Tidak berhenti berdecat kagum saat pertama kali Ayu melihat ka’bah sampai tidak terasa air matanya menetes. Jika dulu dirinya hanya membayangkan atau melihat bagaimana tanah suci dari layar, kini ia datang bersama dengan jodoh yang Allah berikan.
“Iya, memang seperti itu rasanya. Mas, sudah ketiga kalinya datang tapi rasanya masih sangat sama seperti melihat pertama kalinya, penuh dengan kekaguman juga kesedihan, karena kita sering lupa bagaiman mensyukuri nikmat yang telah diberikan selam ini.” Ammar berkaca-kaca sambil pandangannya lurus pada ka’bah.
Ayu semakin menangis tersedu mendengar ucapan Ammar. Begini dahsyatnya perasaan yang Allah ciptakan saat melihat ka’bah. Ayu masih menangis tersedu sambil menutup wajahnya saat tak lama ia merasakan tangan seseorang merangkul, mengusap dengan lembut.
Ayu diam merasakan tangan Ammar ada di bahunya. “Sebelum berangkat atau di pesawat, pikiran kita penuh dengan berbagai kemungkinan atau kecemasan. Begitu sampai sini, rasanya tenang, semua masalah, kecemasan hilang semua.” Tangannya masih terus mengusap pundak Ayu bermaksud menenangkan tangisan perempuan itu.
Dalam isaknya Ayu hanya mengangguk.
“Ayo, kita lebih dekat.” Entah karena terbawa suasana atau memang perasaan itu telah Allah hadirkan, Ammar merangkul Ayu di antara desakan manusia lain yang juga ingin mendekat.
Bertemu dengan tempat lapang keduanya sholat bersama. Selesai sholat ketika Ayu mencium tangan Ammar, untuk pertama kalinya Ammar mencium keningnya lantas memanjatkan doa.
Berguguranlah air mata seorang perempuan yang akhirnya setatusnya sebagai seorang istri diterima dengan baik, setelahnya Ammar meminta maaf jika selama ini telah berdosa.
Sekali lagi Ayu mencium tangan Ammar masih dengan uraian air mata. Allah yang mempertemukan keduanya, Allah juga yang menjadi saksi cinta ditumbuhkan dalam hati keduanya.
Setelah rangkaian ibadah dilakukan keduanya, Ammar membawa Ayu ke bukit jabal rahmah. Keduanya mendaki bersama dengan tangan saling bertautan cinta itu sudah sangat napak dari tatapan keduanya.
*
Satu minggu sudah berlalu Halimah yang menjemput keduanya, dari kejauhan Halimah melihat tangan Ammar menggandeng Ayu, ingin berpikir salah lihat tapi napak begitu jelas. Ayu yang sadar Halimah melihatnya berpegangan tangan, langsung melepaskan. Sampai membuat Ammar heran. Begitu sampai di depan Halimah keduanya bersikap seperti biasa. Ternyata Widuri juga ikut menjemput, kemarin ia sampai setelah Halimah datang dari rumah kedua orang tuanya.
“Allhamdulilah, sudah sampai.” Widuri langsung memeluk Ammar.
Ganti Ayu menyalami Widuri lantas dipeluk juga oleh Widur. “Ibu doakan pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan juga diberikan anak-anak soleh dan solehah. Amin.”
Serentak semuanya menjawab Aamiin. Bagaiman dengan perasaan Halimah atas doa ibu Ammar? jadi jangan salahkan dirinya jika dulu mendesak Ammar untuk menikah lagi.
Di jalan keadaan hening Ammar duduk di depan di tengah Widuri dengan kedua menantunya. “Bagaimana di sana? senang toh bisa liat ka’bah.” Widuri muli membuka obrolan bersama Ayu.