Sebuah pernikahan adalah langkah awal untuk kebahagiaan. Itu yang pernah aku dengar sebelumnya, masuk akal juga. Karena saat menikah, kita akan mempercayakan hidup kita pada pasangan kita sendiri, menghabiskan sisa waktu hingga ajal menjemput, maka akan mustahil jika pernikahan adalah awal dari kesengsaraan. Tidak mungkin juga seseorang akan memilih untuk menghancurkan hidupnya dalam pernikahan.
Aku menginginkna kebahagiaan dalam pernikahan ini, entah untukku, ataupun yang lainnya. Namun, di tahap pertama ini, aku malah menunjukkan kegagalan. Aku yang salah, aku yang terlalu ingin kebahagiaan yang sempurna hingga melupakan makn adari kebahagiaan itu sendiri.
Aku lupa kalau kebahagiaan tidak bisa diatasnamakan, kebahagiaan harusnya dirasakan, bukannya di umbarkan. Tapi, lagi-lagi harus mengingatkan semua orang, aku yang bodoh ini, sangatlah beruntung bisa mendapatkan seorang Rauna Liani. Dia benar-benar sosok yang begitu ideal di mata ini. Kesabarannya, perhatiannya, kecantikannya, dan kepeduliannya.
Runa termasuk orang yang pendiam di kampus, dia hanya berbicara pada sahabatnya, Desi. Ya, Desi yang aku curigai itu, Desi yang menjadi alasanku mengabil keputusan paling bodoh. Di kampus, Runa hanya akan berbicara dengan orang lain saat orang lain itu mengajaknya berbicara. Tapi ada satu hal yang membuat Runa bisa berbicara tanpa henti kepada semua orang, bahkan tanpa orang lain yang mengajaknya berbicara terlebih dahulu, saat mengerjakan proyek film pendek yang dilakukan secara rutin per kelas.
Aku masih ingat dengan jelas, bagaimana saat pertama kali Runa berani menunjukkan dirinya dihadapan semua orang. Saat itu projek pertama kita dalam penggarapan film pendek. Runa mengajukan dirinya sendiri sebagai sutradara di film itu, awalnya tidak ada yang mempercayai Runa, begitu pun dengan aku. karena Runa sungguh pendiam, dan tidak pernah bicara, dia bahkan bisa dibilang tidak aktif dalam pembelajaran, pikirku saat itu, bagaimana Runa yang pendiam akan mengarahkan semua orang.
Tapi di menit berikutnya, Runa mengejutkan semua orang, dengan berani dia maju ke depan dan mempresentasikan apa yang akan dia garap dalam film pendek perdana mereka, mulai dari naskah, latar, sound, pembagian waktu, sampai orang-orang yang akan terlibat siapa saja, Runa menjelaskan segalanya saat itu, dari awal hingga akhir. Konsepnya benar-benar sangat matang dan sudah siap untuk di eksekusi.