Ini adalah ceritanya Kaesar/Kean. Disarankan untuk membaca 'Unknown Husband' terlebih dahulu. Karena ini adalah cerita mereka namun dengan sudut pandang yang berbeda. Cerita ini juga lanjutan dari 'Unknown Husband'.
###
Tahu apa itu cinta? Atau mungkin pernah merasakannya? Bagaimana kalau cinta pada pandangan pertama?
Aku tahu apa itu cinta dan bagaimana definisinya. Namun saat bertemu dengannya, aku baru bisa merasakan apa itu cinta. Ya, mungkin umurku masih kecil saat itu, bisa dibilang itu adalah cinta monyet atau lebih tepatnya cinta monyet-monyetan.
Umurku masih 7 tahun saat itu, saat aku bertemu dengan Rura. Si pencuri yang telah berhasil mengambil hati, rasa suka, sayang dan cinta yang aku punya. Lebay, ya? Aku juga tidak menyangka kalau jatuh cinta bisa membuatku menjadi orang yang begitu lebay.
Saat itu, aku baru selesai bermain basket bersama teman-teman, saat hendak pulang ternyata hujan tiba-tiba turun dengan deras sekali. Dengan berlari, aku mencari tempat untuk berteduh. Hingga akhirnya ada sebuah halte dan membuatku memilih untuk menunggu sampai hujan reda di sana.
Sebenarnya jarak rumahku dari halte ini tidaklah jauh, namun entah bagaimana bisa aku selalu langsung sakit jika terkena air hujan. Ibu dan ayah bahkan selalu mewanti-wanti agar tidak main mandi hujan. Makanya aku lebih memilih untuk menunggu hujan reda.
Aku duduk di halte sambil memeluk bola basket dengan erat, baju yang dipakai baju olahraga untuk basket, kebayang kan bagaimana dinginnya saat itu. Di halte juga hanya ada aku seorang diri saja. Aku terus mengertaka pelukan ke bola basket sambil sesekali menggosok kedua tangan dengan cepat. Tiba-tiba ada seorang anak perempuan dengan tubuh yang menggigil dan air mata yang turun datang ke arah halte.
Hal itu sontak membuatku berdiri. Anak perempuan itu berjalan ke arah halte dan berhenti tepat di depanku yang sedang melihatnya. Entah bagaimana caranya, aku benar-benar tidak bisa mengalihkan pandangan dari anak itu. Matanya benar-benar menghipnotis agar tidak membuatku mengalihkan pandangan ke arah lain.
Cinta. Satu kata gila yang terlintas dipikiranku saat itu, atau lebih tepatnya cinta pada pandangan pertama. Umurku masih 7 tahun tapi aku begitu yakin kalau yang dirasakan saat itu adalah cinta. Gila, kan?
“Tolong.”
Hanya satu kata yang diucapkannya sebelum dia jatuh pingsan di ke depan. bersikap seolah seorang pahlawan, aku menahan tubuhnya namun yang terjadi kita berdua malah terjatuh dengan dia yang berada di atas. Aku mencoba untuk bangkit dan dengan perlahan menyingkirkannya dari atas tubuh.
Setelah berhasil bangkit, aku mencoba menggendong perempuan itu dan membaringkannya di tempat duduk yang ada di halte. Aku duduk di bersipuh di bawah, menggosok-gosok tangannya yang dingin dengan harapan menyalurkan rasa hangat agar dia bisa cepat sadar. Aku bangkit, mencari ke sekeliling berharap ada orang yang akan menolong dia di sini, namun nihil tidak ada satu orang pun yang lewat. Jalanan begitu sepi sekali, jangankan orang kendaraan pun tidak ada.