KEJORA

Lebah Bergantung
Chapter #5

Kabar di awal Ramadhan #5

Malam ini begitu syahdu, ditambah suara ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dilantunkan di tiap-tiap Masjid. Begitu merdu dan sejuk menelusup ke hati. Semilir angin yang berhembus, menerpa wajah gadis berjilbab putih itu di balik jendela yang terbuka. Matanya menerawang jauh ke atas langit, menatap pancaran kerlap-kerlip gemintang yang begitu ramai dan cantik. 

Rasa sesak itu kembali merasuk. Ini Ramadhan ketiga tanpa kedua orang tuanya. Meskipun ia tahu, ayahnya sudah jauh lebih tenang diharibaan Tuhan. Namun, ketenangan itu diuji saat jauh dari sang ibu. Laut yang membentang, hamparan bumi yang memisahkan, membuatnya lelah terus menerus menyimpan kerinduan. 

Beruntungnya ia memiliki sang pelindung yang lain. Yang begitu menyayangi dan mencintainya selayak puteri sendiri. Meski dalam keterbatasan, namun tetap memberikan yang terbaik untuk keponakan satu-satunya tersebut. Bagi mereka, saling terbuka dan saling percaya, adalah kunci kebersamaan yang utuh. 

Zora memperhatikan Meyla dalam-dalam. Akhir-akhir ini, ia nampak berbeda dari biasanya. Diam-diam, ia sering memergoki Sang bibi tengah tersenyum pada dirinya sendiri di cermin. Gadis remaja itu tidak menyangka, kejadian sore itu sungguh mengubah perilaku dan kebiasaan wanita berusia kepala tiga tersebut. 

Wanita dewasa itu juga sering kali terlihat menulis di bukunya. Entah apa yang ia tuliskan, Zora tidak mau mengganggunya. Membiarkan sang bibi bergelut dengan perasaan berbunga itu untuk kali pertama.

.

Sebuah notifikasi masuk melalui aplikasi yang tengah ramai dipergunakan oleh khalayak ramai. Awalnya, Zora mengabaikan dan terus memandangi langit dengan segala keindahannya. Berharap rasa sepi di hati segera enyah ditemani pancaran sinar begitu indah itu. Namun, bunyi notifikasi itu seolah memberondong masuk dan akhirnya membuat Zora membukanya. 

Betapa bahagianya ia saat membuka pesan yang masuk adalah dari sang ibunda. Matanya berbinar terang saat melihatnya. Ada sepuluh pesan masuk dan semua itu dari ibunya, orang yang beberapa minggu ini ia tunggu kabarnya. Rasa senang luar biasa, berhasil mengubah air mukanya yang semula sendu menjadi penuh keceriaan. 

"Assalamu'alaikum, anak ibu ...."

"Selamat berpuasa ya , Sayang. Semoga Tahun ini bisa full ya, puasanya. Maafkan ibu, akhir-akhir ini jarang menghubungi Zora dan juga Bibi Meyla."

"Ibu rindu kalian puteri-puteri ibu, semoga kalian baik-baik saja ya!"

"Sepertinya puteri cantik ibu sedang tarawih. Ya, sudah. Jangan samapai absen tarawihnya ya, Sayang."

"Bilang ke Bibi Mey, untuk tetap kontrol ke dokter setiap bulannya. Terapinya jangan sampai lupa, ya."

"Ibu mau video call, tapi di sini lagi rame. Mau telepon juga sama."

"Tapi nggak apa-apa deh, yang penting puteri ibu sehat dan bahagian terus ya. Belajar yang rajin. Doakan selalu ibu."

"Ibu sayang Zora. Ibu sayang Meyla. Kalian malaikat penyemangat ibu."

"Maafkan ibu belum bisa menjadi ibu yang baik untuk Zora. Maafkan ibu tidak ada di samping Zora beberapa tahun ini."

Lihat selengkapnya