Aku sangat sering bertanya kepada pembacaku di flatform menulis online mengenai bagaimana sikap yang aku tunjukkan pada Runa. Hampir rata-rata dari mereka menjawab kalau aku bodoh! Aku tahu dan sangat sadar dengan hal itu. Kebodohan asliku memang akar dari masalah yang aku hadapi ini.
Aku juga tidak diam saja dengan kebodohan itu, aku mencoba memperbaiki dampak yang terjadi karena kebodohan yang sangat tidak ku sukai. Namun saat aku mulai mencoba memperbaiki, tiba-tiba Ari datang ke kehidupan kami. Ya, Ari sahabatku yang suka bicara seenaknya itu!
Dia itu pendiam dan tidak suka bicara, dia hanya bicara jika ada hal penting saja, dia tidak suka basa-basi, bahkan dengan aku ataupun sahabatnya yang lain, Ari selalu menghindari percakapan. Dia tidak suka memulai percakapan. Tapi, dia memulai percakapan dengan Runa, dia malah akan mengajak Runa pergi, tapi untungnya Runa menolak, dan Ari malah memilih mengirimi pesan pada Runa.
Runa meminta izinku untuk berbalas pesan dengan Ari. Aku ingin sekali melarangnya. Namun nyatanya aku tidak bisa, Runa sangat jarang sekali meminta sesuatu, aku sudah berjanji pada diri sendiri, aku akan memberikan Runa apa pun yang dia minta.
Malamnya, ternyata benar, Ari mengirimi Runa pesan, aku menekan perasaanku dengan kuat, mencoba untuk tidak cemburu walaupun yang sebenarnya aku sangat cemburu melihat Runa berbalas pesan dengan laki-laki lain.
Mataku memang terfokus pada televisi yang menyala di depan, tapi telinga dan pikiranku terfokus pada Runa yang kini sedang sibuk berbalas pesan dengan Ari.
Karena kesal dan sudah tak kuat lagi menahan rasa cemburu ini, aku pun bangkit.
"Run ... aku tidur duluan, ya."
Dia akhirnya menoleh juga padaku.
"Loh, baru juga jam 9 malam, Mas ... biasanya Mas tidur jam 10 atau 11 malam, malah sering juga sampai begadang, kenapa?"
Aku nggak bisa lihat kamu sibuk dengan orang lain, sayangnya jawaban itu hanya bisa aku ucapkan dalam hati.
"Ngantuk aja," jawabku akhirnya.
Dia mengangguk. "Yaudah kalau gitu, Mas duluan."
Aku mendekat padanya, lalu mengecup pelipisnya pelan sebagai ucapan selamat tidur.
"Selamat malam...."
"Malam," jawabnya.
Aku berjalan menjauhi Runa, menuju ke kamar kami. Aku pergi ke atas kasur dan berbaring. Tidak, aku tidak mengantuk sama sekali, sudah kubilang aku berbohong kalau aku mengantuk.
Aku hanya berdiam menatap atap kamar dengan pikiran yang berkelana, apa yang dibicarakan oleh Ari dan Runa. Mendengar suara langkah kaki yang mulai mendekat, dengan segera aku berpura-pura untuk tertidur.
Aku bisa merasakan kasur mulai bergerak, sepertinya Runa juga akan pergi tidur. Aku terus berpura-pura tertidur dengan waktu yang cukup lama, setelah merasa Runa mulai tidur dengan lelap, aku membuka membuka mata.
Dengan perlahan, aku bangkit dan turun dari kasur, lalu pergi ke luar, tak lupa aku membawa handphone milik Runa, aku sungguh penasaran isi pesannya dengan Ari.
Aku berhenti di sofa dan mulai memainkan handphone Runa, untungnya sidik jariku sudah terdaftar di handphone Runa, dia bilang jaga-jaga kalau aku butuh tiba-tiba saat dia tidak ada. Ternyata hal itu berguna hari ini.