Keikhlasan

Nila Kresna
Chapter #5

Permintaan Widuri

Sudah membaik atas perawatan dokter tapi sayangnya Widuri tidak mau dijenguk Ammar ataupun Halimah sejak tadi Ammar yang ada di sampingnya terus saja Widuri abaikan apalagi Halimah ditanya bagaimana keadaan saja Widuri diam, malah memanggil Nisa.

“Nisa.” Panggilnya pelan, padahal di sampingnya ada Ammar.

“Butuh apa, Bu? Biar saya ambilkan,” kata Ammar yang sejak tadi menunguinya tidur.

“Tidak usah, Nisa saja cukup, dia pandai menghormati keinginan ibu walaupun menjadi yang kedua. Dia itu anak gadis belum menikah tapi mau dijodohkan dengan laki-laki yang sudah beristri. Anak solehah, ko.” Widuri kembali memiringkan wajahnya tidak ingin melihat Ammar.

Nisa datang mendekati Widuri. “Ibu mau apa?” sekilas Nisa melihat Ammar. Tapi Ammar langsung bergeser dari ranjang ibunya, berjalan keluar pintu dimana Halimah ada.

“Masuklah.” Katanya ikut duduk di samping Halimah.

“Tidak usah, Mas. Yang penting ibu sudah baikan.”

Ammar duduk di samping Halimah menggenggam tangan nya kuat.

“Bagaimana ya, Mas, seharusnya kita? Aku tidak mau menyakiti ibu.”

Ammar juga tidak tahu apa yang harus dilakukan, bicara dengan dirinya saja tidak mau apalagi dengan Halimah.

“Nanti kita bicarakan lagi, sekarang ambil baju ibu untuk ganti besok.” Ammar kembali masuk sedangkan Halimah hanya melihat dari luar pintu.

Widuri sedang dibantu minum oleh Nisa, Widuri tahu jika Halimah sedang berdiri di depan pintu namun dirinya sengaja mengabaikannya.

“Saya pulang dulu, Bu, ngambil baju ibu.” pamit Ammar hendak menyalami ibunya.

“Ga usah ke sini lagi, kalau sudah baikan, ibu langsung pulang.” Widuri bicara benar-benar mengabaikan Ammar.

“Apa maksud ibu, bu?”

“Kamu saja tidak peduli dengan kemauan ibu, untuk apa kamu masih menganggap ibu sebagai ibumu? Ibu melakukan ini untuk kebaikanmu, nanti kalian akan sadar apa yang ibu lakukan saat ini yang paling baik. Keturunanmu nanti akan merawatmu di masa tua. Sudahlah kalau kamu lebih memilih Halimah tidak perlu menganggap ibu ini ada.”

Semua yang ada di sana tidak menyangka dengan apa yang dikatakan Widuri secara tidak langsung ia memilih memutus hubungan dengan Ammar. Tentu saja ini bukan hal yang diharapkan Halimah. Ammar yang mendengar itu juga hanya bisa terdiam.

“Bu ...” panggilan mengiba berharap ucapan tadi ditarik ibunya.

“Keputusanmu sudah bulat, tidak mau menerima Nisa atau menceraikan Halimah. Ibu juga punya keputusan sendiri. Jangan lagi temui ibu.” Air mata Widuri jatuh.

“Ya, Allah.” Suara Halimah di pintu penuh penyesalan. Ia masuk mendekati ranjang Widuri. “Bu, Mas Ammar tidak salah, Bu.”

Lihat selengkapnya