Blurb
Saat berusia 15 tahun, Ejo memiliki tetangga. Gadis yang tingginya hampir sama tinggi dengan nya, menemani sang nenek yang dahulu tinggal sendiri di sebelah rumah Ejo.
Kemudian, mereka pun bersahabat. Sampai akhirnya tiba di masa mereka harus kuliah.
Mereka pun terpisah. Gadis itu, bernama Vale. Ia memiliki masa lalu yang pahit di balik
wajahnya yang manis. Memiliki latar belakang keluarga yang berbeda status, Vale pun
memiliki masalah besar dengan keluarga kekasihnya ketika ia di Kanada. Oleh sebab itu,
ibunya yang bekerja sebagai seorang pelacur di kota itu, memindahkan Vale ke Indonesia dan tinggal bersama nenek Vale, tetangga Ejo. Untuk satu rahasia besar itu, Vale tak pernah menceritakan hal itu pada Ejo.
Mereka, bertemu kembali setahun setelah Vale menginjakkan kaki untuk kuliah di Bali.
Ejo mengambil jurusan Sosial Politik di Bali. Tak terasa persahabatan mereka tercipta hingga melampaui empat tahun masa-masa kesulitan mereka di sana. Ejo yang memiliki nama asli "Kejora" itu pun sampai sekarang sebenarnya masih mengalami saat sulit. Ya,.. Kejora( 21 tahun) saat ini adalah seorang gadis pengangguran yang tinggal di Ubud.
"Kamu sudah bekerja dimana sekarang, nduk?" satu pertanyaan sang ibu yang selalu
hadir untuknya. Ijazah SI- Sarjana Sosial Politik yang disandangnya enam bulan lalu, tidak
kunjung membuatnya mendapatkan pekerjaan. Enam belas perusahaan yang dilamar tidak menggubris berkas lamarannya. Gadis yang tomboy, periang, dan sangat suka dengan lagu rock ini juga memiliki bakat peramah dan pemberani. Namun, bakatnya yang ramah dan suka berkenalan dengan orang baru juga ternyata tak mampu mempermudah ia mendapatkan pekerjaan. Empat tahun hidup di Bali, di sebuah rumah sewa sederhana, ia tinggal bersama seorang sahabatnya yang bernama Vale. Seorang gadis( 22 tahun) yang menjadi sahabatnya sejak kuliah dan kini bekerja sebagai akuntan Bank swasta di Ubud. Sudah enam bulan ini ia tidak bisa membayar uang sewa rumah. Alhasil, Vale harus menombok tiap awal bulan. Untunglah, untuk hal itu Vale masih maklum. Namun, tidak untuk kebiasaan Ejo yang selalu bergumul dengan rumah pohon dan teropong Bintang tiap malam, apalagi membersihkan rumah sambil memasang musik rock sekencang-kencangnya. Padahal, cara lain (setelah kata-kata nasihat Vale tentunya) yang bisa menghilangkan gema suara ibu kost dari dalam otaknya
saat menagih uang sewa adalah mengintip ratusan bintang di malam hari dengan teropong bintang pemberian sang Ayah yang bekerja sebagai pelayar. Kebiasaan tak lazimnya, ia selalu melakukan itu di dalam rumah pohon yang ia bentuk empat tahun lalu. Kejora yang akrab disapa Ejo itu pun tidak lantas putus asa. Ia tekun mencari
lowongan pekerjaan lewat Google. Sehingga, di suatu Minggu pagi yang indah ia menemukan lowongan pekerjaan yang sedikit tak lazim. "Tukang Tidur Profesional". Ya.. itu pekerjaan yang nyaris baru kali pertama ia dengar. Setelah mencari informasi tentang profil profesi itu, maka ia pun yakin untuk mencoba peruntungan rejeki dalam pekerjaan itu. Ia diterima menjadi anggota Lembaga Survey Uji Kenyamanan Hotel Internasional dan ditugaskan untuk menguji beberapa kamar Hotel yang baru dibangun oleh Meyers Compagnie, Ctd di Ubud. Disisi lain, ada dua kakak beradik berdarah peranakan yang memiliki dua sifat berbanding terbalik. Aldo(24 tahun) dan Bintang. Aldo (sang kakak) adalah pemimpin yang disegani di gedung Hotel Ubud, tidak banyak bicara, dan workaholic. Sementara, sang adik memilih hidup bebas dengan profesinya sebagai seorang seniman. Ia juga berdarah Jawa-Kanada, namun tidak mewarisi paras sang ibu. Itu bisa dibuktikan dari wajahnya yag bulat, rambutnya yang lurus hitam, dan kulitnya yang coklat. Meskipun, sesungguhnya ia tetap menjadi salah satu pewaris banyak Hotel Meyers Compaignie, Ctd (hasil kerja keras sang Ayah). Yup! Itu adalah nama Hotel tempat dipertemukannya Ejo dan Bintang. Sepulang dari Mesir, Bintang harus berangkat ke Indonesia (Setelah tujuh tahun tidak mampir ke kota kelahirannya) untuk memenuhi undangan pameran karyanya di salah satu museum ternama di Ubud.
Sejak itulah, Bintang dianggap sedikit merusak hari sang kakak. Hmm, tidak hanya
itu, dampaknya juga terjadi pada dunia Ejo. Ia diterima bekerja oleh Aldo dan langsung
menjadi bawahan Aldo. Dunia Ejo berubah 180" sejak ia bertemu dengan kedua pemuda itu. Memasuki Hotel Bintang lima mewah, dapat tidur nyenyak di atas kasur mereka setiap
malam selama sebulan, untuk 28 kamar baru, namun kesulitannya adalah ia harus belajar banyak hal soal profesi baru itu. Belum lagi menghadapi sikap bos(Aldo) yang dingin padanya. Yang paling pahit adalah ia akhirnya mengetahui semua kebohongan sang adik pemilik Hotel. "Bintang" (23 tahun). Pemuda yang sudah terlanjur menjadi teman baiknya.
