Lift terasa lama bergerak untuk turun, mungkin, karena diantar keadaan diamnya Ammar dan Ayu yang hanya berdiri bersampingan tanpa berkata. Sampai pintu lift itu terbuka keduanya hanya melangkah cepat menuju lobi luar.
“Mas, ambil mobil dulu.” Ammar melangkah menuju parkiran sedangkan Ayu hanya mengangguk, dengan patuh kembali menunggu.
Tidak lama mobil putih berhenti di depannya, Ayu naik duduk di samping Ammar. Selama perjalanan hening kembali mengambil alih. Keduanya sibuk dengan isi pikiran masing-masing, sudah hampir sampai rumah barulah Ammar biara.
“Mobil tadi Mas suruh bawa ke bengkel, diserfis sekalian.” Tutur Ammar.
“Iya, mas, gak papa.”
*
Halimah yang ada di ruang tamu melihat lampu sorot kendaraan yang hendak belok ke dalam garasinya langsung bangun membukakan pintu. Terlihat dari sana Ayu mendorong pagar besi itu, lalu berjalan mendekatinya.
“Assalamualaikum.” Salamnya pada Halimah.
“Wallaikumsallam. Cape, Yu?” tanya Halimah dengan senyuman terukir di wajahnya.
“Biasalah, Hal.” Ayu ikut berdiri di samping Halimah.
Bergantian Ammar yang mengucapkan salam lantas Halimah menyaliminya. “Mau langsung makan, apa mandi dulu?” tanya Halimah pada keduanya.
“Langsung makan, Mas lapar,” jawab Ammar langsung.
“Kamu, Yu?” Halimah kembali beralih pada Ayu.
“Aku masih kenyang, sore tadi makan mie ayam sama temen kantor. Mm, nanti kalo laper aku makan sendiri. Aku masuk, ya.”
Halimah mengagnguk. Setelahnya Ayu langsung masuk rumah menuju kamarnya, sebelum pintu kamar benar-benar tertutup ia sempat melihat Halimah mengambilkan makanan juga lauknya untuk Ammar. Dalam hati Ayu bertanya-tanya. ‘benarkah sudah lapar lagi, tadi saja makanannya yang tidak habis dihabiskan.’
Malam harinya Ammar duduk santai di tepian ranjang saat Halimah masuk. Sudah mau dua minggu Ammar terus tidur bersamanya, Halimah juga melihat keduanya masih sama-sama sungkan untuk dekat.
“Mas.” panggilnya pelan. Kalau harus diukur seberapa Halimah ikhlas, mungkin tidak bisa terukur karena memang tidak akan ada ikhlas atas nama cinta, tetapi, ia sadar posisi poligami ini. Tidak adil bagi Ayu jika dirinya terus diam membiarkan Ammar ada di sampingnya.
“Mas, ini sudah dua minggu.” Mencoba tetap tenang meski hati tetap saja berdebar, Halimah duduk di samping Ammar. Bermaksud mengingatkan tapi tidak juga memintanya untuk pergi.