Melihat sebuah rumah, dengan cepat aku segera pergi ke sana. Tidak ada rumah lain di sini dan aku yakin Runa pasti ada di dalam sana. Sekitar 20 meter dari rumah tiba-tiba ada orang yang menghadang dan langsung memukulku keras hingga aku terjatuh.
Tenagaku benar-benar telah terkuras, tapi tidak! Aku tidak boleh menyerah. Sedikit lagi aku akan sampai, aku harus berusaha!
Dengan sisa tenaga yang sangat aku paksakan aku mencoba melawannya. Beberapa kali aku terjatuh lagi dan lagi namun bayangan rumah yang ada di depan membuatku kembali berdiri.
Tetapi belum penuh aku berdiri, aku kembali terjatuh karena tendangan yang tidak bisa kuhindari. Aku mencoba bangkit lagi namun nyatanya aku terjatuh lagi. Tenagaku sepertinya benar-benar telah sangat terkuras.
Aku melihat orang itu mundur dengan perlahan, aku menggeleng pelan, sepertinya dia sedang yang mengambil ancang-ancang untuk menghajarku lagi. Tubuhku mendadak tidak bisa digerakan saat orang itu mulai berlari. Saat dia hampir dekat aku hanya bisa menutup mata dan sudah pasrah menerima pukulan yang mungkin akan membuatku langsung tak sadarkan diri.
Suara jatuh yang cukup keras membuatku membuka mata. Melihat Ari yang sudah berdiri di depanku benar-benar seperti melihat seorang malaikat. Dia datang di waktu yang tepat. Aku kira, aku akan kalah saat menerima pukulan lagi, tapi tiba-tiba Ari datang dan menyelamatkanku.
“Datangi Runa, gue masih bisa tahan orang ini.”
Aku mengangguk. Aku mengepalkan erat tanganku dan kembali mengumpulkan tenaga untuk bisa berdiri.
“Kaesar ceapat! Kita benar-benar sudah sangat dekat, jangan sampai kita balik lagi ke awal,” ucap Ari sambil berkelahi.
Aku pun ingin cepat, tapi sungguh, aku sedang mencobanya sekarang. Aku mengambil nafas dalam dan dalam satu kali gerakan aku langsung berdiri. Aku membuang nafas berat. Ari masih saja terlibat perkelahian yang sengit.
Aku tidak tahu jika aku hanya sendiri ke sini, mungkin tidak akan sampai ke sini. Ari masih mampu berkelahi dengan keras, sedangkan aku sudah lemah begini. Meninggalkan Ari yang masih berkelahi, aku pun kembali berlari ke arah rumah yang terlihat dari sini.
Sampai di depan rumah, aku langsung membuka pintunya, namun dikunci. Aku menarik nafas dalam sambil mundur dengan perlahan. Setelah dirasa cukup, aku pun langsung berlari dan mendobrak pintu itu. Untungnya pintu itu langsung terbuka dalam satu kali percobaan.
Aku masuk ke dalam dengan nafas yang masih memburu dan tiba-tiba ada yang langsung memelukku begitu saja. Aku menunduk untuk melihat siapa orang yang melakukan itu, rasa lega langsung menyelimutiku saat mengetahui orang itu adalah Runa.
Sadar dengan situasi yang sedang terjadi, aku langsung melepaskan pelukan Runa. Runa menggeleng dengan cepat, entah apa maksudnya.
“Kita tidak punya banyak waktu. Ikut aku sekarang juga, tempat ini tidak baik untukmu.”
Tidak ada respon yang ditunjukkan Runa saat mendengar kalimatku. Akhirnya, aku memutuskan untuk menarik tangan Runa dan segera pergi dari sini. Tapi Runa tetap diam, aku pun berbalik.