Keikhlasan

Nila Kresna
Chapter #8

Malam Pertama Ayu dan Ammar

“Ada yang ingin aku tanyakan, Mas.” Halimah berdiri di ambang pintu.

Selesai makan malam keduanya berada dalam kamar, Ammar yang hendak membuka laptopnya menghentikan gerakan. “Katakan.” Ammar berdiri menyambut kedatangan Halimah yang langsung memeluknya.

Sesaat keduanya berpelukan dengan hangatnya. Setelah sekian detik barulah Halimah melepaskan dekapan lalu menyentuh dada Ammar, membelainya perlahan. “Mas, kamu mencintaiku?”

Ammar tertawa kecil mendengar pertanyaan itu, tidak sadarkah wanitanya ini atas perasaannya selama ini?

“Aku harus jawab apa agar istriku ini senang?” tangannya merangkul pinggang Halimah. “Aku tidak mau salah jawab.”

“Jawab saja begini, Iya, aku mencintaimu.”

Ammar kembali tersenyum. “Iya, aku mencintaimu. Terus ...”

Halimah kembali mengusap dada Ammar. “Mas ... apa yang akan aku sampaikan tolong jangan kamu tolak.”

Sampai sini paras Ammar langsung berubah, ia diam mendengarkan dengan serius ucapan Halimah.

“Aku sudah menemukan istri kedua untukmu,” kata Halimah.

Ammar masih diam.

“Katakan kamu akan menikahinya, Mas.” lanjut Halimah lagi.

“Poligami tidak semudah itu, Halimah. Aku saja tidak berani memikirkannya. Padamu saja aku takut tidak adil dari membagi waktu untuk bekerja, atau membagi perhatianku antara kamu dengan, ibu. Bagaimana aku sanggup memiliki satu perempuan lagi? Bagaimana aku mempertanggung jawabkan kalian di hadapan, Allah?”

“Aku mengerti, Mas. aku juga tidak memaksa kalian untuk secepatnya bersama.”

“Kalian? Tidak ada kalian, Halimah. Kamulah yang aku pilih dengan nama Allah, sebagai jodohku.”

Dengan uraian air mata Halimah kembali bicara. “Jodoh itu rahasiah Allah, Mas. Saat ini, ada seorang ibu yang setiap doanya penuh dengan air mata meminta agar putranya memiliki keturunan. Dan kamu berhak mendapatkan itu, Mas.” Halimah menyentuh dadanya sendiri. “Sedangkan, aku. Aku, tidak mampu memberikan itu semua. Aku, ikhlas, Ayu menjadi maduku, Mas.”

*

Tiga bulan kemudian.

Di dalam kamar Ayu, Halimah ada menggenggam tangan sang pengantin perempuan dengan kebaya hijab berwarna putih. Di luar Ammar menjabat tangan ayah Ayu.

“Saya terima nikahnya Ayunia binti Yayan dengan maskawin tersebut tunai.”

“Sah?”

Penghulu bertanya pada saksi juga hadirin yang hadir dalam pernikahan sederhana ini.

“Sah.” Semuanya berseru serentak.

Lihat selengkapnya