, Mas.” Halimah meraih sepatu suaminya lantas menata di tempatnya.
Ammar yang masih belum menyadari dengan merangkul Halimah ia masuk. Begitu masuk melihat Nisa keluar dari arah kamar tamu. Keduanya saling melihat. Wajah Nisa memang tidak terlalu asing oleh Ammar tapi tidak juga terlalu kenal. Ammar melihat Halimah karena pandangan Nisa yang berbinar begitu melihatnya.
Ternyata sudah sejak lama Nisa tertarik pada Ammar, sekarang Widuri memberi kesempatan meski hanya yang kedua.
“Mas, Ammar.” Ia langsung maju mencium punggung tangan Ammar dengan mesranya. Reflek Ammar buru-buru melepaskan tanganya.
“Eeh, iya. Datang dengan ibu?” tanyanya.
“Iya, Mas.”
Ammar kembali melihat pada Halimah. “Diman ibu, mas mau menemuinya.”
Nisa yang malah langsung menjawab pertanyaan Ammar. “Dikamar, Mas. Mari Nisa antar. Dari tadi ibu memang menunggu kedatangan Mas Ammar sampai ketiduran.” Nisa menunjukan senyum manisnya pada Ammar berbeda terbalik saat tadi bicara pada Halimah ataupun Ayu.
“Tidak usah, saya bisa sendiri.” Sepertinya Ammar mulai menyadari ada yang aneh dengan keadaan ditambah wajah Halimah yang sejak tadi muram.
Ammar langsung masuk ke dalam ruang tamu menuju kamar dimana biasa ibunya beristirahat.
“Tok.”
“Tok.”
“Ibu.” Ammar membuka pintunya.
“Sudah pulang.” Widuri memeluk Ammar.
“Dengan siapa ibu datang?” tidak sabar menunggu penjelasan sang ibu karena dirasa sangat aneh.
“Kita makan dulu baru kita bahas, ibu sama Nisa tadi masak di rumah, masakan kesukaan kamu.” keduanya sama-sama berjalan ke arah luar.