Ide awal untuk mencari seorang penguji hotel berasal dari Bintang. Ia cukup up to date
untuk mengikuti trend yang sdang muncul di kalangan pegusaha Hotel Dunia belahan Eropa dan Amerika. Namun, Aldo tidak menyetujui ide itu. Karena kesal, ia menerima lamaran Ejo. Kehadiran Ejo sebagai karyawan penguji kenyamanan Hotel milik Aldo tidak sesuai dengan apa yang diinginkan Bintang, lalu ia pun memutuskan untuk menyelediki Ejo. Pertemuan pertama dengan Bintang, Ejo tidak sengaja menyiram Bintang dengan air kotor bekas membersihkan rumah. Bintang menambah pengeluaran Ejo yang waktu itu belum mempunyai uang cukup untuk membelikannya pakaian ganti yang Bintang minta. ia pun menuntut Ejo untuk menebus kesalahannya. Menjadi seorang tour guide baginya.
Vale terkejut saat mendengar nama Bintang pertama kali. Ekspresi itu sempat membuat
Ejo bingung. Namun, ia mengabaikannya. Karena ia harus melalui situasi yang lebih penting untuk dipertanyakan. Hari-hari bersama Aldo dan Bintang membuat Ejo sedikit
membandingkan. Bersama Aldo, ia harus membuat laporan per hari, per minggu, bahkan
harus menemui sang Bos setiap hari Minggu. Notabene, hari itu adalah hari untuk libur dan beribadah. Bersama Bintang, ia bahagia. Meski ia menyadari bahwa kadang ia sedang dijahili oleh pemuda berwajah bulat itu. Pada malam pameran lukisan pasir Bintang, Vale dan Ejo datang ke sana. Di sana, Bintang mengobrol dengan Vale. Hingga akhirnya, Vale pun menyadari bahwa pemuda itu adalah pemuda yang menjadi pacarnya sendiri tujuh tahun lalu. Menjadi kenangan pahit dan manis yang tanpa Vale sadar, masih terus melekat diingatannya.
Vale lari dari pameran sambil berurai air mata. Bintang mengejarnya. Mereka pun
bertengkar. Ia menceritakan hal itu pada Ejo. Ejo berusaha menghiburnya namun hasilnya
nihil.
Ejo membenci Bintang dengan kebohongan yang pernah ia lakukan. Ditambah lagi,
Bintang telah membuat sahabatnya Vale menjadi pendiam sejak kejadian itu. Sementara
Bintang, setelah sepanjang hari ia hanya murung dan berdiam di istananya yang megah. Ia pun memutuskan untuk kembali ke Kansas. Aldo berusaha menghibur sang adik, namun hasilnya nihil. Aldo dan manajer Bintang sepakat untuk menceritakan hal yang sebenarnya pada Ejo, siapa Bintang, bagaimana masa lalunya dan keadaan pemuda itu saat ini. Ejo telah mengerti namun menolak pemberian Bintang. Sebuah buku dan kaset CD, yang didalamnya ada suara Bintang, berisi tentang permintamaafannya pada Vale dan ucapan terimakasih pada Ejo. Semua sudah jelas. Satu-satunya alasan Bintang menjadi seorang pelukis pasir adalah karena Vale yang sangat menyukai istana pasir sewaktu kecil. Menyukai seni lukis, dan menyukai musik klasik. Vale adalah pacar pertama dan cinta pertama bagi Bintang. Sekaligus teman masa kecilnya yang berbeda status dengan keluarga Bintang. Cinta mereka dipisahkan oleh orangtua Bintang. Ejo tahu bahwa Vale juga masih mencintai pemuda itu. Ejo pun tak menyerah untuk menyatukan cinta mereka. Ejo sendiri yakin, bahwa ia memang terlahir untuk Bintang. Sama seperti judul buku yang tertera pada halaman depan buku yang diberikan oleh Bintang untuk
dirinya. "Kejora Untuk Bintang". Terlahir untuk membantu. Bintang mendapatkan kembali cinta masa lalu Bintang untuk Vale. Berkat usaha Ejo, Bintang pun memperoleh keberanian untuk menyatakan perasaannya pada Vale. Dan Ejo membantu Bintang untuk meyakinkan dirinya agar tidak melepaskan Vale untuk yang kedua kalinya.
Karena kegentaran Ejo, maka kedua anak muda yang masih saling menunggu itu pun
dapat kembali saling mencintai. Ejo telah memaafkan kelasahan Bintang, dan menerima
kembali buku pemberian Bintang. "Teman baikku, berjanjilah padaku.. untuk jangan melepaskan cintamu pada Vale," ujar Ejo saat ia masih sanggup bersuara di tengah keramaian suara-suara siirne mobil polisi Kansa dan sebuah ambulans sedang mempersipakan tempat tidur untuknya. "Aku baru menyadari bahwa buku itu diciptakan untuk kita, aku terlahir untukmu..Bintang!! Kejora Untuk Bintang,"
Itu perkataan terakhir yang Ejo ucapkan saat ia terbaring lemas penuh darah di sana-
sini. Sebuah mobil Cargo menabraknya dari tikungan tajam di ujung jalan Kansa itu.